Jeju Air Penerbangan 2216
Jeju Air Penerbangan 2216 adalah sebuah penerbangan penumpang internasional dari Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, Thailand, ke Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan. Pada 29 Desember 2024, pesawat penumpang Boeing 737-800 membawa 175 penumpang dan 6 kru mengalami pelampauan landasan pacu, serta menabrak pagar pembatas bandara dalam percobaan pendaratan perut. Laporan menyebutkan setidaknya 179 orang tewas, dan dua orang berhasil diselamatkan. Kecelakaan ini merupakan insiden penerbangan terburuk dalam sejarah Korea Selatan sejak Korean Air Penerbangan 801.[2] Kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan fatal pertama dalam 19 tahun sejarah Jeju Air. Insiden ini merupakan kecelakaan pesawat paling mematikan pada tahun 2024.[3] Insiden ini juga merupakan kecelakaan pesawat paling fatal sejak Lion Air Penerbangan 610 pada 29 Oktober 2018.[4] Latar belakangKecelakaan ini merupakan kecelakaan fatal pertama dalam sejarah Jeju Air.[5] PesawatPesawat yang terlibat adalah sebuah Boeing 737-8AS yang diproduksi pada 2009,[6] dengan registrasi HL8088.[7][8] Pesawat ini berusia 15 tahun pada saat kecelakaan,[8] sebelumnya dioperasikan oleh Ryanair hingga 2017.[9] Pada 27 Desember 2024, dua hari sebelum kecelakaan, pesawat tersebut dialihkan ke Bandara Internasional Incheon ketika beroperasi sebagai Jeju Air Penerbangan 8135 ke Bandar Udara Internasional Beijing Daxing dari Bandara Internasional Jeju. Selama penerbangan, kru melaporkan squawk 7700 pada transpondernya, dan menyatakan keadaan darurat.[10][11] Di sisi lain, muncul informasi yang memperingatkan adanya ancaman burung, peringatan itu disampaikan menara pengawas penerbangan 6 menit sebelum kecelakaan.[12] KecelakaanPenerbangan ini berasal dari Bangkok, Thailand. Membawa 181 orang terdiri dari: 175 penumpang dan 6 kru.[13] Kecelakaan terjadi pada 09:07 UTC+9, menurut Kantor Berita Yonhap.[14] Pesawat melewatkan panjang landasan pacu dan menabrak pagar pembatas bandara saat melakukan pendaratan perut karena roda pendaratannya tidak dapat keluar di Bandara Internasional Muan.[15] Menurut pemadam kebakaran, roda pendaratan sepertinya mengalami kerusakan.[16] Sebuah laporan dari Kantor Berita Yonhap mengklaim bahwa pesawat menabrak kawanan burung dalam penerbangan.[17]
Pada pukul 8:54 pagi KST (UTC+9), pesawat diizinkan mendarat di Bandar Udara Internasional Muan di Korea Selatan. Saat pesawat bersiap mendarat, pada pukul 8:57 diperingatkan tentang potensi serangan burung. Satu menit kemudian, mereka mengeluarkan peringatan mayday. Pada pukul 09.00, pesawat mencoba melakukan pendaratan darurat, namun terpaksa berputar lagi setelah roda pendaratan tidak dipasang. Satu menit kemudian, ia menerima izin untuk mencoba melakukan pendaratan dari arah berlawanan. Kecelakaan itu terjadi antara pukul 09:03 dan 09:07 saat pesawat berusaha melakukan pendaratan perut, mendarat 1.200 m (3.900 kaki) di sepanjang landasan pacu. Pesawat tersebut melampaui batas, dengan rekaman video yang menunjukkan pesawat tergelincir di landasan pacu menabrak dinding beton yang menahan susunan ILS dan meledak.[18] Menurut seorang dari dinas pemadam kebakaran yang berbicara dengan CNN, pesawat tersebut "hampir seluruhnya hancur" dalam kebakaran.[19] Layanan darurat menerima banyak panggilan pada sekitar jam 09:03 UTC+9,[13] dan pihak pemadam kebakaran merespon dan menyatakan keadaan darurat level 3, kewaspadaan tertinggi mereka.[20] Awalnya, 32 kendaraan pemadam, beberapa helikopter dan setidaknya 80 petugas pemadam kebakaran diluncurkan ke lokasi kejadian.[21][22] Setidaknya 179 orang tewas, dua orang selamat, keduanya adalah pramugari, mereka diselamatkan dari bagian belakang pesawat dan dalam keadaan sadar. Mereka menderita luka sedang hingga serius dan menerima perawatan medis di Rumah Sakit Pusat Mokpo sebelum dipindahkan ke rumah sakit di Seoul.[23][24] ResponPemerintah menetapkan Muan sebagai zona khusus bencana dan menetapkan masa berkabung nasional hingga 5 Januari 2025. Pelaksana tugas Presiden dan Perdana Menteri Choi Sang-mok, yang ditunjuk sebagai pemimpin sementara setelah krisis Darurat militer Korea Selatan 2024, memerintahkan upaya penyelamatan besar-besaran.[17] Dalam waktu kurang dari dua jam, Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan mengaktifkan Kantor Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan (중앙재난안전대책본부).[25] Korail mengumumkan layanan kereta KTX khusus, berangkat dari Seoul menuju Mokpo pada pukul 15.00, gratis bagi anggota keluarga penumpang untuk mencapai bandara Muan. Asosiasi Pengacara Gwangju membentuk satuan tugas dukungan hukum untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana. Penjabat Presiden dan penjabat Perdana Menteri Choi Sang-mok mengunjungi lokasi bencana, di mana beberapa anggota keluarga penumpang menyatakan ketidakpuasannya mengenai kurangnya informasi terkini secara real-time bagi mereka yang terkena dampak. Ia juga mengunjungi altar peringatan para korban di Muan pada tanggal 30 Desember.[26] Jeju Air merilis pernyataan di situsnya yang meminta maaf atas kecelakaan tersebut dan untuk sementara menghapus tautan untuk membeli tiket. Banyak yang mengungkapkan kemarahannya kepada Jeju Air karena mengadakan konferensi pers di Seoul, tanpa ada pejabat perusahaan yang hadir pada pengarahan di Bandara Muan.[27] Juru bicara Boeing dalam pernyataannya kepada Guardian menyatakan bahwa mereka telah melakukan kontak dengan pihak Jeju Air terkait kecelakaan Penerbangan 2216 dan akan mendukung Jeju Air sembari menyatakan belasungkawa bagi para keluarga korban.[28] Lihat pula
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Jeju Air Flight 2216. |