Williams Grand Prix Engineering51°37′5″N 1°24′46″W / 51.61806°N 1.41278°W
Williams Grand Prix Engineering Limited, saat ini turun dengan nama dagang Williams Racing, adalah sebuah tim dan konstruktor balap Formula Satu asal Inggris. Tim ini didirikan oleh Sir Frank Williams dan Patrick Head. Tim ini dibentuk pada tahun 1977 setelah tim Williams yang tidak sukses, yaitu Frank Williams Racing Cars (yang kemudian berubah nama menjadi Wolf–Wiliiams Racing pada musim 1976). Seluruh sasis tim Williams dinamai FW yang berarti inisial sang pemilik tim, yaitu Sir Frank Williams. Balapan pertama tim ini adalah Grand Prix F1 Spanyol 1977, dengan menggunakan sasis dari tim March yang dikendarai oleh Patrick Nève. Tahun berikutnya, tim Williams memulai membuat mobilnya sendiri, dan Clay Regazzoni berhasil memenangkan balapan yang pertama untuk tim Williams pada Grand Prix F1 Inggris 1979. Pada Grand Prix F1 Inggris 1997, Jacques Villeneuve berhasil memenangkan balapan yang ke-100 untuk tim ini, membuat tim Williams menjadi salah satu dari 4 tim di F1, bersama dengan tim Ferrari, McLaren, dan Mercedes, yang berhasil memenangkan lebih dari 100 balapan. Tim Williams berhasil memenangkan 9 Kejuaraan Dunia Konstruktor di antara musim 1980 dan 1997. Rekor ini kemudian dilewati oleh tim Ferrari pada tahun 2000. Beberapa pembalap kenamaan yang sempat turun membalap di dalam ajang F1 bersama dengan tim Williams di antaranya adalah: Clay Regazzoni, Heinz-Harald Frentzen, Ralf Schumacher, Jenson Button, Juan Pablo Montoya, dan sang legendaris Ayrton Senna. Tim Williams juga dikenal sebagai pembibit para desainer handal. Beberapa di antara nama desainer mobil F1 yang pernah bergabung bersama dengan tim Williams antara lain: Adrian Newey, Ross Brawn, dan Geoff Willis. Sedangkan pembalap-pembalap yang pernah menjadi juara dunia bersama dengan tim Williams yaitu Alan Jones (1980), Keke Rosberg (1982), Nelson Piquet (1987), Nigel Mansell (1992), Alain Prost (1993), Damon Hill (1996), dan Jacques Villeneuve (1997). Pada bulan Mei 2020, tim Williams secara resmi mengumumkan bahwa mereka sedang mencari pembeli untuk sebagian tim karena masalah finansial pada tahun 2019, dan bahwa mereka sudah memutus kontrak dengan sponsor utama mereka pada saat itu, yakni ROKiT. Pada tanggal 21 Agustus 2020, tim Williams secara resmi diakuisisi oleh Dorilton Capital. Mulai tanggal 7 September 2020, setelah Grand Prix Italia 2020, Keluarga Williams secara resmi mundur dari peran manajemen tim.[1] Tim ini memakai logo "S - Senna" di mobil F1 miliknya sejak kematian Ayrton Senna pada tanggal 1 Mei 1994 di Autodromo Enzo e Dino Ferrari, dimulai dari Grand Prix Monako 1994, sampai dengan Grand Prix Abu Dhabi 2021, untuk mengenang Senna dan untuk melambangkan dukungan berkelanjutan tim kepada Instituto Ayrton Senna (IAS). Pada tahun 2022, tim Williams memutuskan untuk tidak lagi memakai logo tersebut.[2] Awal mulaFrank Williams memulai tim Williams yang ada saat ini pada musim 1977, setelah sebelumnya dikenal dengan nama: "Frank Williams Racing Cars" (FWRC). Awalnya, tim FWRC gagal untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan oleh Frank Williams. Meskipun sebelumnya ada janji dari pemilik baru FWRC, yaitu seorang jutawan asal Kanada, Walter Wolf, tim Williams di musim 1976 tetap tidak kompetitif.[3] Masuk ke tahun 1977, Frank hengkang dari tim FWRC setelah aset tim tersebut diambil alih oleh Walter Wolf. Frank lantas pindah ke Didcot untuk kemudian membangun sebuah tim baru yang bernama "Williams Grand Prix Engineering". Frank lantas merekrut seorang insinyur muda bernama Patrick Head untuk bekerja dengan tim, dan kemudian kelak pasangan ini dikenal sebagai duet tersukses dalam sejarah F1.[4] Sejarah di ajang Formula SatuMesin Ford-Cosworth (1977–1983)1977Williams memasuki dunia F1 dengan memakai mobil "custom" March 761 untuk musim 1977. Pembalap Patrick Neve muncul di 11 balapan pada tahun itu, dimulai dengan penampilannya di Grand Prix Spanyol. Tim gagal mencetak satu poin pun sampai musim usai, dan hanya mencapai posisi finish terbaik di P7 di Monza.[5] 1978Untuk musim 1978, Patrick Head masuk ke tim dan merancang mobil pertama tim Williams: FW06.[6] Tim Williams mengontrak pembalap asal Australia, yaitu Alan Jones, yang telah memenangkan Grand Prix Austria musim sebelumnya untuk tim Shadow, setelah kematian pembalap utama mereka, yakni Tom Pryce.[7] Lomba pertama Jones untuk tim Williams adalah di Grand Prix Argentina, dengan menjadi satu-satunya pembalap Williams yang berhasil lolos kualifikasi di P14, namun kemudian gagal finish saat lomba berlangsung.[8] Tim Williams kemudian berhasil mencetak poin F1 pertamanya di seri Grand Prix Afrika Selatan ketika Jones finish di urutan keempat. Tim Williams lantas mendapatkan posisi podium pertama mereka saat finish di P2 di Grand Prix Amerika Serikat.[9] Tim Williams mengakhiri musim 1978 dengan finish di posisi 10 di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan raihan 16 poin. 1979Patrick Head kemudian merancang FW07 untuk musim 1979. Tim Williams kemudian mencoba sebuah inovasi baru, yaitu ground effect, yang merupakan sebuah teknologi yang pertama kali diperkenalkan oleh Colin Chapman dari Team Lotus. Tim Williams juga memperoleh keanggotaan dari Asosiasi Konstruktor Formula Satu (FOCA), yang memperbolehkan tim untuk menurunkan dua mobil dalam satu balapan. Tampil sebagai duet pembalap di dalam tim Williams adalah Alan Jones dan Clay Regazzoni.[10] Tim Williams kemudian harus menunggu sampai dengan balapan ketujuh di musim 1979, yaitu di Monte Carlo, untuk mencetak poin. Kemenangan pertama tim Williams akhirnya datang di Silverstone melalui tangan Regazzoni[11] Selanjutnya, tim Williams berhasil finish 1-2 di Grand Prix Jerman, dengan urutan Jones-Regazzoni.[12] Jones berhasil mencetak hatrick kemenangan pada saat ia menang di Österreichring.[13] Belum puas dengan hal tersebut, tim Williams kembali meraih kemenangan di Zandvoort lagi-lagi lewat Alan Jones.[14] Scheckter mengakhiri rentetan kemenangan tim Williams setelah ia memenangi balapan di rumah tim Ferrari di Grand Prix Italia. Pada akhir musim, Alan Jones kembali berhasil menang lagi di Montreal, Kanada, untuk mengakhiri musim F1 tim Williams yang cukup fantastis.