Iredentisme HungariaIredentisme Hungaria adalah istilah yang mengacu kepada gagasan iredentisme dan pan-nasionalis yang ingin mengembalikan wilayah Hungaria seperti sebelum Perang Dunia I, atau paling tidak memperoleh kembali wilayah yang dihuni oleh orang-orang Hungaria di negara-negara tetangga. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Traktat Trianon mendefinisikan perbatasan baru Hungaria, tetapi perbatasan ini membuat Hungaria kehilangan 72% wilayah dan 2/3 penduduk (dengan lima juta di antaranya adalah orang Hungaria).[1][2] Namun, hanya 54% penduduk Kerajaan Hungaria sebelum perang yang merupakan anggota kelompok etnik Hungaria.[3][4] Setelah traktat ini diberlakukan, pemimpin-pemimpin Hungaria mencoba mencabut sebagian isinya. Gagasan ini kemudian menjadi gagasan yang amat dipertimbangkan di tingkat nasional menjelang meletusnya Perang Dunia II.[5] Hungaria mendukung Blok Poros dan berhasil memperoleh kembali beberapa wilayah bekas kerajaan (yang sebagian besar dihuni oleh orang Hungaria) berdasarkan Arbitrasi Wina Pertama dan Kedua pada tahun 1938 dan 1940. Dengan cara militer Hungaria juga berhasil memperoleh wilayah Ruthenia Carpathia pada tahun 1939 serta Bačka, Baranja, Međimurje, dan Prekmurje pada tahun 1941 (lihat pendudukan wilayah-wilayah Yugoslavia oleh Hungaria). Setelah berakhirnya Perang Dunia II, perbatasan Hungaria dikembalikan seperti yang diberlakukan oleh Traktat Trianon sebelumnya, kecuali tiga desa Hungaria yang diserahkan kepada Cekoslowakia. Tiga desa ini saat ini merupakan bagian dari wilayah administratif Bratislava. Catatan kaki
Bacaan lebih lanjut
|