Kemangi

Kemangi
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Asterid
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Ocimum
Spesies:
O. africanum
Nama binomial
Ocimum africanum

Kemangi adalah terna kecil yang daunnya biasa dimakan sebagai lalap. Aroma daunnya khas, kuat namun lembut dengan sentuhan aroma limau. Daun kemangi merupakan salah satu bumbu bagi pepes. Sebagai lalapan, daun kemangi biasanya dimakan bersama-sama daun kubis, irisan ketimun, dan sambal untuk menemani ayam atau ikan goreng. Di Thailand ia dikenal sebagai manglak dan juga sering dijumpai dalam menu masakan setempat.

Kemangi adalah hibrida antarspesies antara dua spesies selasih, Ocimum basilicum dan O. americanum. Ia dikenal juga sebagai O. basilicum var. anisatum Benth. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya.

Masyarakat Minangkabau menggunakan tumbuhan sejenis kemangi yang dinamakan dengan ruku-ruku yang di dalam Bahasa Thailand disebut sebagai bai kra pao. Ruku-ruku biasanya digunakan untuk memasak gulai ikan dan asam padeh (asam pedas).

Deskripsi

Kemangi adalah tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai 100 cm. Bunganya tersusun di tandan yang tegak. Daunnya panjang, tegak, berbentuk taji atau bulat telur,[1] berwarna hijau muda dan berbau harum.[2] Ujung daun bisa tumpul atau bisa juga tajam, panjangnya mencapai 5 cm. Permukaan bergerigi atau juga rata. Wanginya seperti cengkih dan rasanya pahit.[1]

Daun kemangi mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh, seperti vitamin A, B, C, betakaroten, kalsium, magnesium, fosfor, protein, karbohidrat, lemak, zat besi, flavonoid, arginin, anetol, dan boron.[3] Menurut studi literatur yang dilakukan di berbagai negara, komposisi minyak atsiri dari daun kemangi adalah metil chaviol, linalool, eugenol, metil eugenol, fenchyl alkohol, limoenene, α-pinene, β-pinene, β-caryophyllene, thymol, camphene, α-bergamonete, geranial, geranial asetat, 1,8 – cineol, estragole, cineol, α-cubebene, nerol,methyl cinnamate, dan linalil asetat. Aktivitas biologis dari komposisi dari senyawa–senyawa kimia yang terkandung dalam daun kemangi ditentukan oleh genotip, lingkungan serta tempat tumbuh dari tanaman tersebut.[4][5][6]

Bunga kemangi

Manfaat untuk kesehatan

  • Melawan radikal bebas

Daun kemangi dapat melawan radikal bebas, karena memi­liki antioksidan yang berupa flavonoid dan eugenol yang mampu mencegah pertumbu­han bakteri, virus, dan jamur, yang sangat baik untuk mela­wan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh.[7]

  • Membantu pertumbuhan tulang

Daun kemangi dapat membantu pertumbuhan tu­lang. Hal ini disebabkan karena daun kemangi memiliki kandungan kalsium dan fosfor, yang memiliki peran penting untuk mengatur pembentukan dan pertumbuhan tulang. Selain itu, kandungan astenol dan boron dalam daun kemangi berperan aktif dalam merangsang fungsi kerja dari hormon estrogen dan juga hormon androgen, ser­ta mencegah pengeroposan tulang.[7]

  • Membantu memperlancar aliran darah

Daun kemangi juga dapat berkhasiat membantu melancarkan aliran darah dalam tubuh, karena mengandung magnesium yang dapat membantu merilekskan jantung dan juga pembuluh darah, sehingga menjaga aliran darah untuk tetap lancar.[7]