[15] Tim Williams kemudian berhasil naik sebanyak delapan tingkat di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dan Alan Jones finish di P3 klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 43 poin. 1980Pada tahun 1980, Alan Jones bermitra bersama dengan Carlos Reutemann dari Argentina. Jones lantas berhasil memenangi lima kemenangan di musim 1980, yaitu di Buenos Aires, Paul Ricard, Brands Hatch, Montreal, dan putaran terakhir musim di Watkins Glen, yang sekaligus juga mengantarkannya menjadi juara dunia pertama dari tim Williams.[16] Tidak puas dengan gelar tersebut, tim Williams juga berhasil memenangkan gelar juara dunia konstruktor mereka yang pertama, dengan mencetak 120 poin, hampir dua kali lebih banyak dari pemegang posisi runner-up yang diduduki oleh tim Équipe Ligier. 1981Masuk ke musim 1981, duet Jones-Reutemann berhasil memenangkan empat balapan untuk tim ini. Alan Jones berhasil menang pada putaran pertama di Long Beach, California, dan putaran terakhir di Las Vegas.[17][18] Sementara itu, Carlos Reutemann berhasil menang pada putaran kedua di Jacarepagua dan putaran kelima di Zolder.[19][20] Tim Williams kembali berhasil memenangkan gelar juara dunia konstruktor dengan mencetak 95 poin, 34 poin lebih banyak dari posisi kedua yang ditempati oleh tim Brabham. 1982Alan Jones pensiun dari ajang Formula Satu di musim 1982 dan posisinya digantikan oleh pembalap asal Finlandia, yaitu Keke Rosberg.[21] Rosberg kemudian berhasil memenangkan Kejuaraan Dunia FIA Formula Satu musim 1982 dengan hanya menang satu kali balapan saja, yaitu di Grand Prix Swiss, yang diadakan di Dijon-Prenois, Prancis.[22] Rekan satu tim Rosberg, yaitu Carlos Reutemann, memilih untuk mengundurkan diri dari ajang F1 setelah musim memasuki balapan kedua.[23] Kursinya lantas diisi oleh Mario Andretti untuk Grand Prix Amerika Serikat Barat, sebelum Derek Daly mengambil alih untuk sisa musim balapan. Tim Williams kemudian hanya berada di urutan keempat dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor pada tahun itu, 16 poin di belakang juara dunia Scuderia Ferrari. Menjelang akhir musim, Frank Williams menyadari, bahwa untuk bersaing di tingkat atas Formula Satu, ia membutuhkan dukungan dari produsen besar, seperti Renault atau BMW, yang bisa memasok timnya dengan mesin turbo. Mesin Honda (1983–1987)1983Masuk ke musim 1983, Frank Williams berhasil membuat kesepakatan dengan Honda, yang membuat tim berkesempatan menggunakan mesin yang sedianya akan dipakai untuk musim 1984.[24][25] Untuk beberapa balapan di musim 1983, tim Williams tetap menggunakan mesin Ford, kecuali untuk balapan putaran terakhir di Afrika Selatan.[25] Tim Williams lantas berada di urutan keempat dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan mencetak 36 poin, termasuk juga raihan kemenangan untuk Keke Rosberg di Monte Carlo.[26] 1984Untuk musim 1984, Patrick Head merancang mobil FW09 yang kelihatan cukup canggung. Keke Rosberg berhasil memenangi balapan di Grand Prix Dallas, di mana sebelumnya ia berhasil finish kedua di putaran pembuka musim di Jacarepagua.[27] Pasangan tim Rosberg itu, yaitu Jacques Laffite, berada di posisi ke-14 di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan lima poin. Tim Williams sendiri finish di urutan keenam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 25,5 poin, dengan Rosberg yang berada di posisi kedelapan dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap. 1985Pada tahun 1985, Head mendesain FW10, di mana pada saat yang sama, tim McLaren sudah memulai proyek teknologi rancangan sasis dengan serat karbon.[28] Pembalap lokal Nigel Mansell bergabung bersama dengan tim sebagai mitra Rosberg.[29] Tim berhasil mencetak empat kemenangan, dua dengan Rosberg yaitu di Grand Prix Detroit dan Adelaide, dan dua lagi bersama Mansell yang memenangkan balapan di Eropa dan Afsel. Tim Williams finish ketiga dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan mencetak 71 poin. 1986Pada bulan Maret 1986, Frank Williams menghadapi tantangan paling serius dalam hidupnya. Ketika kembali menuju bandara di Nice, ia terlibat dalam kecelakaan mobil yang membuatnya lumpuh. Ia tidak kembali lagi ke pit lane selama hampir setahun.[30] Meskipun tidak diawasi oleh Frank, namun tim Williams berhasil memenangkan sembilan balapan dan berhasil menjuarai Kejuaraan Dunia Konstruktor tahun 1986. Nigel Mansell sendiri nyaris saja menjadi juara dunia Formula Satu musim 1986, namun ia mengalami masalah saat balapan di Australia, yang menyebabkannya kehilangan gelar juara dunia.[31] Kegagalan Mansell kemudian berhasil memuluskan langkah Alain Prost dari tim McLaren untuk mempertahankan gelar juara dunia yang diraih di musim 1985, sekalipun ia hanya finish di posisi bawah.[31] 1987Musim 1987 menjadi musim manis bagi koalisi Williams-Honda, karena duet koalisi ini kemudian berhasil menjadi juara dunia, baik di kategori pembalap (lewat Nelson Piquet), maupun kategori konstruktor.[32] Dengan raihan 137 angka, tim Williams berhasil mengungguli tim McLaren yang ada di posisi runner-up dengan selisih 61 poin dari tim Williams. Namun, di akhir musim, diawali konflik antara Frank Williams dan Honda, gara-gara tim Williams tidak mau memakai Satoru Nakajima sebagai pembalap kedua, Honda akhirnya memutuskan hengkang dari tim Williams dan memilih untuk bermitra bersama dengan tim McLaren dan Lotus.[33] Mesin Judd (1988)1988Tidak dapat membuat kesepakatan dengan produsen mesin besar, tim Williams kemudian memutuskan untuk memakai mesin Judd untuk musim 1988.[34] Hal ini kemudian membuat tim Williams menjadi tim papan tengah yang gagal memenangi balapan sampai dengan akhir musim. Nelson Piquet dan Honda kemudian hengkang ke tim Lotus. Tim Williams menggantikan Piquet dengan Riccardo Patrese. Satu kejadian heboh adalah di Grand Prix Italia, pada saat pembalap pengganti sementara Nigel Mansell, yaitu Jean-Louis Schlesser menabrak Ayrton Senna dari tim McLaren, dan 'turut' membantu tim Ferrari finish 1-2 di rumah mereka sendiri.[35] Mesin Renault (1989–1997)1989Era kemitraan Renault bersama dengan tim Williams dimulai pada tahun 1989,[36] dengan pembalap Riccardo Patrese dari Italia, dan pembalap asal Belgia, yaitu Thierry Boutsen. Tampil buruk di awal musim, tim Williams secara perlahan tetapi pasti mulai menanjak naik.