Glycerius
Glycerius (Bahasa Yunani: Γλυκέριος) adalah kaisar Romawi di Barat antara tahun 473 sampai 474. Dia menjabat sebagai comes domesticorum (komandan penjaga istana) pada masa pemerintahan Olybrius (m. 472), sampai Olybrius meninggal pada November 472. Setelah 4 bulan masa peralihan pemerintahan, Glycerius akhirnya dinobatkan menjadi raja pada bulan Maret 473 oleh Gundobad, seorang magister militum (penguasa prajurit) dan kuasa di balik takhta. Sedikit sekali peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahannya yang diketahui, selain upaya menginvasi Italia oleh Visigoth yang gagal oleh komandan lokal, yang mengalihkan mereka ke Galia. Glycerius juga mencegah invasi Ostrogoth melalui diplomasi, termasuk memberikan hadiah 2.000 solidi. Glycerius tidak diakui oleh kaisar Romawi Timur Leo I (sekitar 457 sampai 474), dia justru mencalonkan Julius Nepos (sekitar 474 sampai 475/480) sebagai Kaisar Barat dan mengirim pasukan untuk menyerang. Glycerius tidak memiliki sekutu karena Gundobad telah meninggalkannya, dia pun terpaksa turun tahta pada 24 Juni 474, kemudian digantikan oleh Nepos. Ia ditunjuk menjadi Uskup Salona, posisi yang dipegangnya hingga meninggal. Dia meninggal kemungkinan sekitar tahun 480. Ada sumber yang menyalahkan dia atas pembunuhan Nepos, tetapi tidak ada catatan mengenai peristiwa ini. KehidupanLatar belakangSejarawan Penny MacGeorge menuliskan bahwa "hampir tidak ada yang diketahui dari Glycerius".[2] Keluarganya tidak diketahui dan bahkan mungkin bukan seorang bangsawan.[3] Dia naik dan menjabat sebagai comes domesticorum (komandan penjaga istana) kemungkinan saat pemerintahan Kaisar Romawi Timur Olybrius (m. 472).[4][5] Magister militum (tuan tentara) Jerman Ricimer telah menggulingkan Kaisar Romawi Timur Majorianus (m. 457–461) pada tahun 461, dan telah menaikkan kaisar boneka: Libius Severus (m. 461–465), Anthemius (m. 467–472), dan Olybrius, yang bertakhta pada bulan Juli 472 setelah Ricimer menggulingkan Anthemius.[6][7] Ricimer meninggal pada tanggal 18 Agustus 472, empat puluh hari setelah menjatuhkan Anthemius dan meraih gelar magister militum dan pembuat raja oleh keponakan Burgundinya, Gundobad.[7][8] Olibius meninggal tidak lama setelahnya, pada tanggal 2 November 472, dan terjadi interregnum selama hampir empat bulan, sebelum Gundobad meyakinkan Glycerius untuk mengambil kekuasaan dan menyatakan dirinya sebagai kaisar di Ravenna. Sebuah catatan tahun konsul Fasti vindobonenses mencatat bahwa hal tersebut terjadi pada tanggal 5 Maret 472. Namun catatan konsul Paschale campanum mengatakan bahwa itu terjadi pada tanggal 3 Maret 472.[2][9][10][11] Masa pemerintahanSejumlah kecil peristiwa pada masa pemerintahan Glycerius.[2][12] Glycerius dikenal dari sejumlah kecil potongan rujukan dalam apa yang sejarawan Ralph Mathisen sebut "kronik-kronik tipis", seperti Annales dari Marcellinus Comes, Kronik Galia 511, dan Kronik Saragossa, serta beberapa rujukan kecil disediakan oleh penulis abad ke-6 Jordanes dan uskup Ennodius.[4] Di bawah pemerintahan Glycerius, invasi oleh Visigoth dan Ostrogoth terulang, melalui perpaduan kegiatan diplomatik dan militer.[2][4][12] Visigoth dan Ostrogoth adalah kelompok Jermanik yang masing-masing bermukim di Gallia Aquitania, serta Pannonia Prima dan Valeria, selaku foederati.[13][14][15][16] Pada 473, raja Visigoth Euric (m. 466–484) memerintahkan invasi Italia, namun panglimanya, Vincentius, dibunuh oleh Comites (panglima regional) Alla dan Sindila. Setelah Vincentius dibunuh, Euric sebagai gantinya dipilih untuk menginvasi Gaul, menduduki Arles dan Marseilles. Raja Ostrogoth Videmir (m. 469–474) memutuskan untuk menginvasi Italia,[2][4][12] namun Glycerius dapat menghalangi Videmir dengan hadiah 2.000 solidi (koin emas bernilai tinggi),[17][18][a] dan menarik mereka dari Italia ke Gaul, tempat kelompok sekitar, yang disebut oleh Jordanes sebagai "beragam suku bangsa", kemudian menyerang mereka.[2][4][12] Mathisen berpendapat bahwa tindakan untuk mempertahankan kekaisaran tersebut dapat menjadi alasan bahwa Glycerius meraih sambutan yang sangat disukai dalam sumber-sumber Romawi dan Bizantium. Sejarawan abad ke-9 Teofanes hanya menyebutnya sebagai "sosok tak diinginkan", namun Ennodius, uskup Pavia, menyebutnya lebih panjang dalam karyanya Vita St. Epiphanius:[4]
