Februari
Februari adalah nama dari bulan kedua dalam setahun pada tarikh Kalender Gregorius dan Julius.[1] Bulan Februari memiliki 28 hari pada tahun-tahun biasa dan 29 hari pada tahun-tahun kabisat. Tanggal 29 Februari, yang hanya muncul sekali dalam empat tahun, dikenal dengan nama hari kabisat. Bulan Februari menjadi bulan ketiga dan terakhir untuk musim dingin meteorologis di belahan Bumi utara, serta bulan ketiga dan terakhir untuk musim panas meteorologis di belahan Bumi selatan. Di Indonesia, bulan ini menjadi salah satu puncak musim hujan, yaitu periode dengan curah hujan tertinggi dalam setahun. NamaNama "Februari" diserap dari kata dalam bahasa Belanda: februari, yang berakar dari kata bahasa Latin, Februarius, yakni singkatan dari mensis februarius, yang berarti "bulan Februa". Kata "Februarius" tersebut merujuk pada suatu festival penyucian di Romawi Kuno yang diadakan pada tanggal 15 Februari, yang disebut sebagai Februa, atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Lupercalia. Kata tersebut juga terkadang merujuk pada Februus, yaitu dewa penyucian dalam mitologi Romawi. Dalam bahasa Indonesia zaman kuno, bulan ini sering dieja sebagai "Pebruari". Saat ini, kata tersebut dianggap sebagai versi takbaku dari kata "Februari".[2] Nama lainNama-nama historis yang merujuk pada bulan ini, di antaranya, ialah istilah Februarius dari penamaan Romawi asli, istilah Solmonath ("bulan lumpur") atau Kale-monath ("bulan kol") dari penamaan Inggris Kuno, serta istilah Hornung dari penamaan Karolus. Dalam bahasa Suomi, bulan ini dinamai helmikuu, yang berarti "bulan mutiara", yang berasal dari fakta bahwa pada bulan ini salju-salju dari pohon mulai meleleh dan membentuk tetesan air, tetapi kemudian membeku kembali dan membentuk es-es berupa mirip mutiara. Dalam bahasa Polski, bulan ini dinamai luty, sementara dalam bahasa Ukraina, dinamai лютий (lyutiy), keduanya kurang lebih berarti "keras", "berat", atau "parah". Dalam bahasa Makedonia bulan ini dahulu disebut sechko (сечко), yang berarti "potong", "pangkas", atau "tebang". Dalam bahasa Ceska, bulan ini disebut únor, yang mungkin berarti "menenggelamkan (es)". Dalam bahasa Slovenia, bulan Februari dahulu bernama svečan, yang mungkin merujuk pada sveča ("lilin"), terutama yang digunakan pada saat perayaan Yesus dipersembahkan di Bait Allah.[3] Nama tersebut awalnya dieja sebagai sičan,[4] kemudian sebagai svičan dalam Almanak Krain tahun 1775 dan dieja dalam bentuk akhir tersebut oleh Franc Metelko dalam buku Almanak Baru yang ia terbitkan pada tahun 1824. Variasi dari nama tersebut adalah sečan, yang dapat berarti "memotong" atau "menebang".[3] Pada tahun 1848, penerbit Masyarakat Slovenia dari Ljubljana mengusulkan dalam buku Kmetijske in rokodelske novice untuk memanggil bulan ini dengan nama talnik, yang berhubungan dengan taliti ("mencair"), tetapi nama tersebut tidak populer dalam masyarakat. Ide tersebut diusulkan oleh imam Katolik bernama Blaž Potočnik.[5] Nama lain untuk bulan ini dalam bahasa Slovenia adalah vesnar, yang merujuk pada tokoh mitologis bernama Vesna.[6] SejarahBulan Januari dan Februari ditambahkan paling akhir ke dalam Kalender Romawi oleh Numa Pompilius sekitar tahun 713 SM, setelah kedua bulan pada musim dingin tersebut sebelumnya dianggap sebagai "periode tanpa bulan" oleh bangsa Romawi. Bulan Februari awalnya menjadi bulan terakhir dalam setahun, hingga akhirnya dipindahkan menjadi bulan kedua oleh para Desemviri sekitar tahun 450 SM. Pada masa tertentu dalam sejarah, bulan Februari dipotong menjadi 23 atau 24 hari, sementara bulan kabisat berjumlah 27 hari, yang disebut Intercalaris atau Mercedonius, ditambahkan setelah bulan Februari dalam jangka waktu dua atau tiga tahun sekali untuk menyesuaikan kalender dengan musim yang ada. Perayaan-perayaan Romawi Kuno yang dirayakan dalam bulan ini meliputi Amburbium (tanggal pasti tak diketahui), Sementivae (2 Februari), Februa atau Lupercalia (13–15 Februari), Parentalia (February 13–22), Quirinalia (17 Februari), Feralia (21 Februari), Caristia (22 Februari), Terminalia (23 Februari), Regifugium (24 Februari), dan Agonium Martiale (27 Februari). Tanggal-tanggal ini sudah tidak sesuai dengan tanggal-tanggal pada kalender Gregorius modern. Sewaktu Kalender Romawi diubah menjadi Kalender Julius, sistem bulan Intercalaris ikut dihapus dan sebagai gantinya sistem tahun kabisat diperkenalkan. Dalam sistem baru tersebut, tahun kabisat terjadi sekali setiap empat tahun, dan dalam tahun kabisat tersebut, bulan Februari mendapat tambahan hari ke-29. Selain itu, bulan Februari ditetapkan sebagai bulan kedua dalam setahun, sehingga urutan bulan selalu ditampilkan seperti kalender tahunan saat ini. Bahkan pada Abad Pertengahan, ketika pergantian tarikh Masehi dimulai pada tanggal 25 Maret atau 25 Desember, bulan Februari tetap berada pada urutan kedua ketika kalender menampilkan kedua belas bulan. Kalender Gregorius, yang kemudian menggantikan Kalender Julius, membuat sedikit perubahan pada sistem yang mengatur tahun yang mana saja yang merupakan tahun kabisat yang mengandung tanggal 29 Februari, yaitu tambahan bahwa tahun dengan kelipatan 100 bukanlah tahun kabisat, kecuali jika tahun tersebut habis dibagi 400. Simbol
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai February. |