[37] Kemenangan pertama bersama dengan mesin Renault diraih di Kanada saat tim finish 1-2. Di akhir musim, tim Williams berhasil finish sebagai runner-up dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 77 poin. 1990Pada tahun 1990, tim Williams mempertahankan pasangan Boutsen-Patrese sebagai pembalap tim. Meskipun Patrese berhasil memenangkan balapan di San Marino dan Boutsen berhasil meraih posisi pole dan memenangi balapan di Hungaria, tim ternyata hanya mencetak 30 poin lebih sedikit dari tahun sebelumnya, dan hanya berada di P4 klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Dalam kategori Kejuaraan Dunia Pembalap, Boutsen finish di urutan keenam dengan 34 poin dan Patrese finish di urutan ketujuh dengan 23 poin.[38] 1991Boutsen meninggalkan tim Williams dan bergabung bersama dengan tim Équipe Ligier pada awal tahun 1991. Penggantinya adalah Nigel Mansell, yang "pulang kampung" setelah sebelumnya sempat memperkuat tim Ferrari selama dua musim berturut-turut.[39] Tim Williams juga merekrut calon juara dunia Formula Satu musim 1996, yaitu Damon Hill, sebagai salah satu pembalap tes mereka.[40] Tim Williams gagal finish di balapan pertama musim 1991 di Phoenix, di mana kedua pembalap gagal finish karena masalah gearbox. Kemudian, berturut-turut tim Williams ditimpa kesialan setelah di Grand Prix San Marino mereka gagal finish kembali.[41] Masa pencerahan muncul di Grand Prix Monako, pada saat Mansell berhasil finish dan meraih angka. Selanjutnya, di Grand Prix Kanada, lagi-lagi dua Williams tersingkir karena masalah teknis. Tim Williams akhirnya baru bisa mencetak kemenangan di Grand Prix Meksiko saat Patrese memimpin Mansell untuk mengantarkan tim Williams meraih kemenangan 1-2.[42] Mansell kemudian berhasil memenangkan Grand Prix Prancis, dengan selisih lima detik di atas pembalap Ferrari, yaitu Alain Prost. Ia kemudian berhasil menang lagi di Inggris, dan kemudian di Jerman.[43] Senna mengakhiri dominasi kemenangan tim Williams di Hungaria, dengan finish lima detik lebih cepat dari Nigel Mansell. Namun, Mansell kemudian kembali memenangkan Grand Prix Italia dan Spanyol, sementara Patrese berhasil memenangkan balapan di Portugal, setelah balapan Mansell kacau pada saat pit stop, di mana hanya tiga mur roda saja yang dipasang. Tim Williams berhasil finish kedua di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, mencetak total 125 poin, 14 poin di belakang tim McLaren. Mansell sendiri berada di posisi kedua dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, mencetak 72 poin, 24 poin di belakang Senna.[44] 1992Musim 1992, tim Williams masih mempertahankan duet Mansell dan Patrese. Tim Williams langsung menggebrak awal musim dengan kemenangan 1-2 di Afrika Selatan.[45] Selanjutnya, Mansell mulai mendominasi musim dengan memenangi empat balapan lain: Meksiko, Interlagos, Spanyol, dan Imola. Patrese berhasil finish kedua di semua balapan itu kecuali di Spanyol saat ia tersingkir. Ayrton Senna sekali lagi berhasil mematahkan dominasi kemenangan tim Williams setelah ia menang di Monako.[46] Mansell kemudian kembali menang di empat balapan lainnya (termasuk juga di Inggris), dan pada saat musim memasuki balapan di Hungaria, Mansell sudah menjadi juara dunia.[47][48] Di balapan terakhir di Adelaide, dua Williams tersingkir dari lomba. Meskipun begitu, gelar juara dunia konstruktor akhirnya tetap aman dalam genggaman tim Williams setelah Senna terlibat kecelakaan bersama dengan Mansell. Mansell mengakhiri musim sebagai juara dunia dengan 108 poin, dan Riccardo Patrese berada di posisi kedua dengan 56 poin. Namun, meskipun berhasil mengantarkan tim Williams sebagai juara dunia, posisi Mansell sebagai pembalap akhirnya berakhir setelah ia digantikan oleh Alain Prost untuk musim 1993.[49] Riccardo Patrese sendiri akhirnya pindah ke tim Benetton Formula, dan membuat Damon Hill naik pangkat sebagai pembalap untuk tahun 1993.[40][50] 1993Di musim 1993, dengan mobil canggih Williams FW15C yang dilengkapi dengan suspensi aktif,[51] Alain Prost mengawali musim dengan baik saat ia menang di Afsel. Namun, di Brasil, Prost mengalami kecelakaan dan hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Damon Hill yang mencetak podium pertamanya dengan finish di P2. Prost lantas memenangi tiga balapan selanjutnya secara beruntun, dan puncaknya terjadi di Prancis, pada saat Prost dan Hill finish 1-2. Setelah sempat kalah dari Senna di balapan tengah musim, Prost kembali dengan kemenangan spektakuler di Inggris dan Jerman. Hill sebenarnya sempat memimpin di Silverstone dan Hockenheimring,[52] tetapi ia gagal memenangi lomba akibat kegagalan mekanis. Namun, ia mampu bangkit saat balapan di Hungaria, Spa, dan Monza, di mana Hill benar-benar menguasai tiga balapan tersebut dengan kemenangan spektakuler. Setelah Grand Prix Italia, tim Williams gagal memenangi lomba sampai akhir musim, dan walaupun gagal menang di lomba penghujung musim di Adelaide, namun Alain Prost akhirnya tampil sebagai juara dunia pembalap, dan tim Williams tampil sebagai juara dunia konstruktor.[53] 1994Musim 1994, tim Williams mengontrak pembalap Ayrton Senna, dan di saat yang bersamaan, Alain Prost lebih memilih untuk pensiun dari ajang F1 sebagai seorang pembalap, ketimbang berpasangan dengan mantan rival abadinya di tim McLaren tersebut. Tim Williams mengembangkan dua jenis sasis FW16 untuk musim 1994. Sasis FW16B yang kemudian dipilih untuk diturunkan saat balapan, dan sasis FW16 biasa digunakan untuk sesi tes. Perbedaan mendasar antara FW16 dan FW16B adalah di versi FW16B tidak ada perangkat-perangkat elektronik yang baru saja dilarang oleh FIA di akhir musim 1993: suspensi aktif, kontrol traksi, dan ABS. Tim Williams juga tampil dengan logo sponsor baru, yaitu produsen rokok Rothmans.[54] Awal musim bagi tim Williams terbilang buruk saat Senna gagal finish di Brasil saat balapan tersisa 16 lap lagi. Disusul kemudian di Grand Prix Pasifik saat Senna kandas oleh mantan rekannya di tim McLaren, yaitu Mika Häkkinen sesaat selepas start. Masuk ke Grand Prix San Marino, Senna penuh percaya diri dan yakin bahwa ia bisa memberikan kemenangan bagi tim barunya tersebut. Namun, ternyata, sebuah kecelakaan hebat menimpa Senna pada saat memasuki lap ketujuh. Mobil FW16B Senna keluar dari trek dan menghujam tembok pembatas.[55] Senna tewas tiga jam seusai lomba di rumah sakit di kota Bologna.