Hans Wospakrik
Hans Jacobus Wospakrik (10 September 1951 – 11 Januari 2005) adalah seorang fisikawan Indonesia yang merupakan dosen fisika teoritik di Institut Teknologi Bandung.[1][2][3] Wospakrik adalah seorang yang mendapatkan penghargaan fisikawan terbaik oleh Universitas Atma Jaya Jakarta atas pengabdian, konsistensi, dan dedikasinya yang tinggi dalam penelitian di bidang fisika teori. Ia memberi sumbangan berarti kepada komunitas fisika dunia berupa metode-metode matematika guna memahami fenomena fisika dalam partikel elementer dan Relativitas Umum Einstein. Hasil-hasil penelitiannya ini dipublikasikannya di jurnal-jurnal internasional terkemuka, seperti Physical Review D, Journal of Mathematical Physics, Modern Physics Letters A, dan International Journal of Modern Physics A.[4] Hans Jacobus Wospakrik meninggal dunia pada 11 Januari 2005 akibat leukemia.[5] Kehidupan pribadiWospakrik adalah putra dari pasangan Tom Wospakrik dan Lidya Boekorsjom. Tom Wospakrik merupakan tokoh pendidikan di Tanah Papua dan merupakan guru sekolah yang kemudian memimpin Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) pada periode 1968-1978.[6][7][8] Keluarga Wospakrik dikenal sebagai keluarga pendidik.[9] Putra dan putri serta cucu dari Tom Wospakrik antara lain Otto Wospakrik (alm) Dosen FISIP Uncen, Ir. Frans Alexander Wospakrik, M.Sc (alm) Rektor Uncen Periode 1996 – 2000 dan 2000 – 2005)[10], Pdt. DR. Martha M. Wospakrik, M.Thk dan Pdt. Dr. Josina Wospakrik M. Si (almh), dosen STFT IS Kijne[11] dr. Herlina Yulidia Sp.JP (dosen FK Universitas Papua)[12] Andrean Heskiel Wospakrik SP, M.Sc (Faperta Universitas Papua)[13] juga Dr. Derek Antonius Wospakrik SH, MH (dosen FH Universitas Cenderawasih)[14]. Wospakrik menikah dengan Regina Sorentou dan dikarunia dua orang anak yaitu Willem Wospakrik dan Marianette Octovina Wospakrik. Putrinya, Marianette Octovina Wospakrik, meraih gelar PhD bidang Astrofisika dari Universitas Florida pada Agustus 2018 dan mendapat kesempatan bekerja di Fermi National Accelerator Laboratory (Fermilab) Batavia, Illinois dekat Chicago, Illinois. Fermilab merupakan Laboratorium Nasional Departemen Energi Amerika Serikat[15][16][16] Wospakrik dikenal sebagai sosok yang sederhana dan peduli terhadap mahasiswanya. Meskipun seringkali harus pulang larut malam dari kampus di Ganesha, Bandung, ke rumah kontrakannya di wilayah selatan Bandung menggunakan angkutan umum setelah menghabiskan waktu membimbing diskusi mahasiswanya, Wospakrik tetap mampu menjaga kesederhanaan dan keterlibatannya. "Jika tidak ada lagi angkutan umum yang menuju ke rumahnya karena sudah larut malam, Hans akan pulang dengan berjalan kaki, dengan jarak yang cukup jauh (sekitar enam kilometer)" ungkap astronom Karlina Supelli, yang merupakan adik kelas Wospakrik di ITB. "Hans adalah sosok yang sangat baik dan memiliki etika yang luar biasa."[17] Riwayat pendidikanPada tahun 1971, Wospakrik masuk ITB dengan mengambil jurusan Teknik Pertambangan, yang tidak diminatinya sehingga pindah pada tahun berikutnya ke jurusan Fisika. Pada 1976, ia menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan predikat cum laude.