Kerajaan BarruKerajaan Barru (dalam Bahasa Bugis dikenal dengan nama Berru) adalah sebuah kerajaan lokal yang pernah berdiri di Sulawesi Selatan, bekas kerajaan ini sekarang berada di Kabupaten Barru. Kerajaan Barru merupakan salah satu dari empat kerajaan (Barru, Tanete, Soppeng Riaja, dan Mallusetasi) yang kini dilebur menjadi Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. SejarahSejarah awalMenurut lontara Attoriolong kerajaan Berru, sebelum berdirinya Kerajaan Berru, wilayah tersebut bernama Ajjarengnge, kemudian dirintis pertama kali oleh seorang tokoh yang bergelar Puang Ri Bulu Puang Ri Cempa. Wilayah tersebut banyak ditumbuhi sejenis pohon kayu yang dinamai Aju Berru. Selain itu di Ajjarengnge terdapat pula sebuah pusaka dari Batara Guru berupa sumur bertuah yang bernama Bujung Waranie dan mengandung air dewata, menurut kepercayaan masyarakat, air sumur itu dapat membawa keberuntungan seperti memiliki keberanian dan kecerdasan. Awalnya air tersebut berada di Kerajaan Luwu, namun tiba-tiba menghilang dan berpindah ke sekitar Ajjarengnge. Beberapa waktu kemudian datanglah seorang bangsawan dari Kerajaan Luwu yang bernama Laware Malluajeng bersama rombongannya untuk mencari sumur yang airnya dianggap bertuah itu. Disitulah putra bangasawan Luwu itu menemukan sumur air bertuah sekaligus memperistrikan seorang putri setempat dan tinggal di Ajjarengnge. Pada mulanya masyarakat Ajjarengnge hanya memakan sagu dan rumpia sebagai makanan pokok hingga datang seorang putra dari Manurungnge ri Jangang-jangangnge yang bernama Lasarewo, ia membuka hutan belantara yang penuh pohon rumbia untuk dijadikan lahan pemukiman dan perkebunan, wilayah tersebut kemudian dikenal sebagai La Rumpia yang menjadi sawah. Karena kemampuannya membuka lahan pertanian/perkebunan, Lasarewo kemudian dilantik menjadi raja di atas sebuah batu yang masyarakat menyebutnya Batu Allantireng, di sebelah batu tersebut terdapat pohon Aju Berru yang kemudian digunakan sebagai nama Kerajaan Berru dan Lasarewo sebagai raja pertamanya. Pada masa pemerintahan Raja Berru yang ke-IV, Matinro Ri Daun Lesang yang memerintah antara tahun 1381 sampai tahun 1381, ia membagi Kerajaan Berru menjadi dua wilayah, yaitu Kerajaan Berru Riaja yang berada di pegunungan dan Kerajaan Berru Rilau yang berada di pesisir pantai. Pemerintahan di Kerajaan Berru Rilau dijabat oleh raja Matinro Ri Daun Lesang sendiri, sementara pemerintahan di Kerajaan Berru Riaja diserahkan kepada adiknya.[1] Masuknya Agama IslamPada masa pemerintahan Raja Barru ke-XII, Mattinroe Ri Dua Jenna, Agama Islam mulai masuk di Kerajaan Berru, masuknya Agama Islam di Barru tidak terlepas dari peranan dari Kerajaan Tanete yang merupakan tetangga Kerajaan Barru. MattinroE Ri Dua Jenna adalah raja Berru pertama yang memeluk Agama Islam setelah Kerajaan Tanete pada tahun 1606.[1] Dengan masuknya Agama Islam di Kerajaan Berru, beberapa tokoh dan santri-santri Agama Islam mengunjungi Pancana sebagai pusat pemerintahan dan tempat pengajaran Agama Islam di Tanete. Kemudian Agama ini dapat menjangkau Kerajaan-kerajaan lainnya, dibagian Utara Kerajaan Berru, seperti Kerajaan Lampoko, Maroanging, Nepo dan beberapa kerjaan lainnya. Dibangunlah masjid atau mushallah diberbagi tempat di Berru. Selain itu, dibentuk lembaga pemerintahan dan keagamaan baru, yaitu Parewa Sara atau lembaga keagamaan seperti Imam, Bilal, Khatib dan perangkat Islam lainnya.[2][3] Penghapusan Kerajaan BarruPada masa pemerintahan Raja Barru, Kalimullah Jonjong Karaeng Lembang Parang yang memerintah tahun 1908, Kerajaan Barru menjadi Onderafdeling dan dibawah pengawasan Kontroleur sampai datangnya penjajahan Jepang tahun 1942 sampai dengan 1945. Setelah pemerintah Jepang berakhir, kembali pula Kontroleur berkuas di Barru sampai tahun 1946. Pada tanggal 9 September 1945, Andi Sadapoto yang merupakan putra Karaeng Lembang Parang diangkat menjdi Raja untuk mengantikan ayahnya. Pada tahun 1947, Andi Sadapoto digantikan oleh Andi Sahari Banong. Dalam masa Pemrintahan Raja Andi Sahribanong yaitu pada tahun 1948, Kerajaan Barru berubah menjadi Swapraja dengan Kepala Pemerintahannya KPN Abdul Latif Daeng Massiki sampai pada tahun 1949. KPN Abdul Latif Daeng Massiki digantikan oleh Patotoreng menjadi KPN dan sebagai kepala Swapraja Andi Sahri Banong kemudian diganti oleh Andi Sumangerukka Kepala Swapraja Barru.[4][5] Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan, pada tanggal 20 Februari 1960, dibentuklah Daerah Tingkat II Kabupaten Barru dengan ibukota Barru, yang wilayahnya meliputi seluruh bekas Onderafdeling Barru.[6] Daftar penguasa Barru
Rujukan
|