[56] Balapan Grand Prix San Marino 1994 kemudian dikenang oleh fans F1 sebagai balapan paling kelam dalam sejarah F1. Balapan selanjutnya di Monako, tim Williams hanya menurunkan satu pembalap saja, yaitu Damon Hill.[57] Dan sejak Grand Prix Monako juga, tim Williams menampilkan logo Senna dalam setiap mobil F1 mereka sebagai tanda penghormatan bagi Sang Legenda Brasil tersebut.[58] Meskipun begitu, tim Williams juga harus menghadapi tuntutan hukum dari pemerintah Italia atas pembunuhan tidak sengaja kepada Ayrton Senna. Kasus yang melibatkan Frank Williams, Patrick Head, dan Adrian Newey ini baru bisa selesai pada tahun 2005.[59][60] Di Grand Prix Spanyol 1994, tim Williams menarik David Coulthard sebagai pembalap, dan Damon Hill secara tidak terduga tampil sebagai penantang gelar juara dunia melawan Michael Schumacher dan tim Benetton. Di sisa empat balapan terakhir musim 1994, tim Williams kembali memanggil Nigel Mansell untuk membalap menggantikan posisi Coulthard.[61][62] Hill yang menjadi penantang gelar juara dunia, dikalahkan oleh Schumi di balapan terakhir di Australia, di mana pada saat itu, Schumi secara kontroversial menghalangi dan menyenggol mobil Hill hingga mereka berdua tersingkir dari lomba, dan memuluskan Schumi meraih gelar juara dunianya yang pertama.[63][64] Nigel Mansell tampil sebagai penyelamat dengan menang di Australia, sekaligus memastikan tim Williams sebagai juara dunia konstruktor musim 1994.[65] 1995Musim 1995, Hill dan Coulthard bertahan di tim Williams dan Nigel Mansell bergabung ke tim McLaren.[66] Rival utama Williams kali ini masih Michael Schumacher dan Benetton, yang sekarang diperkuat oleh mesin Renault yang serupa dengan yang dipakai oleh tim Williams. Balapan pertama di Interlagos, Schumi menguasai lomba dan Coulthard finish kedua. Namun seusai balapan, tim Benetton dan Williams sempat didiskualifikasi karena memakai bahan bakar ilegal.[67] Elf dan Renault lantas mengajukan banding ke FIA, dan banding tersebut diterima, sehingga Schumi dan Coulthard tetap dinyatakan finish 1-2, tetapi poin konstruktor untuk tim Benetton dan Williams tetap dibatalkan.[68] Damon Hill lantas memenangi lomba di Argentina, San Marino, Hungaria, dan Australia. David Coulthard hanya mencatat satu kemenangan saja di Portugis (kemenangan perdananya di ajang F1).[69] Koalisi Ross Brawn dan Rory Byrne di tim Benetton berhasil mengakhiri dominasi tim Williams dalam klasemen Kejuaraan Dunia Konstruktor, dan Schumi kembali mempertahankan gelar juara dunia yang ia raih di musim 1994. 1996Untuk tahun 1996, tim Williams kembali lagi memiliki mobil tercepat yang dapat diandalkan untuk perebutan gelar juara dunia.[70] David Coulthard meninggalkan tim Williams untuk bergabung bersama dengan tim McLaren bersama dengan Mika Häkkinen.[71] Pengganti DC adalah sebuah rookie asal Kanada, yaitu Jacques Villeneuve, sedangkan Hill tetap bersama dengan tim. Michael Schumacher hengkang dari tim Benetton dan bergabung bersama dengan tim Ferrari. Tim Williams memenangkan lima balapan pertama di musim 1996. Olivier Panis berhasil mematahkan dominasi kemenangan tim Williams pada ronde keenam di Monte Carlo setelah kedua mobil Williams tersingkir dari lomba.[72] Setelah itu, berturut-turut Hill dan Villeneuve saling bergantian menguasai arena, dan hanya dua kali mereka dikalahkan oleh Schumi dan tim Ferrari, yaitu di Belgia dan Italia.[73] Di akhir musim, Hill akhirnya tampil sebagai juara dunia, dan JV harus puas finis di urutan kedua.[74] Ironisnya di bulan November 1996, seusai musim lomba berakhir, Frank Williams secara resmi mengumumkan bahwa Damon Hill tidak akan diperpanjang kontraknya untuk musim 1997, dan tim akan menggantikannya dengan Heinz-Harald Frentzen. Adrian Newey yang mulai muak dengan kebijakan tim yang tidak boleh mendahului keputusan dari Patrick Head akhirnya juga mulai mencari celah untuk keluar dari tim. Newey akhirnya hengkang ke tim McLaren di bulan Desember 1996, dan meninggalkan rancangan terakhirnya untuk tim Williams, yaitu sasis FW19.[75] 1997Tahun 1997 merupakan tahun terakhir dari dominasi Williams-Renault, dengan pasangan Villeneuve dan Frentzen. Heinz-Harald Frentzen hanya menang satu balapan saja, yaitu di Grand Prix San Marino.[76] Jacques Villeneuve berhasil memenangkan tujuh balapan selama musim 1997, dengan saingan utamanya, yaitu Michael Schumacher dari tim Ferrari, yang bangkit kembali yang berhasil menang lima balapan. Tim Williams juga berhasil menang di kandang sendiri di Silverstone. Masuk ke putaran terakhir musim di Jerez, Schumacher memimpin atas JV dengan selisih 1 angka, namun pada lap ke-48, Schumacher dan Villeneuve bertabrakan. Schumacher didiskualifikasi dari tempat kedua di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap sebagai hukuman atas kecelakaan antara dirinya dan JV.[77] Tim Williams berhasil memenangkan gelar juara dunia konstruktor untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut dengan mencetak 123 poin, sementara Jacques Villeneuve berhasil memenangkan gelar juara dunia dengan selisih tiga poin atas Michael Schumacher, yang secara kontroversial poinnya masih tetap dimasukkan dalam penghitungan klasemen akhir Kejuaraan Dunia sekalipun ia didiskualifikasi. Heinz-Harald Frentzen finish di tempat ketiga di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan selisih poin jauh atas JV.[78] Mesin Mecachrome (1998)Setelah tahun 1997, tim tidak mampu mempertahankan dominasinya di ajang Formula 1, setelah Renault mengundurkan diri dari ajang F1, dan Adrian Newey hengkang ke tim rival McLaren. Tim Williams kemudian harus membayar untuk mesin Mecachrome, yang berbasis dari mesin Renault yang mereka gunakan di musim 1997.[79] Kedua mobil Williams di musim 1998 benar-benar kedodoran, dan ada beberapa pengamat F1 yang menyebut bahwa mobil 1998 Williams tidak sesuai dengan aturan regulasi baru yang diterapkan oleh FIA. Perubahan besar lainnya adalah sponsor rokok Rothmans, yang lebih memilih untuk mempromosikan merek lain mereka, yaitu Winfield, yang sekaligus juga mengakhiri era seragam biru dan putih yang populer.