Mathisten menyatakan bahwa luka yang disebutkan diserahkan kepada ibu Glycerius merupakan reaksi terhadap penyuapannya dari Videmir, namun menyatakan bahwa "tindakan semacam itu adalah bagian biasa dari kebijakan kekaisaran", dan berspekulasi bahwa para penyerang mungkin merupakan para prajurit, yang menjelaskan kekurangan hukuman mereka.[4] Glycerius nampak utamanya memerintah di Italia utara, tempat seluruh koin ditemukan dari masa kekuasaannya walau dicetak di Ravenna atau Milan. Satu-satunya hukum yang diberilakukan oleh Glycerius yang masih tercatat tertanggal 11 Maret 473, dan diedarkan kepada Himilco, prefek Praetoria Italia, dan kemudian diedarkan ulang ke prefek Praetoria Illyricum, Timur, dan Gaul, terkait simoni (penjualan jabatan gereja). Hukum tersebut diadopsi tak hanya oleh prefek Italia dan Gaul, yang menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Barat, namun juga prefek-prefek Illyricum dan Timur, di samping fakta bahwa ia tak memiliki otoritas untuk mengeluarkan hukum kepada mereka. Hukum tersebut dirancang untuk memberikan dukungan rohaniwan kepada Glycerius,[4] namun akan nampak juga diajukan kepada kelas senatorial, yang berkaitan soal peningkatan pemilihan kekerasan, serta pemakaian dana gereja oleh rohaniwan untuk alasan pribadi.[19] Hukum tersebut juga merupakan hukum terakhir yang diketahui dikeluarkan oleh kaisar Romawi Barat.[20] Diyakini, Glycerius berniat melakukan rekonsiliasi dengan Kekaisaran Romawi Timur, dibuktikan oleh fakta bahwa Glycerius tak menominasikan konsul pada 474, dan sebagai gantinya menerima konsul timur, Kaisar bayi Leo II (m. 473–474).[4] Disamping itu, Kaisar Romawi Timur, Leo I (m. 457–474), enggan mengakui Glycerius selaku kaisar karena ia sebetulnya adalah boneka Gundobad. Sebagai gantinya, Kaisar Leo memilih untuk mengakui salah satu pasukannya sendiri, Julius Nepos (m. 474–475/480), dan mengirimkannya dengan armada untuk menginvasi Kekaisaran Barat.[12] Sejarawan abad ke-7 Yohanes dari Antiokhia menyatakan bahwa Leo membuat keputusan untuk melengserkan Glycerius usai mendengar bahwa ia meraih takhta Kekaisaran Romawi Barat. Namun, Mathisen berpendapat bahwa Leo harus menahan diri beberapa kali, karena invasi sebenarnya tertunda oleh musim dingin, dan Julius Nepos terpaksa menunggu sampai permulaan musim semi untuk meluncurkan kampanyenya.[21] Glycerius tak memiliki sekutu, kala Gundobad nampaknya meninggalkannya, membiarkannya dengan tak memiliki pilihan selain menyerah. Usai Nepos mendarat di Ostia pada Juni 474, Glycerius turun takhta pada 24 Juni 474, di Ravenna, dan Nepos naik takhta.[12][22][23] Sejarawan John Michael O'Flynn menyatakan bahwa "keadaan menjelang pelengseran cepat tersebut bersifat rancu, dan, pada nampak sekilas, membingungkan", menyatakan bahwa walau pasukan Nepos nampaknya sedikit, Gundobad tak membuat pergerakan untuk melawan mereka, namun lebih kepada "sepenuhnya kehilangan dari naungan Italia." Ia berpendapat bahwa, walau Gundobad dapat menghimpun pemberontakan mutlak, alih-alih berniat melawan pengesahan kekaisaran Leo, ia menerima otoritas Leo untuk menolak Glycerius selaku kolega kekaisaran dan mengangkat salah satu pilihannya sendiri. Selain itu, Glycerius nampak tak pernah menyatakan pendapat soal aristokrasi Senat Romawi atau Galia-Romawi, yang akan membuat keputusan untuk membekinginya, dan kemudian mengasingkan keduanya, jauh melampaui Gundobad.[24] Selain itu, selaku raja Burgundi, Gundobad (m. 473/474–516) menikmati hubungan hangat dengan Kekaisaran Romawi Timur, yang ia anggap sebagai foederatus (pihak perjanjian).[22][23] Mathisen menyatakn penjelasan alternatif bahwa Gundobad berniat untuk menambah pasukan di Gaul, atau agar ia ditinggalkan agar ia meraih warisan usai kematian ayahnya, Raja Gondioc (m. 437–473).[4] Masa berikutnyaUsai digulingkan, Glycerius ditahbiskan menjadi Uskup Salona.[12] Menurut sejarawan Bizantium abad ke-5 Malchus, Glycerius mengambil beberapa bagian dalam mengadakan pembunuhan Julius Nepos pada 480, usai Nepos terpaksa kabur ke Italia dan membentuk pemerintahan dalam pengasingan di Dalmatia, walaupun catatan sejarah dari pembunuhan tersebut diragukan.[4][5][25] Glycerius wafat pada suatu waktu setelah 474, mungkin pada 480.[12][5] Ia terkadang disamakan dengan Glycerius yang diangkat menjadi Uskup Agung Milan oleh Raja Odoacer (m. 476–493), namun ini nampaknya merupakan kekeliruan.[4][5] Sumber untuk promosi Glycerius menjadi uskup agung merupakan penjelasan keliru yang ditulis oleh Ennodius, kala ia memuji uskup agung bernama Glycerius, di antara uskup agung Milan lainnya. Namun, bagian ini nampaknya merupakan kekeliruan atau ditambahkan pada masa berikutnya, dengan menyamakan uskup agung Glycerius dengan kaisar Glycerius.[5] ReferensiCatatanKutipan
Daftar pustaka
Bacaan lebih lanjut
|