Yugur
Yugur (Hanzi: 裕固族; Pinyin: Yùgù Zú), atau Uigur Kuning,[1] sebagaimana secara tradisional dikenal, adalah salah satu dari 56 bangsa yang resmi diakui oleh Cina, 13.719 orang terdaftar sebagai anggota menurut sensus tahun 2000.[2] Bangsa Yugur utamanya tinggal di Daerah Otonom Sunan Yugur di Gansu, Cina. Mereka menganut Buddha Tibet.[3][4] NamaNama resmi bangsa ini yang sekarang, Yugur, berasal dari autonim: Yugur yang berbicara dengan bahasa Turki merujuk diri mereka sebagai Yogïr "Yugur" atau Sarïg Yogïr "Yugur Kuning", dan Yugur yang berbahasa Mongol juga menggunakan kata Yogor atau Šera Yogor "Yugur Kuning". Dokumen sejarah Cina telah mencatat etnonim-etnonim tersebut sebagai Sālǐ Wèiwùr atau Xīlǎgǔr. Selama Dinasti Qing, Yugur juga disebut dengan istilah yang di antaranya "fān", istilah Cina Klasik untuk kelompok etnis Tibet (Hanzi: 西喇古兒黃番; Pinyin: Xī Lǎgǔr Huáng Fān). Agar kedua kelompok tersebut dan bahasa mereka dapat dibedakan, ahli bahasa Cina menciptakan istilah Xībù Yùgùr "Yugur Barat" dan Dōngbù Yùgùr "Yugur Timur" berdasarkan distribusi geografis. SejarahYugur yang berbahasa Turki dianggap merupakan keturunan dari kelompok Uigur yang melarikan diri dari Mongolia ke arah selatan ke Gansu setelah runtuhnya Uigur Khaganat tahun 840, di mana mereka mendirikan Kerajaan Gansu Uigur yang makmur (Ganzhou Uighur Khanate) (870-1036) dengan ibu kota di dekat Zhangye (sekarang) di kaki Pegunungan Qilian di lembah Ruo Shui.[5] Penduduk kerajaan ini, diperkirakan sejumlah 300.000 jiwa menurut catatan Song, mempraktikkan kepercayaan Manikheisme dan Buddha di berbagai kuil di seluruh negeri. Pada 1037 Yugur dikuasai oleh Tangut.[6] Kerajaan Gansu Uigur secara paksa bergabung dengan Xia Barat setelah perang berdarah yang berkecamuk sejak 1028 hingga 1036. Mahmud al-Kashgari, yang hidup pada saat itu di Kashgar, menyatakan bahwa "Darah Uigur mengalir seperti sungai yang bergemuruh" selama perang ini. Yugur yang berbahasa Mongol diperkirakan adalah keturunan dari salah satu kelompok berbahasa Mongol yang menginvasi Cina Utara selama penaklukan Mongol abad XIII. Yugur akhirnya bergabung dengan Cina Qing pada 1696 selama masa pemerintahan penguasa kedua Qing, Kaisar Kangxi (1662-1723). Pada tahun 1893, Grigory Potanin (seorang penjelajah Rusia), ilmuwan Barat pertama yang mempelajari Yugur, menerbitkan glosarium mini yang memuat kata-kata Yugur bersama dengan catatan mengenai situasi administrasi dan geografis.[7] Kemudian, pada tahun 1907, Carl Gustaf Emil Mannerheim mengunjungi desa Yugur Barat di Lianhua (Mazhuangzi) dan Kuil Kangle Yugur Timur. Mannerheim adalah yang pertama yang mengadakan investigasi etnografi Yugur secara rinci. Pada tahun 1911, ia menerbitkan temuannya dalam sebuah artikel untuk Masyarakat Finno-Ugrian. BahasaSekitar 4.600 jiwa bangsa Yugur berbicara dengan bahasa Yugur Barat (bahasa Turki) dan sekitar 2.800 dengan bahasa Yugur Timur (bahasa Mongol). Yugur Barat melestarikan banyak arkaisme dari Uigur Kuno.[8][9] Bangsa Yugur yang tersisa di daerah otonom tersebut tidak lagi menggunakan bahasa Yugur mereka masing-masing dan sekarang berbahasa Cina. Sejumlah sangat kecil dari bangsa Yugur dilaporkan bercakap dengan bahasa Tibet. Mereka menggunakan bahasa Cina dalam pergaulan. Kedua bahasa Yugur tidak lagi dipakai dalam tulisan meskipun alfabet Uigur Kuno masih digunakan oleh beberapa komunitas Yugur sampai akhir abad XIX.[10] OrangYugur pengguna bahasa Turki terutama tinggal di bagian barat di Distrik Mínghuā, di Kota Liánhuā dan Mínghǎi, dan di Distrik Dàhé, di daerah pusat. Yugur pencakap bahasa Mongol terutama tinggal di daerah tersebut di bagian timur, di Distrik Huángchéng, dan di Distrik Dàhé dan Kānglè, di pusat daerah. Sebagian besar bangsa Yugur bekerja di bidang peternakan. AgamaAgama tradisional bangsa Yugur adalah Buddha Tibet, yang dipraktikkan bersama perdukunan. Budaya PopulerSarig Yogir merupakan salah satu bangsa yang dapat dimainkan di Europa Universalis IV. Referensi
Pranala luar
|