[80] Untuk tahun 1998 sendiri, tim Williams masih mempertahankan dua pembalap dari musim sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya sejak tahun 1983, seorang juara dunia di musim sebelumnya tetap bertahan membalap untuk tim Williams di musim berikutnya. Sementara tim Ferrari dan McLaren bersaing untuk perebutan gelar juara dunia pembalap dan konstruktor, tim Williams justru malah terseok-seok di barisan tengah. Tim tidak memenangkan satu balapan pun dan hanya meraih tiga podium selama musim 1998, dengan Frentzen yang finish ketiga di Albert Park, dan Villeneuve yang finish ketiga di Hockenheim dan Hungaroring. Tim Williams akhirnya hanya menempati posisi ketiga dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor dengan 38 poin. Sementara Jacques Villeneuve hanya berada di posisi kelima dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap dengan 21 poin. Heinz-Harald Frentzen sendiri hanya berada di P7 klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap.[81] Mesin Supertec (1999)Pada tahun 1999, tim Williams memakai mesin Supertec, yang juga masih berbasis dari mesin Renault pada tahun 1997. Sebelumnya, Jacques Villeneuve pindah ke tim baru, yaitu BAR, dan Heinz-Harald Frentzen pindah ke tim Jordan.[82] Tim Williams kemudian merekrut pembalap asal Jerman yang juga adik kandung dari Michael Schumacher, yaitu Ralf Schumacher, dan pembalap asal Italia, yaitu Alex Zanardi. Sekali lagi, tim Williams hanya berhasil meraih tiga podium saja di musim 1999, yang semuanya diraih oleh Ralf Schumacher, dengan tempat ketiga di Australia dan Inggris, dan tempat kedua di Italia. Tim kemudian hanya berada di posisi kelima dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, yang merupakan posisi terendah dari posisi tim Williams di musim-musim sebelumnya.[83] Mesin BMW (2000–2005)Kerjasama dengan BMWSaat musim 1998 berjalan, tim Williams menandatangani perjanjian jangka panjang dengan BMW. Pabrikan mobil asal Jerman itu setuju untuk menjadi pemasok mesin dan pengembangan teknis untuk jangka waktu 6 tahun. Sebagai bagian dari perjanjian dengan BMW, maka tim Williams wajib memasang setidaknya satu pembalap asal Jerman dalam tim, dan Ralf Schumacher menjadi pilihan logis pada saat itu. Pada tahun 1999, tim mulai mencoba mobil dengan mesin BMW dalam sebuah pengujian di Sirkuit Paul Ricard, dalam rangka persiapan untuk debut pada tahun 2000. Tim Williams sendiri kemudian mulai memantau bakat-bakat muda, salah satunya adalah pembalap asal Kolombia, yaitu Juan Pablo Montoya yang sedianya akan masuk ke dalam tim sebagai pembalap kedua.[84] Sayangnya, Montoya malah terburu-buru hengkang ke Champ Car, dan sebagai gantinya, Frank merekrut calon juara dunia Formula Satu musim 2009, yaitu Jenson Button, sebagai pembalap kedua untuk menemani Ralf Schumacher.[85] 2000Di musim pertama BMW bersama dengan tim Williams pada tahun 2000, tim belum memperoleh satu kemenangan pun. Akan tetapi, kemajuan berarti mulai terlihat pada saat mereka berhasil naik podium tiga kali yang kesemuanya diraih oleh Ralf Schumacher. Tim Williams kembali naik ke posisi ketiga dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan 36 poin. Ralf Schumacher sendiri berada di posisi kelima dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, sementara Button, dalam musim debutnya, berhasil berada di posisi delapan di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap.[86] 2001Jenson Button pada tahun 2001 pindah ke tim Benetton-Renault karena kedatangan Montoya di tim Williams.[87] Mobil FW23 berhasil memenangkan empat balapan, tiga oleh Ralf Schumacher di Imola, Montreal, dan balapan di rumahnya di Grand Prix Jerman. Rekan setimnya, yaitu Juan Pablo Montoya, berhasil memenangi balapan sekali di Monza.[88] Hasil gemilang tersebut masih belum mampu mendongkrak tim Williams yang masih harus puas di posisi ketiga di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. 2002Untuk tahun 2002, tim Williams mempertahankan duet pembalap mereka. Secara keseluruhan, tim hanya berhasil memenangkan satu balapan saja, yaitu di Malaysia, sebagai salah satu dari hanya dua balapan yang tidak berhasil dimenangkan oleh tim Ferrari pada tahun dominasi Michael Schumacher dan Rubens Barrichello.[89] Tim Williams hanya naik satu posisi dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, yaitu di posisi runner-up. Juan Pablo Montoya sendiri hanya mampu meraih peringkat ketiga dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, delapan poin di depan Ralf Schumacher, yang berada di urutan keempat. 2003Musim 2003 menjadi puncak sukses dari tim BMW-Williams. Selama sesi tes pra-musim, Frank Williams merasa sangat yakin bahwa mobil FW25 akan menjadi salah satu penantang gelar juara dunia.[90] Tim berhasil memenangkan empat balapan, Montoya menang dua kali di Monako dan Jerman, sementara Ralf Schumacher menang di Nürburgring dan di Magny-Cours. Montoya bahkan sempat masuk ke dalam kandidat juara dunia. Namun, pembalap asal Kolombia tersebut pada akhirnya harus puas di P3 di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, 11 poin di belakang Michael Schumacher, sedangkan Ralf Schumacher hanya mampu berada di posisi kelima di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap. Tim Williams sendiri masih berada di posisi kedua dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, hanya unggul dua poin saja di depan tim McLaren. 2004Pada awal musim 2004, Juan Pablo Montoya mengejutkan publik bahwa ia akan memperkuat tim McLaren mulai musim 2005. Tim Williams memperkenalkan sebuah desain radikal di musim 2004, yaitu desain-kerucut hidung radikal, yang dikenal sebagai "Hidung-Walrus", yang ternyata saat praktiknya di trek, hidung ini terbukti tidak kompetitif, dan digantikan oleh desain hidung konvensional di paruh kedua musim. Tim Ferrari untuk ketiga kalinya dalam tiga musim berturut-turut kembali mendominasi musim dengan menang 15 dari 18 balapan, tim Williams hanya memenangi satu balapan saja, yaitudi balapan terakhir di Brasil, di mana Juan Pablo Montoya memenangkan lomba setelah berhasil mengalahkan posisi kedua yang diduduki oleh Kimi Räikkönen. Tim Williams mengakhiri musim 2004 dengan berada di posisi keempat, mencetak 88 poin dan meraih posisi podium sebanyak enam kali. 2005Untuk musim 2005, Ralf Schumacher pindah ke tim Toyota sedangkan Juan Pablo Montoya pindah ke tim McLaren. Tim Williams lantas mengontrak pembalap asal Australia, yaitu Mark Webber, dan Nick Heidfeld dari Jerman.