Babi rusa
Babi rusa[1] atau babirusa (Babyrousa) adalah marga binatang yang termasuk kerabat babi liar, bertaring panjang yang mencuat dan melengkung di atas moncongnya, hidup berkelompok di sekitar daerah rawa-rawa dan semak-semak, mencari makan pada malam hari, pada siang hari tidur, makanannya terdiri atas umbi, akar, binatang tanah, buah-buahan, dan kelapa yang jatuh.[1] Habitat babi rusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur, dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang. Deskripsi fisikPanjang tubuh babi rusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babi rusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Jantan memiliki taring yang mencuat ke atas, sedangkan taring pada betina kecil atau tereduksi. Taring ini berasal dari gigi taring yang termodifikasi.[2] Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. PerilakuMeskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya. Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Babi rusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babi rusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun. Rahang dan gigi mereka dilaporkan cukup kuat untuk memecahkan kacang sangat keras dengan mudah. Namun, babi rusa tidak menunjukkan perilaku perakaran khas suids lain karena tidak adanya tulang rostral di hidung. Mereka akan menyelidiki pasir lembut serta basah, tempat berlumpur untuk makanan.[3] Macam-macam perilaku babi rusa yang tercatat pada beberapa wilayah konservasi adalah berbaring saat tidur, berjalan sambil meletakkan hidungnya ke tanah untuk mencari makan disertai dengan suara-suara dengkuran kecil, berkubang di lumpur atau air, dan saat kawin. Pada waktu kawin, babirusa betina akan datang ke arah panas matahari dan jantan akan mengikuti yang betina dengan hidung di dekat daerah kelamin sang betina dengan mengeluarkan suara decakan 3-5 kali per detik. Jantan yang bersifat dominan akan langsung mengikuti betina dan mengambil alih. Jika betina tidak berada dalam masa oestrus maka jantan maka yang jantan akan mengabaikannya, sedangkan jika yang betina sedang dalam atau akan memasuki masa oestrus maka betina akan lebih sering lari dan menjauhi yang jantan dan bersembunyi di balik babirusa lain. Saat kawin, yang betina akan lebih sering berbaring di tanah untuk menunda proses kawin, dan saat jantan mengejar betina, yang jantan akan mengangkat wajahnya dengan tatapan tajam untuk memperingati jantan lainnya untuk tetap menjauh.[4] TaksonomiBabirusa memiliki tiga subspesies yang masih ada saat ini dan diakui. Bentuk (tiga) bentuk kehidupan digambarkan sebagai berikut:
KonservasiMereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia. Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babi rusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi pengawasan habitat babi rusa dan membuat taman perlindungan babi rusa di atas tanah seluas 800 hektare. Babi rusa itu diberikan perlindungan penuh di bawah hukum Indonesia pada tahun 1931. Spesies telah disertakan pada Appendix I CITES sejak tahun 1982, meskipun perdagangan internasional spesies ini tidak dianggap telah menjadi isu penting dalam beberapa kali. Ada dua kawasan lindung di Buru hutan hujan yang tersisa, Gunung Kelpat Muda (1380 km²) dan Waeapo (50 km²), dan satu di Taliabu, Pulau Taliabu (700 km²). Gunung Kelpat Muda, ke bagian barat-tengah pulau. memiliki keuntungan tambahan untuk terus menjadi perlindungan hewan menurut adat setempat. Operasi penebangan komersial skala besar telah menjadi ancaman utama bagi spesies ini. Ancaman saat ini ke hutan hujan Buru tersisa rendah dan prospek konservasi relatif stabil, tetapi tetap rentan. Babi rusa terus diburu untuk daging di beberapa tempat oleh masyarakat desa non-Muslim lokal.[3] Karakteristik
HabitatHabitat dari hewan ini meliputi hutan hujan tropis di tepi sungai dan kolam yang tertutup vegetasi.[6] Hewan ini hidup secara berkelompok, dengan jumlah 8 (delapan) individu per kelompoknya[6] dan mereka berinteraksi dengan cara saling menjilati.[6] Babi rusa jantan dewasa yang lebih tua sering diamati secara tunggal dan sebagian besar kelompok yang terdiri dari lima atau lebih sedikit hewan, yang sebagian besar adalah perempuan dengan yang masih muda.[3] Referensi
Pranala luar
|