[18] Pada akhir tahun 1970–an, ia pergi ke Belanda dalam rangka melanjutkan studi pascasarjana di bidang fisika teoritik. Semenjak tahun 1999, Wospakrik pergi ke Universitas Durham, Inggris. Tapi pada tahun 2002, ia mengambil program doktor di universitas yang sama. Pada awal 1980–an, sembari melanjutkan studi pascasarjananya, dia berkesempatan kerja sama dengan Gerardus t'Hooft di Rijksuniversiteit Utrecht, Belanda (1980-1981), dilanjutkan dengan Martinus JG Veltman di University of Michigan, Ann Arbor, AS (1981-1982), menghasilkan Classical Equation of Motion of a Spinning Nonabelian Test Body in General Relativity atas nama Hans J Wospakrik sendiri di Physical Review D tahun 1982 (Hooft dan Veltman mendapat Nobel Fisika pada tahun 1999)[19] Salah satu pencapaiannya adalah dua makalah tentang model Skyrme yang dipublikasikan dalam dua edisi Journal of Mathematical Physics yaitu edisi tahun 2001 (volume 42) dan 2002 (volume 43). Kedua makalah tersebut ditulis olehnya bersama dengan promotor yang mengawalinya, Prof. Dr. Wojtek Zakrzewski, selama studi doktoralnya di Durham University, Inggris, antara tahun 1999 hingga 2002. Publikasi makalah-makalah ini dalam jurnal bergengsi ini memiliki penting karena dua alasan utama. Pertama, model Skyrme merupakan pendekatan relatif baru dalam menjawab pertanyaan mengenai sifat partikel setelah dua paradigma sebelumnya, yaitu paradigma partikel titik dan teori dawai (string theory). Jika dalam paradigma partikel titik, partikel dianggap sebagai titik tak berdimensi, dan dalam paradigma teori dawai, partikel dianggap sebagai dawai berdimensi satu, maka model Skyrme yang nonlinier ini mengasumsikan partikel sebagai objek tiga dimensi yang menyerupai bola. Saat ini, ketiga paradigma ini sedang bersaing dalam upaya mencari jawaban yang paling fundamental mengenai sifat-sifat esensial yang harus dimiliki oleh suatu partikel. Model Skyrme ini awalnya dikembangkan oleh Tom Skyrme dari Universitas Birmingham pada tahun 1959 saat beliau mengajar di Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Namun, popularitas model ini terkekang oleh dominasi paradigma partikel titik, dan kemudian oleh harapan paradigma teori dawai sebagai kandidat yang potensial untuk menjelaskan fenomena fisika. Model Skyrme mulai mendapatkan perhatian ketika Edward Witten dari Princeton dan A.P. Balachandran dari Syracuse, yang merupakan dua tokoh berpengaruh dalam bidang ini, ikut berkontribusi dalam pengembangannya. Saat ini, pusat penelitian intensif mengenai model ini berada di Durham University, tempat Wospakrik menyelesaikan studi doktoralnya pada tahun lalu. Kedua, posisi internasional Hans sangat sentral dalam model Skyrme. Ia telah membuka jalan baru dalam penelitian ini, dengan mencari besaran fisika yang invarian menggunakan topologi soliton dan memecahkan persamaan non linier tanpa menggunakan metode gangguan (perturbasi). Melalui upaya tersebut, Hans telah berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya dalam Journal of Mathematical Physics yang memiliki reputasi sangat baik. Rekan-rekannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan bahwa Hans adalah orang Indonesia pertama yang berhasil mempublikasikan tulisannya dalam jurnal tersebut.[18] Karya-karyaBerkenalan dengan Teori Kerelatifan Umum Einstein dan Biografi Albert EinsteinBuku ini memperkenalkan karya Albert Einstein (1879-1955), seorang ilmuwan fisika-matematika terkemuka di abad ke-20, yaitu teori relativitas umum (1916), secara populer. Isi buku merupakan perluasan dari beberapa tulisan ilmiah populer penulis mengenai teori ini yang pernah diterbitkan dalam majalah ilmiah populer Scientiae dan harian umum Sinar Harapan. Penyajian isi buku ini disederhanakan sebisa mungkin agar dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca tanpa perlu memiliki latar belakang mendalam dalam fisika dan matematika, yang merupakan landasan teori ini. Namun, pengetahuan sedikit mengenai kedua cabang ilmu pasti tersebut dan astronomi akan sangat membantu pembaca dalam memahami arti teori fisika yang sangat dalam, namun menarik dan indah ini.