[91][92] Awalnya, Jenson Button diklaim telah bergabung bersama dengan tim Williams untuk musim 2005, tetapi sebuah keputusan dari Badan Hukum FIA berhasil membuat Jense tetap duduk di kursi tim BAR, karena Jense dianggap melanggar kontrak kerja dengan tim BAR.[93][94] Nick Heidfeld bersaing dengan pembalap tes asal Brasil, yaitu Antônio Pizzonia, untuk kursi balap kedua selama bulan Desember 2004 dan Januari 2005, dan Heidfeld akhirnya terpilih, karena BMW masih tetap menginginkan agar ada satu pembalap asal Jerman dalam tim.[95] Pizzonia akhirnya harus puas sebagai pembalap tes bagi tim selama musim 2005. Sementara itu, Button secara aklamasi menandatangani kontrak sebagai pembalap Williams untuk musim 2006. Selama musim F1 tahun 2004 dan 2005, BMW Motorsport dan DR. Mario Theissen mengkritik ketidakmampuan tim Williams F1 untuk menciptakan paket mobil yang mampu memenangkan Kejuaraan Dunia Konstruktor, atau bahkan beberapa kemenangan dalam satu musim.[96] Tim Williams, di sisi lain, menyalahkan BMW karena tidak mampu membuat sebuah mesin yang cukup bagus.[97] Kegagalan tim Williams mendatangkan Jenson Button dari tim BAR disinyalir juga menjadi awal masalah Frank vs. BMW. Meskipun Frank Williams memakai Nick Heidfeld sebagai pembalap kedua diduga demi tuntutan komersial, Frank tetap menyukai pembalap tes mereka, yaitu Antonio Pizzonia. Puncak dari perang Williams vs. BMW adalah hengkangnya BMW dari tim yang kemudian memilih untuk membeli tim Sauber, dan meluncurkan ulang tim dengan nama BMW-Sauber.[98] Tim Williams sebenarnya bisa saja memilih untuk melanjutkan kontrak dengan mesin BMW pada tahun 2006, meskipun pada kenyataannya produsen mesin asal Jerman tersebut hendak membentuk tim sendiri. Pada akhirnya, tim Williams F1 memilih mesin V8 Cosworth untuk musim 2006. Pada periode tahun 2000-2005, tim Williams kembali membentuk image lama dengan pulas mobil tim yang berwarna biru-putih. BMW juga menetapkan bahwa seluruh sponsor yang hendak memasang iklan di atas mobil tim Williams wajib mewarnai logo sponsornya dengan warna biru dan putih. Tim Williams menjadi tim besar yang mempelopori penghapusan iklan sponsor rokok sejak tahun 2000, dan mendukung perusahaan-perusahaan teknologi informasi sebagai sponsor utama tim, salah satunya adalah Compaq. Sponsor tersebut berlangsung sampai akuisisi Compaq oleh Hewlett-Packard. Pada Grand Prix Inggris 2002, tim memulai debut sponsor Hewlett-Packard. Setelah datang beragam keluhan tentang logo HP pada sayap belakang yang dinilai kurang efektif karena tidak terlihat oleh fans baik di sirkuit maupun di layar TV, maka pada tahun 2003, tim Williams menggantinya dengan slogan HP: "Invent".[butuh rujukan] Mesin Cosworth (2006)Musim 2006, Nico Rosberg, pembalap muda putra juara dunia Formula Satu musim 1982, yaitu Keke Rosberg, masuk ke tim menggantikan Nick Heidfeld, yang ikut BMW ke tim BMW Sauber, sedangkan Mark Webber tetap tinggal bersama dengan tim. Meski telah menandatangani kontrak bersama dengan tim Williams, Jenson Button memutuskan untuk tetap tinggal bersama dengan tim BAR untuk tahun 2006, yang kemudian berubah nama menjadi Honda Racing F1 Team. Pada bulan September 2005 kesepakatan dicapai untuk memungkinkan Button untuk tetap tinggal bersama dengan tim BAR, dengan tim Williams yang menerima kompensiasi sekitar £24.000.000, sebagian dibayar oleh Jenson sendiri untuk membatalkan kontrak ini. Tim Williams F1 dan Cosworth mengadakan perjanjian kemitraan, di mana Cosworth akan memasok mesin, transmisi, dan perangkat elektronik, serta perangkat lunak untuk tim.[99] Sponsor utama, yaitu Hewlett-Packard (HP), mengakhiri perjanjian sponsor satu tahun sebelum kontrak mereka resmi berakhir di akhir musim 2006. Tim WilliamsF1 juga beralih ke ban Bridgestone, dan mengklaim bahwa tim kini sudah murni independen dan menjadi salah satu pendukung Scuderia Ferrari dan FIA dalam melawan aliansi tim-tim pabrikan yang tergabung dalam GPWC. 2006Musim 2006 dimulai oleh tim Williams dengan baik, dengan kedua pembalap mereka yang mampu mencetak poin di balapan pembuka musim. Nico Rosberg juga mencatatkan lap tercepat di Grand Prix Bahrain. Namun, memasuki balapan kedua, dan berlanjut terus sampai pertengahan musim, tim Williams mulai tampil mengecewakan, dengan catatan 20 kali tersingkir dari 36 start untuk kedua mobilnya. Tim gagal mencapai posisi podium di musim 2006, yang merupakan kali pertama sejak debut tim Williams di musim 1977. Tim ini akhirnya hanya mampu finish kedelapan dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan hanya meraih 11 poin saja. Mesin Toyota (2007–2009)Setelah meraih hasil terburuk sejak musim 1978, tim Williams, yang berbasis di Grove, secara resmi mengumumkan bahwa produsen mobil Toyota asal Jepang akan memasok mesin untuk musim 2007.[100] Seiring dengan masuknya Toyota sebagai pemasok mesin kepada tim, sejumlah perubahan lain diumumkan untuk musim 2007: Alexander Wurz, yang pernah menjadi pembalap tes di tim Williams sejak musim 2006, menjadi pembalap kedua tim untuk menggantikan posisi Mark Webber yang keluar dan pindah ke tim Red Bull Racing. Pembalap asal Jepang, yaitu Kazuki Nakajima, yang merupakan putra dari pembalap F1 asal Jepang pada era dasawarsa 1980-an, yakni Satoru Nakajima, masuk ke dalam tim Williams untuk menggantikan posisi Wurz sebagai pembalap tes, bersama dengan pembalap F1 pertama asal India, yaitu Narain Karthikeyan. Sponsorship tim Williams juga berubah untuk musim 2007, di mana AT&T masuk sebagai sponsor utama.[101] AT&T sendiri sebelumnya terlibat sebagai sponsor kecil dengan tim Jaguar dan tim McLaren, tetapi pindah ke tim Williams karena tim McLaren telah menjalin kontrak sponsorship dengan Vodafone.[102] Pada tanggal 2 Februari 2007, mobil FW29 yang baru diluncurkan dengan disaksikan media massa di Inggris. Tidak lama kemudian, tim juga berhasil mendapatkan kesepakatan sponsorship dengan pabrikan komputer asal China, yaitu Lenovo, yang membangun superkomputer baru tim. 2007Rosberg dan Wurz berhasil memberikan tim Williams hasil yang lebih produktif ketimbang musim sebelumnya. Wurz berhasil finish podium di Grand Prix Kanada 2007, yang merupakan podium pertama tim Williams sejak Grand Prix Eropa 2005. Wurz kemudian mengumumkan akan mengundurkan diri sebelum musim usai,[103] dan posisinya digantikan oleh Kazuki Nakajima yang membalap hanya untuk satu kali balapan saja di Brasil. Tim Williams kembali naik dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan berada di P4. 