Banjaroyo, Kalibawang, Kulon Progo
Kalurahan Banjaroyo (bahasa Jawa: ꦏꦭꦸꦫꦲꦤ꧀ ꦧꦚ꧀ꦗꦫꦺꦴꦪꦺꦴ꧉, translit. Kalurahan Banjaraya) adalah Kalurahan/desa di Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalurahan ini berjarak 13,6 Km dari Candi Borobudur.[2]Selain itu, di sisi utara dan timur berbatasan langsung dengan Sungai Kali Progo yang menghubungkan dengan Jawa Tengah. Disini juga terdapat Masjid Sultan Agung, Gua Maria Sendangsono, dan Kantor Kapanewon Kalibawang. GeografiBatas Wilayah dan TopografiBanjaroyo merupakan Kalurahan paling utara di Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten Magelang, ini ditandai adanya tugu Gerbang Samudra Raksa di jembatan perbatasan Sungai Kali Progo.
Dengan ketinggian tanah yang bervariasi antara 84 hingga 484 meter di atas permukaan laut (MDPL), wilayah ini memiliki topografi berupa dataran tinggi. SejarahSebelum tahun 1947, terdapat beberapa Kalurahan yang ada di Banjaroyo yaitu
Hingga pada tahun 1947 disatukan menjadi Kalurahan Banjaroyo.[3] DemografiKependudukanMenurut data Kementerian Dalam Negeri pada Juni 2024, Kalurahan Banjaroyo memiliki Jumlah Penduduk 8.521 jiwa, dengan rincian jenis kelamin 4.245 jiwa laki-laki 4.245 dan 4.276 jiwa perempuan. Selain itu, tercatat 3.040 Kepala Keluarga (KK) mendiami Kalurahan Banjaroyo, dengan 12 jiwa melakukan perpindahan penduduk, dan 3 jiwa meninggal dunia[4] AgamaBerdasarkan data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2024, sebanyak 81,4% penduduk Kalurahan Banjaroyo menganut agama Islam. Kemudian penduduk yang beragama Kristen Katholik sebanyak 18,2%. Selebihnya beragama Kristen Protestan sebanyak 0,26%, Penduduk yang beragama Hindu sebanyak 0,01%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat masjid, mushola, 1 gereja Katolik dan kapel.
Sosial BudayaEkonomiProduk Unggulan : Durian, Cokelat (KKO), Gula Jawa, dan Gula Kristal.
Pendidikan
PemerintahanDaftar Kepala Kalurahan Banjaroyo:
Daftar Kepala Padukuhan Kalurahan Banjaroyo terdiri dari 19 padukuhan.
PariwisataLokasi Wisata :, Kawasan Ancol, Makam Simbah Kyai Krapyak Tsani, Agro Durian, dan Duren Sawit.
Merupakan sebuah bendungan yang berfungsi sebagai hulu dari Selokan Mataram, Selokan Van Der Wijk, dan Saluran Kalibawang. Menurut catatan sejarah, Bendungan Ancol dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1942 hingga 1951. Proyek ini merupakan inisiatif dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang sangat prihatin terhadap sistem kerja paksa yang diberlakukan oleh penjajah Belanda dan Jepang. Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencari cara agar rakyatnya tidak dikirim untuk kerja paksa di luar daerah, sehingga tercetuslah ide pembuatan bendungan ini. Ide tersebut mendapat sambutan baik dari pemerintah Jepang.
Merupakan tempat melihat matahari terbit dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dari arah Banjaroyo.
Tugu perbatasan ini mengusung konsep berupa kapal bercadik khas Nusantara sebagai perwujudan relief di Candi Borobudur.[6] GaleriLihat Pula
Referensi
Pranala Luar |