J
J adalah huruf kesepuluh dalam alfabet Latin, dan huruf terakhir yang ditambah dalam kalangan 26 huruf. Namanya dalam bahasa Indonesia adalah je. Sejarah
J asalnya merupakan bentuk lain huruf I, sedangkan huruf I berasal dari huruf iota Yunani. Bentuk huruf kecil j digunakan pada Abad Pertengahan untuk mengakhiri angka Romawi menggantikan i. Penggunaan yang berbeda diawali dalam bahasa Jerman Hulu Pertengahan.[1] Petrus Ramus (d. 1572) menjadi orang pertama yang secara jelas membedakan I dan J sebagai lambang bunyi yang berbeda. Mulanya, kedua huruf I dan J melambangkan /i/, /iː/, dan /j/; tetapi rumpun bahasa Roman mengembangkan bunyi-bunyi baru (dari /j/ dan /g/) yang menjadi bunyi-bunyi lambang I dan J; oleh itu, J bahasa Inggris (dari J Prancis, dan akhirnya dipakai dalam Indonesia) agak berbeda bunyinya dari j . PenggunaanSemua bahasa Jermanik kecuali Inggris, Skotlandia dan Luksemburg menggunakan J untuk /j/; begitu juga dalam bahasa Albania, serta rumpun bahasa Ural dan Slavia yang memakai alfabet Romawi, seperti bahasa Hungaria, Finlandia, Estonia, Polandia, Ceko, dan Slowakia. Sebagian bahasa dalam rumpun ini, seperti bahasa Serbia, turut menyerap J ke dalam abjad Kiril untuk tujuan yang sama. Oleh karena itulah, huruf kecilnya dipilih sebagai lambang fonetik IPA untuk j (seperti "y" dalam "ya"). Penggunaan J sebagai lambang konsonan gesek pascarongga-gigi (/dʒ/) terdapat dalam bahasa Igbo, Indonesia, Melayu, Shona, Somali, Oromo dan Zulu. Bahasa Inggris menggunakannya pada beberapa kata, misalnya kata jam (dibaca d͡ʒæm). Dalam bahasa Basque, diafonem yang dilambangkan oleh j dilafalkan berbeda-beda menurut dialek: [j], [ʝ], [ɟ], [ʒ], [ʃ], [x] (yang terakhir umum digunakan di País Vasco). Dalam bahasa Indonesia, J awalnya melambangkan /j/, konsonan hampiran langit-langit. Sejak tahun 1972, bunyi tersebut digantikan dengan Y dan huruf J digunakan untuk melambangkan /dʒ/. Dalam ejaan standar bahasa Italia modern, hanya kata dari bahasa Latin, nama diri (seperti Jesi, Letojanni, Juventus, dsb.) atau kata dari bahasa asing yang memakai J. Sampai abad ke-19, J cenderung digunakan daripada I dalam diftong, sebagai pengganti akhiran -ii, dan dalam kelompok vokal (seperti pada kata Savoja); aturan ini cukup ketat dalam pedoman ejaan resmi. J juga digunakan untuk menyerap bunyi /j/ dalam dialek, misalnya ajo dalam bahasa Romanesque menjadi aglio (–/ʎ/–). Novelis Italia Luigi Pirandello menggunakan J pada kelompok vokal dalam karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Italia; ia juga menulis bahasa ibunya, bahasa Sicilia dengan tetap mempertahankan penggunaan J. Dalam bahasa Spanyol, J melambangkan /x/ atau /h/ (yang berkembang dari konsonan gesek /dʒ/), serupa dengan bunyi "h" atau "kh" Indonesia. Dalam bahasa Prancis, Portugis dan Rumania, huruf J mulanya berbunyi /dʒ/ tetapi kini berubah menjadi /ʒ/ (seperti pada kata measure bahasa Inggris). Dalam bahasa Turki, Azerbaijan dan Tatar, huruf J umumnya melambangkan bunyi /ʒ/. "J" ialah satu-satunya huruf yang tidak ditemukan dalam sistem periodik unsur (namun Jl pernah digunakan untuk mewakili joliotium, dan J sendiri pernah dipakai untuk yodium[2]). Kode komputasiRepresentasi alternatif huruf J
Catatan kakiWikimedia Commons memiliki media mengenai J.
|