2008–2009Untuk musim 2008, tim Williams mengumumkan bahwa Nico Rosberg dan Kazuki Nakajima masih tetap dipertahankan oleh tim. Rosberg berhasil bertahan di tim Williams setelah sebelumnya ia sempat digoda untuk pindah ke tim McLaren untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan oleh Fernando Alonso.[104] Musim 2008 merupakan campuran dari keberhasilan dan kekecewaan untuk tim Williams. Nico Rosberg berhasil memperoleh dua kali podium di Australia dan Singapura, sementara Kazuki Nakajima masih berkutat di barisan tengah dan selalu gagal untuk meraih angka. Tim berjuang di sirkuit dengan tikungan berkecepatan tinggi. Fakta bahwa tim tersebut adalah salah satu tim pertama yang mengalihkan pengembangan ke mobil 2009 mereka (ketika peraturan baru diberlakukan) juga menghambat musim mereka dan tim Williams finis di urutan ke-8 yang mengecewakan di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Rosberg menyatakan bahwa kecuali timnya bisa lebih kompetitif dalam waktu dekat, dia akan mencari tim lain. Tim Williams mempertahankan Rosberg dan Nakajima untuk musim 2009. Frank Williams mengakui bahwa ia menyesal berpisah dengan BMW, tetapi ia sendiri cukup senang dengan Toyota yang ia klaim memiliki kemampuan luar biasa untuk menjadi pemasok mesin papan atas. Spekulasi mulai berkembang seputar masa depan tim pabrikan Toyota di ajang F1, di mana muncul kemungkinan Toyota akan menutup tim mereka dan beralih menjadi pemasok mesin eksklusif bagi tim Williams. Pada bulan Desember 2008, tim Williams menegaskan komitmen mereka untuk bertahan di ajang F1 setelah pengumuman pengunduran diri dari Honda akibat krisis ekonomi global.[105] Menjelang akhir tahun 2009, tepatnya di Grand Prix Brasil, tim Williams secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri kontrak tiga tahun bersama dengan Toyota, dan akan mencari pemasok mesin yang baru untuk musim 2010. Kembali memakai mesin Cosworth (2010–2011)Setelah pemutusan kontrak mereka bersama dengan Toyota, tim Williams secara resmi mengumumkan bahwa untuk Formula Satu musim 2010, mereka akan kembali ke dalam kemitraan "jangka panjang" dengan pabrikan mesin independen Cosworth, dan akan menggunakan versi terbaru dari mesin CA V8 yang pernah dipakai di mobil mereka pada tahun 2006. Tim Williams juga mengumumkan perubahan pembalap untuk musim 2010. Rubens Barrichello bergabung ke tim setelah di musim 2009 ia memperkuat tim Brawn GP, sedangkan juara Seri GP2 musim 2009, yaitu Nico Hülkenberg, dinaikkan pangkatnya dari kursi pembalap tes. Pengganti Hülkenberg di kursi pembalap tes adalah pembalap asal Finlandia, yaitu Valtteri Bottas, yang berada di posisi ketiga di klasemen akhir Formula 3 Euroseries 2009. Sampai musim 2010 berakhir, tim Williams menjadi satu-satunya tim yang mampu meraih angka bersama dengan mesin Cosworth, dengan hasil terbaik yaitu finish di P4 di Valencia yang diperoleh Rubens Barrichello. Rekan setimnya, yaitu Nico Hülkenberg, berhasil meraih posisi pole di Brasil. Namun, di akhir musim, ia akhirnya dipecat oleh tim, sementara posisi Barrichello tetap dipertahankan untuk musim 2011. Awal musim 2011, tim Williams kemudian mengontrak Pastor Maldonado asal Venezuela untuk menemani Barrichello, dan dengan kedatangan Maldonado, maka tim Williams akan mengisi duet pembalapnya dengan orang non-Eropa, untuk yang pertama kalinya sejak tahun 1982, ketika pada saat itu mereka diperkuat oleh Carlos Reutemann dan Alan Jones. Pada sesi tes pra-musim yang kedua di Jerez, Barrichello berhasil mencatatkan waktu tercepat dalam seminggu di hari terakhir. Hal itu tidak ada gunanya karena tim Williams mengalami salah satu musim terburuknya hingga saat ini: dua kali finis di posisi kesembilan untuk Barrichello dan satu kali finis di posisi kesepuluh untuk Maldonado adalah hasil terbaik mereka sepanjang tahun. Setelah Brasil, tim tersebut berakhir dengan tempat kesembilan di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Kembali memakai mesin Renault (2012–2013)Pada tanggal 4 Juli 2011, tim Williams secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan kembali memakai mesin Renault untuk musim 2012 dan 2013, dengan opsi perpanjangan kontrak sampai dengan musim 2014.[106] Pada tanggal 1 Desember 2011, dipastikan bahwa Maldonado akan dipertahankan untuk musim 2012, bersama dengan pembalap cadangan Valtteri Bottas, yang sebelumnya telah mengikuti 15 sesi latihan bebas hari Jumat.[107] Pada bulan Januari 2012, dipastikan bahwa Bruno Senna akan menjadi pembalap kedua untuk bermitra bersama dengan Maldonado, yang secara efektif mengakhiri karir F1 Rubens Barrichello. Sebelum musim 2012, Patrick Head berpindah dari tim Williams F1 ke Williams Hybrid Power Limited, anak perusahaan lain dari Williams Grand Prix Holdings.[108] Tim juga mengumumkan bahwa hubungannya dengan AT&T berakhir dengan kesepakatan bersama, dan ada negosiasi dengan perusahaan telekomunikasi lain untuk mendapatkan sponsor utama tim.[109] Tim Williams optimis mereka bisa bangkit kembali menuju baris depan grid, dengan berbekal mesin yang bagus, dan manajemen tim yang sudah dibenahi besar-besaran. Hasilnya langsung terlihat di Grand Prix Spanyol 2012, saat Pastor Maldonado berhasil memenangi balapan. Sekitar 90 menit setelah merayakan kemenangan ini, kebakaran terjadi di garasi tim Williams, merusak mobil FW34 Bruno Senna, dan menyebabkan beberapa orang terluka.[110] Tim tersebut akhirnya mencapai posisi kedelapan di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor Formula Satu.[111] Claire Williams, putri dari kepala tim Frank Williams, diangkat sebagai wakil kepala tim pada bulan Maret 2013.[112] Untuk musim 2013, dipastikan bahwa Maldonado akan dipertahankan, sementara posisi Bruno Senna digantikan oleh Valtteri Bottas.[113] Tim mencatatkan prestasi yang buruk sepanjang musim tersebut, meskipun menjalani sesi kualifikasi yang bagus di Grand Prix Kanada dan menempati posisi 10 besar di Grand Prix Amerika Serikat, dengan hanya mencatatkan 5 poin saja di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor.