Gordianus I
Gordianus I (bahasa Latin: Marcus Antonius Gordianus Sempronianus Romanus Africanus;[5] c. 159 – 12 April 238) adalah Kaisar Romawi yang berkuasa selama satu bulan, bersama anaknya, Gordianus II pada 238, Tahun Enam Kaisar. Terjebak dalam sebuah pemberontakan melawan Kaisar Maximinus Thrax, dia dikalahkan oleh pasukan setia Maximinus sebelum akhirnya bunuh diri.[6] Latar belakangHanya sedikit yang diketahui tentang masa muda dan latar belakang keluarga Gordian. Tak ada bukti yang kuat mengenai asal usul keluarganya. Keluarganya berasal dari kalangan Equestrian yang moderat namun sangat kaya-raya.[7] Gordianus diceritakan memiliki hubungan dengan senator terkemuka.[8] Awal namanya, Marcus Antonius menunjukkan bahwa nenek moyang dari pihak ayahnya menerima kewarganegaraan Romawi di bawah kepemimpinanTriumvir Mark Antony, atau salah satu putrinya, selama akhir masa Republik Romawi.[8] Julukan 'Gordianus' yang disandangnya menunjukkan bahwa asal-usul keluarganya berasal dari Anatolia, terutama Galatia dan Kapadokia.[9] Menurut sejarah Augustan, ibunya merupakan seorang wanita Romawi bernama Ulpia Gordiana, dan ayahnya seorang Senator Romawi, Maecius Marullus.[3] Sementara sejarawan modern telah menolak dengan menganggap bahwa nama dari ayahnya itu palsu, dan mungkin bisa jadi ada kebenaran di balik identitas ibunya. Sejarah keluarga Gordianus dapat ditebak melalui tulisan-tulisan yang ada pada prasasti. Nama Semproniamus pada namanya mungkin mengindikasikan hubungan kepada ibunya atau neneknya. Di Ankara Turki, sebuah prasasti makam telah ditemukan nama itu, Sempronia Romana, anak perempuan dari sebuah nama, Sempronius Aquila (sekretaris kaisar).[8] Romana membangun prasasti tak bertanggal untuk istrinya (yang namanya hilang) yang meninggal sebagai praetor.[6] Gordianus kemungkinan memiliki hubungan gen dengan Sempronia.[1][1][4][4][6][10][11] Gordianus berhasil masuk ke Senat Romawi. Karier politiknya dimulai relatif terlambat dalam hidupnya, dan mungkin karena pada awal-awal tahun dia habiskan untuk mempelajari sastra dan retorika.[6][8] Sebagai seorang militer, Gordianus memimpin Legio III Scythica yang ditempatkan di Suriah.[8] Dia menjabat sebagai gubernur Britania Romawi pada tahun 216 dan terkadang sebagai Konsul Suffect selama pemerintahan Elagabalus.[6] Pada bantalan prasasti di Romawi Inggris, namanya terhapus. Ini menunjukkan ketidaksenangan kalangan kekaisaran terhadapnya selama dia memimpin.[6][12][13][14][15][16][17][18] WarisanMaximus bukanlah seorang kaisar yang populer dan ketidakpuasan yang besar karena penindasannya berpuncak pada revolusi di Afrika pada tahun 238.[19] Pemicunya ialah tindakan-tindakan prokurator Maximinus di Afrika, yang menarik pajak dan denda semaksimum mungkin, termasuk memalsukan tuntutan melawan aristokrasi lokal.[19] Kerusuhan ini menyebabkan kematian prokurator, yang kemudian membuat mereka datang ke Gordianus dan menunutnya agar ia menerima penghargaan yang berbahaya dari tahta kekaisaran.[20] Gordia, setelah memprotes bahwa ia terlalu tua untuk posisi itu, pada akhirnya ia menyerah pada pendapat rakyat dan mengambil posisi pejabat dan kognomen Africanus pada tanggal 22 Maret.[21] Gordianus telah pantas menyandang reputasi tinggi sebagai sosok yang ramah. Baik dia maupun anaknya, sangat mencintai sastra, mencapai prestasi, dan menerbitkan karya-karya secara produktif.[22] Tapi mereka lebih tertarik pada masalah-masalah intelektual, atau ketrampilan lainnya yang diperlukan untuk memperkuat posisinya sebagai negarawan. Senat terpaksa melanjutkan pembrontakan melawan Maximinus, menunjuk Pupienus dan Balbinus, sebagai kaisar bersama.[23] Namun demikian, pada akhir tahun 238, yang disepakati menjabat sebagai Gordianus III adalah cucunya.[24] Gordianus dan anaknya diagung-agunkan oleh Senat Romawi.[7][21][25] SumberSumber utama
Sumber lainnya
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Gordianus I.
|