  • Meningkatkan kekebalan tubuh

Daun ke­mangi memiliki kandungan betakaroten yang dapat meningkatkan respon antibodi, sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Betakaroten juga dapat bermanfaat sebagai sin­tesis protein, sehingga mendukung proses per­tumbuhan dan juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak. Selain itu, khasiat daun kemangi dari kandungan betakaroten tersebut juga dapat membantu untuk meningkatkan fungsi pengli­hatan.[7]

Sambal kemangi
  • Mem­bantu untuk mencegah kemandulan

Daun kemangi mengandung zat arginin yang dapat memperkuat daya hidup sperma sehingga dapat mencegah kemandulan. Selain itu, daun kemangi juga mengandung zat eugenol dan api­genin fenkhona yang dapat membantu mening­katkan kualitas ereksi dan mencegah ejakulasi dini.[7]

  • Mengobati panau

Daun kemangi dapat digunakan sebagai obat panau dengan cukup mudah. Caranya ambil segenggam daun kemangi dan cuci bersih, setelah itu haluskan. Beri sedikit air campuran kapur sirih dan selanjutnya balurkan pada bagian kulit yang terserang panau. Untuk hasil optimal sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari.[7]

  • Mengo­bati sariawan

Caranya dengan ambil daun kemangi kira-kira 50 helai dan cuci hingga bersih. Selanjutnya kunyah daun tersebut kurang lebih dua hingga tiga menit. Setelah halus, daun kemangi tersebut dan langsung minum air hangat. Un­tuk hasil maksimal, lakukan maksimal 3 kali dalam sehari.[7]

  • Menghilangkan mual dan flu

Daun kemangi juga bermanfaat untuk melawan penyakit flu dan mual. Caranya yaitu pertama keringkan daun kemangi dan kemudian seduh layaknya teh. Minum air teh kemangi tersebut dua kali dalam sehari.[7]

  • Meng­hilangkan bau mulut dan bau amis saat haid

Ambil daun kemangi, biji, serta akarnya. Bersihkan dan kemudian seduh dengan air panas. Seduhan tersebut bisa ditambahkan dengan gula merah atau madu. Minum air tersebut setiap pagi sebelum beraktivitas.[7] Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat untuk menghilangkan bau amis saat perempuan haid. Caranya dengan mencampurkan daun kemangi dengan tanaman herbal lainnya. Resepnya yaitu daun kemangi 30 gr, temulawak 30 gr, serta daun sirih 5 lembar. Rebus semua bahan yang telah dicuci bersih dengan air 600 cc hingga tersisa 300 cc. 1 resep untuk dua gelas, diminum 2 kali sehari ketika haid.[3]

Pucuk kemangi
  • Meredakan perut kem­bung

Caranya rebus daun kemangi dengan bawang merah yang kemudian dicampur dengan minyak kelapa. Segera dioles­kan ramuan tersebut pada perut yang dirasa kembung.[7]

Alternatif Kegunaan

  • Alternatif Pembuatan Handsanitizer

Minyak atsiri yang berasal dari daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri S. aureus dan E. coli dengan konsentrasi bunuh minimal 0,5%v/v dan 0,25%v/v. Sehingga handsanitizer yang memiliki kandungan daun kemangi efektif dalam membunuh bakteri terutama S. aureus dan E. coli di tangan, sehingga dapat menurunkan prevalensi penyakit pencer­naan. Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa ekstrak ethanol dari daun kemangi mempunyai daya antibakteri terhadap sembilan spesies termasuk dari genus Acinetobacter, Bacillus, and Micrococcus. Sedangkan ekstrak methanol dan hexanol dari daun kemangi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap tiga belas species dari tujuh genus termasuk Acinetobacter, Bacillus, Brucella, Eschericia, Micrococcus, dan Staphylococcus dan efek anticandida terhadap Candida albicans.[7] Selain manfaat dari segi kegunaannya yang aman dan ramah lingkungan ini, handsanitizier berbahan dasar daun kemangi juga bernilai ekonomis, karena harga bahan baku yang terjangkau serta ketersediaan yang melimpah.[7]