[20] Dari Atomos Hingga QuarkBuku ini menceritakan mengenai pencarian manusia sepanjang sejarah mengenai penyusun terkecil dari materi-materi alam ini. Berawal dari Yunani di mana para filsuf saat itu berfilsafat mengenai penyusun terkecil setiap materi, Jazirah Arab yang disinggung oleh Wospakrik sebagai pemegang "obor pengetahuan" berikutnya setelah Yunani, ilmu alkemi, reaksi nuklir yang "menceritakan" pada kita tentang keberadaan atom, proton dan neutron, sampai temuan saat ini mengenai satuan materi yang lebih kecil, yaitu quark.[21][22][23] Kata pengantar di buku ini ditulis oleh Salomo Simanungkalit, di mana ia berkorespondensi dengan Martin Veltman, peraih Nobel Fisika tahun 1999. Surat elektronik yang bertiti mangsa 17 April 2005, menjadi semacam testimoni Martin Veltman pada Hans Wospakrik "Inilah catatan saya tentang Hans Wospakrik. Hans tiba di Institut Fisika Teori Universitas Utrecht, Belanda, atas rekomendasi Prof Kistemakers, yang sangat terkesan dengannya ketika ketemu di Indonesia. Di Uthrect, dia mulai menggarap teori-teori Yang-Mills, yang pada waktu itu frontier dalam riset fisika partikel elementer. Secara khusus dia berkonsentrasi menelaah persamaan-persamaan gerak Yang-Mills, dan melalui pekerjaannya ini Hans (dan saya) mendapat pemahaman lebih mendalam mengenai struktur matematika teori Yang-Mills. Hans menyusul saya ketika saya pindah ke Universitas Michigan di Amerika Serikat, dan di sana ia melanjutkan risetnya. Di Michigan dia juga menjadi anggota yang dihormati dalam kelompok teori partikel. Dua tahun kemudian dia memutuskan kembali ke negeri yang amat dicintainya, Indonesia. Nyata benar dia berkeinginan melanjutkan penelitiannya di sana dan mengembangkan riset di ITB. Masih tersimpan di ingatan, betapa saya terperanjat pada ketetapan hati dan usahanya memanfaatkan hari-hari terakhirnya di Michigan dan uangnya untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya buku untuk dibawa pulang. Dari publikasinya yang saya dapatkan (dari media interned-ed), saya lihat dia betul-betul terus bekerja sebaik mungkin dalam teori partikel. Orang seperti Hans besar sekali nilainya buat negeri yang mulai memasuki komunitas riset dunia. Kita merasa kehilangan. Salam, Martin Veltman Transformasi LaplaceBuku yang merupakan terjemahan dari buku yang ditulis oleh M.R Spiegel, dan diterbitkan oleh penerbit Erlangga, 255 halaman dan terbit pada tahun 1993. Buku ini diterjemahkan Hans Wospakrik bersama Pantur Silaban, salah seorang fisikawan terbaik juga di Indonesia. Sinyal dan Sistem LinearBuku yang merupakan terjemahan dari buku yang ditulis oleh Robert A. Gabel dan Richard A. Roberts. Robert A Gabel adalah anggota staf teknis pada MIT Lincoln Laboratory di Lexington, Massachusets, sedangkan Richard A. Roberts, adalah profesor teknik elektro dan komputer di Univerisity of Colorado, Boulder, Colorado. Buku setebal 430 halaman yang diterjemahkan oleh Hans Wospakrik pada tahun 1996, dan diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Karya-karya lain
Rujukan
Pranala luar
|