Al-Kashgari mempelajari rumpun bahasa Turkik di Bagdad. Pada tahun 1072-74, ia menyusun kamus komprehensif pertama bahasa Turkik, Dīwān Lughāt al-Turk (bahasa Indonesia: "Ringkasan bahasa orang Turki").[4][5][6][7][8] Penyusunan kamus tersebut dimaksudkan untuk digunakan oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad, sekutu baru Arab dari orang Turki. Kamus komprehensif Al-Kashgari berisi tentang puisi Turki kuno dalam bentuk khas puisi empat baris (dalam bahasa Persia-Arab disebut رباعیاتrubai dan dalam bahasa Turki: dörtlük), puisinya mewakili semua genre utama diantaranya epik, pastoral, didaktik, lira, dan elegi. Karya bukunya juga memuat peta pertama yang diketahui dari daerah yang dihuni oleh bangsa Turkik. Peta ini disimpan di Perpustakaan Nasional di Istanbul.[9] Kamus ini kemudian diedit oleh sejarawan Turki Ali Amiri.[10]
Al-Kashgari menganjurkan monolingualisme dan purisme bahasa-bahasa Turkik, dan memegang keyakinan pada kekuatan masyarakat nomaden (suku Turkik secara tradisional merupakan suku yang berpindah-pindah tempat (nomaden)) atas penduduk perkotaan. Sebagian besar orang yang berbahasa-Turkik berbicara dalam dua bahasa dalam bahasa Tajik (bahasa Persia di Tajikistan), yang kemudian merupakan bahasa urban dan sastra Asia Tengah.[11]
Peninggalan
Bangsa-bangsa Turkik seperti Uighur, Uzbek dan Bangsa Kirgiz mengaku bahwa Al-Kashgari merupakan sebagai bagian dari kelompok etnis mereka masing-masing.[12] Sebuah Universitas yang terletak di ibu kota Bishkek pada zaman Pasca-soviet Kirgizstan yang juga mempelajari tentang studi oriental, diberi nama seusai dengan Mahmud Kashgari-Barskani.[13] Pada tahun 2008 UNESCO mendeklarasikan tahun 2008 sebagai Tahun Mahmud al-Kashgari.[14]
Kematian
Informasi mengenai kehidupan dan kematian al-Kashgari sangatlah sedikit, beberapa peneliti berpikir bahwa Mahmud al-Kashgari meninggal pada tahun 1102 pada usia 97 tahun. Penemuan makamnya baru ditemukan pada tahun 1981 di desa Upal, Xinjiang 45 kilometer dari Barat Kashgar.[3]
^Clauson, Gerard (1961). "The Initial Labial Sounds in the Turkish Languages". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London 24 (2). Cambridge University Press: 299. JSTOR610169.
^Roudik, Peter, The History of the Central Asian Republics, (Greenwood Press, 2007), 175.
^Ali Amiri, R. Mantran, The Encyclopaedia of Islam, Vol. I, ed. H.A.R. Gibb, J.H. Kramers, E. Levi-Provencal and J. Schacht, (E.J. Brill, 1986), 391.
^Sengupta, Anita (2003). The Formation of the Uzbek Nation-State: A Study in Transition. Lexington Books. hlm. 136–137. The most elegant of the dialects belongs to those who know only one language, who do not mix with Persians and who do not customarily settle in other lands. Those who have two languages and who mix with the populace of the cities have a certain slurring in their utterances.... The most elegant is that of the Khagani kings and those who associate with them.
^But some Uyghur authors consider him a member of their own ethnic group. Makhmud Kashghari himself considered the Uyghurs of his own time as the eastern neighbours of his country (the Qarakhanid khanate). See, for example, Dwyer, Arienne (2005). The Xinjiang Conflict: Uyghur Identity, Language Policy, and Political Discourse(PDF). Political Studies 15. Washington: East-West Center. hlm. 73. ISBN1-932728-29-5. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2010-05-24. Diakses tanggal 2018-11-17.: "the Uzbeks, Uyghurs, and Kyrgyz all claim Mahmud al-Kashgari, the well-known
11th century scholar, as their own."
^HISTORY OF CREATION, Eastern University, diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-17, diakses tanggal 17 November 2018