  • Alternatif Obat Antibakteri untuk Staphylococcus Aureus

Penelitian penggunaan ekstrak daun kemangi terbukti berpengaruh terhadap penurunan jumlah bakteri Staphylococcus Aureus, mikroorganisme dalam rongga mulut yang bersifat patogen.[6] Minyak atsiri pada daun kemangi memberikan aroma yang khas. Minyak ini diketahui mengandung metil sinamat, sitral, dan kamfer. Sitral merupakan campuran dari dua komponen asiklik geranial (A sitral atau citral trans) dan netral (cis citral atau cital B).[8]

Senyawa turunan hidrokarbon atau fenol dari minyak atsiri yang berasal dari daun kemangi memiliki daya antibakteri yang kuat yang terdiri dari 1,8-cineole, ß-bisabolene, methyl eugenol. Ketiga bahan tersebut memiliki sifat larut terhadap etanol dan dapat menyebabkan kerusakan membran sel bakteri. Membran sel ini berfungsi untuk permeabilitas selektif dan proses transporaktif sehingga mampu menjaga komposisi internal dalam bakteri. Apabila membran sel tersebut rusak maka dapat mengakibat kematian bakteri, karena protein dan lipid dalam bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat masuk.[8]

Proses pembuatan ekstrak daun kemangi dapat menggunakan metode maserasi,[6] yaitu metode ektraksi dengan proses perendaman bahan yang akan diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil. Metode ini dapat menggunakan pemanasan rendah atau tanpa menggunakan proses pemanasan.[9] Daun kemangi sebanyak 1 kg, dicuci lalu dikeringkan dalam temperatur ruangan hingga kering. Kemudian, dihaluskan dengan blender sehingga diperoleh serbuk simplisia. Serbuk simplisia 100 g dimasukkan ke dalam maserator (wadah bertutup), lalu ditambahkan 2 L etanol 96%, diaduk-aduk dan diamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Kemudian disaring menggunakan kertas saring dan kapas sehingga didapatkan maserat. Sisa simplisia dimasukkan kembali dalam maserator lalu tambahkan 1 L etanol 96%, dan di ulangi kembali. Campurkan kedua maserat dan uapkan etanol 96% dengan menggunakan waterbath dengan temperatur 90oC sehingga dihasilkan ekstrak kental daun kemangi sebanyak 20 g. Setelah itu, dilakukan pengenceran dengan menggunakan pelarut dimethylsulfoxide (DMSO)untuk mendapatkan ekstrak daun kemangi yang berkonsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%.[6]

Hasil dari penelitian ini terbukti konsentrasi 50% merupakan kadar bunuh minimum (KBM) untuk strain murni bakteri Staphylococcus aureus, dan kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat klinik Staphylococcus aureus. Konsentrasi 25% hanya didapati kadar hambat minimum (KHM) untuk strain murni Staphylococcus aureus.[6]

  • Alternatif obat Skabisida Tungau Sarcoptes scabiei

Daun kemangi dapat digunakan sebagai skabisida, baik berbentuk salep maupun semprotan. Namun penelitian menunjukkan bahwa bentuk salep lebih efektif dibandingkan bentuk semprotan.[10] Senyawa aktif lainnya yaitu methyl clavical yang termasuk kedalam kelompok ether. Senyawa methyl clavical juga memiliki efek anastetikum. Seperti halnya contoh kelompok ether yang lain, diperkirakan methyl clavical bekerja dengan cara mengganggu kerja susunan syaraf tungau. Makin tinggi ekstrak daun kemangi yang digunakan maka makin tinggi zat bioaktif di dalam kemangi yang bekerja memengaruhi proses rontoknya kutikula dari tungau.[11]

