Bank Syariah Indonesia
Bank Syariah Indonesia (IDX: BRIS; disingkat BSI) adalah bank di Indonesia yang bergerak di bidang perbankan syariah. Bank ini diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 pukul 13.00 WIB atau bertepatan dengan tanggal 19 Jumadilakhir 1442 H. Bank ini merupakan hasil penggabungan antara Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan BRIsyariah. Bank ini pun menjadi bank syariah milik HIMBARA (Himpunan Bank Milik Negara), dengan mayoritas sahamnya dipegang oleh Bank Mandiri, sehingga bank ini dianggap sebagai bagian dari Mandiri Group. SejarahBank ini memulai sejarahnya pada tanggal 3 Juli 1969 dengan nama PT Bank Djasa Arta dan berkantor pusat di Jalan Suniaradja no. 24B, Bandung, dengan pemilik awalnya terdiri dari Sabas Gunawan, Lilis Surjati, Lies Harjati dan beberapa pemegang saham lain.[2] Belakangan, kantor pusatnya pindah ke Jalan Suniaraja No. 82, dan di tahun 1988, Bank Djasa Arta tercatat memiliki 4 kantor cabang serta dikelola oleh Darmawan Tanudjaja dkk.[3] Di tanggal 5 Januari 1990, bank ini diakuisisi 51% sahamnya oleh Awong Hidjaja, pemilik perusahaan tekstil Panasia, dengan sisanya dimiliki beberapa pemegang saham lain.[4][5] Namanya kemudian berganti menjadi PT Bank Jasa Arta sejak tahun 1994. Sempat juga bank ini di tahun 1997 akan berganti nama lagi sesuai nama induknya menjadi Bank Panasia Internasional, namun batal.[2] Pada tahun 2007, Bank Jasa Arta termasuk bank kecil dengan hanya memiliki 6 kantor cabang,[6] aset Rp 250,1 miliar,[7] dan tercatat sempat merugi.[8] Demi memenuhi Arsitektur Perbankan Indonesia, Bank Jasa Arta pada 2007 sempat menjajaki rencana merger dengan Bank Harfa dan Bank Mitraniaga, dimana bank hasil merger ketiganya akan bermodal Rp 100 miliar dan dimiliki eks-ketiga pemegang saham bank tersebut secara bersamaan.[9] Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejak Desember 2001 sudah memiliki unit usaha syariah (UUS)-nya sendiri demi memenuhi keinginan pasar.[10] UUS ini pada tahun 2007 bertumbuh cukup lambat, namun sudah mencatatkan aset Rp 1,14 triliun dan dana pihak ketiga Rp 376 miliar.[6] Belakangan, untuk mengembangkan bisnis perbankan syariahnya, BRI merencanakan spin-off pada UUS-nya itu menjadi bank syariah.[11] Tindakan ini ditempuh setelah manajemen BRI melihat bank syariah lebih memiliki potensi untuk bertumbuh lebih tinggi dibanding UUS.[12] Untuk memuluskan rencana ini, BRI kemudian mulai membidik dua bank kecil untuk diakuisisi, yaitu PT Bank Jasa Arta dan PT Bank Harmoni Internasional.[13] Akhirnya, di bulan Juni 2007, BRI memutuskan akan membeli Bank Jasa Arta.[13] Akuisisi kemudian resmi dilakukan di tanggal 19 Desember 2007, dengan BRI mengambilalih PT Bank Jasa Arta dari tangan Awong Hidjaja dan dua perusahaan miliknya (PT Panasia Synthetic Abadi dan PT Panasia Intertraco)[7] seharga Rp 61 miliar. Rencananya, bank syariah milik BRI ini akan memiliki 51 cabang, 45 dari eks-UUS BRI dan 6 dari eks-Bank Jasa Arta serta beraset Rp 1,8 triliun. Setelah mendapat izin usaha dari Bank Indonesia melalui surat no. 10/67/Kep.GBI/DPG/2008 tertanggal 16 Oktober 2008, Bank Jasa Arta resmi berganti nama menjadi PT Bank Syariah BRI pada tanggal 17 November 2008 dengan status berubah dari sistem konvensional ke syariah.[14][15] Di tanggal 19 Desember 2008, BRI meneken akta pemisahan UUS BRI dan penggabungannya ke dalam bank ini, yang selanjutnya mulai berlaku sejak 1 Januari 2009.[7] Pasca penggabungan itu, nama Bank Syariah BRI diganti lagi menjadi PT Bank BRIsyariah, efektif sejak 15 Desember 2009.[2] Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tanggal 9 Mei 2018, bank ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.[16] Pada tahun 2020, rencana penggabungan Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah ke dalam perusahaan ini disetujui oleh para pemegang sahamnya,[17] dan sebelumnya manajemen ketiga bank sudah menyepakati rencana merger di tanggal 12 Oktober 2020.[18] BRIsyariah akan menjadi surviving entity dan dua bank syariah lain melebur ke dalamnya; hal ini dilakukan karena bank tersebut merupakan satu-satunya bank syariah anak usaha BUMN yang sudah go public sehingga prosesnya diharapkan lebih mudah. Saat itu, belum diputuskan nama baru BRIsyariah pasca-merger, namun dirumorkan akan bernama "Amanah Bank".[19] Belakangan, setelah mendapat izin dari OJK dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021 tertanggal 27 Januari 2021, PT Bank BRIsyariah Tbk resmi berganti nama menjadi "PT Bank Syariah Indonesia Tbk", dan dua bank syariah lainnya (Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah) resmi melebur ke dalam bank ini pada tanggal 1 Februari 2021. Pada hari yang sama, juga diadakan peluncuran nama dan logo baru BSI ke publik.[20] Merger ini diperkirakan akan menghasilkan bank syariah terbesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.[18] Saat ini, BSI tengah mempersiapkan perubahan statusnya dari anak usaha Bank Mandiri menjadi bank BUMN/milik pemerintah (kelima); rencananya, pemerintah akan memegang saham dwiwarna A.[21] Selain itu, tengah disiapkan juga sebuah super app perbankan digital yang direncanakan akan diluncurkan di awal 2023.[22] Ada juga rencana rights issue di kuartal-III 2022 sebesar Rp 5 triliun yang diharapkan mampu meningkatkan pasar perbankan syariah dan memenuhi kewajiban free float di bursa saham.[23] Adapun rights issue telah dilakukan pada 19-23 Desember 2022, dengan melibatkan 4,99 miliar saham dan meraup dana Rp 5 triliun.[1] ProdukTabungan
Giro
Pembiayaan
Kartu
DigitalStruktur organisasiDewan Komisaris
Direksi
Dewan Pengawas Syariah
PeristiwaPada 8 Mei 2023 sistem BSI lumpuh akibat ransomware[24], sistem BSI baru bisa kembali normal pada 10 Mei 2023.[25] Lihat pulaPranala luarReferensi
|