Aktivitas biologi minyak atsiri terhadap serangga dapat bersifat mengurangi nafsu makan (antifeedant), menolak (repellent), menurunkan fertilitas, menarik (attractant), racun kontak (toxic), menghambat peletakan telur (ovipotion deterrent), racun pernapasan (fumigant), menghambat pertumbuhan, serta sebagai antiserangga vektor.[12]

Bibit kemangi yang akan ditanam di lahan

Persebaran dan habitat

Spesies ini banyak terdapat di Asia dan Amerika. Di Pulau Jawa, kemangi/surawung ditanam di kebun-kebun, di pagar-pagar, di pinggir-pinggir jalan, di lapangan, dan di huma-huma.[2] Umumnya ditanam sebagai tanaman yang dibudidayakan. Walapun demikian, hasil tumbuhan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Asalnya belum diketahui secara pasti. Tumbuhan ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 500 mdpl. Perkembangbiakan tumbuhan ini dapat dilakukan dengan biji.[2]

Referensi

  1. ^ a b Tim Redaksi 2008, hlm. 131.
  2. ^ a b c Sastrapradja et al. 1981, hlm. 103.
  3. ^ a b Handari, Tanti (2014). Terapi Top Herbal Untuk Ragam Penyakit. Yogyakarta: Dafa Publishing. hlm. vii, 151 hlm. ISBN 9786027028111. 
  4. ^ Pandey, Abhay Kumar; Singh, Pooja; Tripathi, Nijendra Nath (2014-09). "Chemistry and bioactivities of essential oils of some Ocimum species: an overview". Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine (dalam bahasa Inggris). 4 (9): 682–694. doi:10.12980/APJTB.4.2014C77. 
  5. ^ Yosephine, Ardiana Dewi; Wulanjati, Martha Purnami; Saifullah, Teuku Nanda; Astuti, Puji (2013). "Formulasi Mouthwash Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Serta Uji Antibakteri dan Antibiofilm Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans Secara in Vitro". Traditional Medicine Journal. 18 (18): 95–102. 
  6. ^ a b c d e Utami, Putri Widya; Syaflida, Rahmi; Basar Siregar, Indra (April 2021). "Pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L) terhadap Staphylococcus aureus di rongga mulut". Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 33 (1): 38–43. doi:10.24198/jkg.v32i1.29968. 
  7. ^ a b c d e f g h i j k l Cahyani, Novita Maylia Eka (2014). "Daun Kemangi (Ocinum Cannum) Sebagai Alternatif Pembuatan Handsanitizier". Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9 (2): 136–142. 
  8. ^ a b Marlindayanti, Marlindayanti; Zainur, R A; Widodo, Yufen (2018-12-19). "Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Basilicum) Sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak". JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang). 13 (1): 68–74. doi:10.36086/jpp.v13i1.75. ISSN 2654-3427. 
  9. ^ Chairunnisa, Sarah; Wartini, Ni Made; Suhendra, Lutfi (2019-12-23). "Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin". JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI. 7 (4): 551. doi:10.24843/jrma.2019.v07.i04.p07. ISSN 2503-488X. 
  10. ^ Fitri, Ayu Tiara; Kanedi, Mohammad; Setyaningrum, Endah; Susanto, Gregorius Nugroho (2020). "Uji Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Dalam Bentuk Salep dan Spray Sebagai Skabisida Tungau Sarcoptes scabiei". Jurnal Medika Malahayati. 4 (1): 62–70. 
  11. ^ H, Dattu Iffah; Gunandini, Dwi Jayanti; Kardinan, Agus (2017-02-23). "Pengaruh ekstrak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) terhadap perkembangan lalat rumah (Musca domestica) (L.)". Jurnal Entomologi Indonesia. 5 (1): 36. doi:10.5994/jei.5.1.36. ISSN 2089-0257. 
  12. ^ Hartati, Sri Yuni (2012). "Prospek pengembangan minyak atsiri sebagai pestisida nabati". Prespektif. 11 (1): 45 – 58. 

Bacaan

Kembali kehalaman sebelumnya