[114] Meskipun tim Williams menikmati kemenangan di musim 2012 dan sesekali meraih poin, namun mereka tidak dapat mencapai level yang sama seperti yang dicapai pada saat mendominasi ajang Formula Satu pada tahun 1990-an. Hal ini, ditambah dengan musim 2013 yang sangat suram, mendorong tim Williams untuk mencari pemasok mesin yang baru mulai dari musim 2014 dan seterusnya. Mesin Mercedes-Benz (2014–sekarang)2014–2017Pada akhir bulan Mei 2013, tim Williams secara resmi mengumumkan kontrak kerjasama pasokan mesin dengan Mercedes-Benz, yang akan dimulai pada musim 2014.[115] Pada bulan November 2013, tim Williams secara resmi mengumumkan duet pembalap Felipe Massa (mantan pembalap Ferrari) dan Valtteri Bottas untuk musim 2014. Selanjutnya pada bulan Maret 2014, tim Williams umumkan kontrak sponsorship dengan perusahaan minuman Martini, yang kemudian membuat nama resmi tim Williams berubah menjadi Williams Martini Racing.[116] Pada musim 2015, tim Williams memasang sponsor kedua, yaitu sebuah merek deodoran dari Unilever, yaitu Rexona (Sure di Grand Prix Inggris, Degree di Grand Prix Kanada dan Amerika Serikat, dan Rexena di Grand Prix Jepang), sampai dengan musim 2019. Di musim 2014, tim Williams sukses meraih peringkat ketiga di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Mereka juga mencatatkan posisi pole di Austria melalui Massa, dengan Bottas yang meraih posisi start kedua.[117] Musim 2015, tim Williams kembali lagi menduduki peringkat ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, setelah sempat bersaing ketat dengan tim Ferrari, yang bangkit dari keterpurukan musim 2014. Pada musim 2016, mantan pembalap akademi Ferrari, yaitu Lance Stroll, bergabung ke tim sebagai pembalap tes dan cadangan.[118] Susie Wolff yang sebelumnya menempati posisi ini akhirnya lebih memilih untuk pensiun dari ajang balapan mobil profesional. Massa sempat mengumumkan pensiun dari ajang F1 pada bulan September 2016, sebelum kemudian menarik kembali pernyataannya tersebut, dikarenakan Bottas dikontrak oleh tim Mercedes untuk musim 2017.[119] Tim Williams kemudian mengkonfirmasi bahwa Massa akan kembali membalap untuk musim 2017, dan ia akan ditemani oleh Stroll.[120] Sebagai pembalap rookie, Stroll berhasil mencetak finis podium di Baku. Di Hungaria, Massa absen dari balapan karena sakit, dan posisinya digantikan sementara oleh Paul di Resta.[121] 2018Untuk musim 2018, Stroll dipertahankan oleh tim, dan akan berpasangan dengan pembalap asal Rusia, yaitu Sergey Sirotkin, setelah Massa memutuskan untuk pensiun dari arena balap F1.[122] 2019Untuk musim 2019, Stroll hengkang dari tim ini ke tim Racing Point, dan posisinya digantikan oleh pembalap muda asal Inggris, yaitu George Russell, dan berpasangan dengan pembalap asal Polandia, yaitu Robert Kubica, setelah Sirotkin meninggalkan arena F1 di akhir musim 2018, dan Sirotkin pindah ke ajang FIA World Endurance Championship dan Le Mans 24 Jam. Pada tanggal 27 Februari 2018, Martini secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan meninggalkan tim Williams dan Formula Satu pada akhir musim 2018, dan untuk musim 2019, tim mengadakan kemitraan dengan perusahaan perminyakan asal Polandia, yaitu PKN Orlen dan juga kemitraan dengan surat kabar asal Britania Raya, yaitu Financial Times, dan pengaturan sponsor selama beberapa tahun dengan perusahaan telekomunikasi ROKiT sebagai sponsor utama, yang kemudian membuat nama resmi tim Williams kembali berubah lagi menjadi ROKiT Williams Racing. 2020Untuk musim 2020, Russell tetap membela tim ini dengan berpasangan bersama dengan rekan setim yang baru, yaitu runner-up Formula 2 musim 2019, yaitu Nicholas Latifi, untuk menggantikan posisi Kubica yang membalap di dalam ajang Deutsche Tourenwagen Masters (DTM), dan Kubica menjadi pembalap cadangan tim Alfa Romeo Racing. Jack Aitken menggantikan posisi Latifi sebagai pembalap cadangan tim Williams. Pada bulan Mei 2020, menyusul publikasi kerugian signifikan pada tahun 2019, tim Williams secara resmi mengumumkan penghentian segera kesepakatan sponsor utamanya dengan ROKiT. Untuk musim 2020, memasang sponsor pribadi untuk Latifi adalah perusahaan bank asal Kanada, yaitu Royal Bank of Canada, Sofina Foods dan kopi asal Italia, yaitu Lavazza. Pada seri pembuka tahun 2020, yaitu Grand Prix Austria 2020, Latifi meraih posisi ke-11, tepat satu posisi di luar zona poin, sedangkan di sesi kualifikasi, Russell hanya berjarak 0,15 detik saja untuk mencapai sesi Q2 (Russell mundur dalam perlombaan karena masalah tekanan bahan bakar pada mobilnya). Di sesi kualifikasi yang berlangsung di dalam kondisi yang basah untuk perlombaan berikutnya, yaitu Grand Prix Styria, Russell berhasil keluar dari sesi Q1, pertama kalinya pembalap Williams bisa melakukannya sejak Grand Prix Brasil 2018, dan, dalam kondisi yang licin, dia berhasil lolos babak kualifikasi di urutan ke-12, dia akan start di urutan ke-11, setelah penerapan penalti untuk pembalap lain. Pada tanggal 21 Agustus 2020, tim Williams secara resmi diakuisisi oleh grup investasi asal Amerika Serikat (AS), yaitu Dorilton Capital, seharga €152 juta. Jumlah tersebut termasuk melunasi semua hutang perusahaan, dan akan terus berjalan di bawah nama Williams, dan tetap mempertahankan basisnya di Inggris. Meskipun telah ditawari kesempatan untuk tetap bertahan di tim Williams sebagai Kepala Tim Williams, namun Claire Williams akhirnya secara resmi mengumumkan kepergiannya dari tim efektif setelah akhir pekan Grand Prix Italia 2020. Menyusul pengumuman ini, maka ini akan menjadi pertama kalinya Tim F1 Williams tidak berada di bawah kepemimpinan keluarga Williams sejak dibentuknya 43 tahun sebelumnya. Simon Roberts, yang bergabung bersama dengan tim Williams dari tim McLaren pada bulan Mei 2020, menjadi kepala tim sementara. Pada bulan Desember 2020, tim Williams secara resmi mengumumkan bahwa Jost Capito akan bergabung bersama dengan tim Williams sebagai CEO yang baru, dengan Simon Roberts yang sekarang secara resmi menjadi Kepala Tim, dan akan melapor ke Jost Capito. Roberts menjabat sebagai Kepala Tim Williams hingga dia memutuskan untuk keluar pada bulan Juni 2021. Posisi Kepala Tim lalu dipegang oleh Jost Capito, merangkap jabatannya sebagai CEO Williams Racing.[123] Tim Williams juga mengangkat Francois-Xavier Demaison sebagai Direktur Teknis. Sebelumnya, Demaison bekerja bersama dengan Capito pada Volkswagen Motorsport.[124] 2021Selama Grand Prix Monako 2021, tim Williams merayakan start Grand Prix mereka yang ke-750. Untuk merayakannya, tim Williams meluncurkan sebuah kompetisi, di mana nama 100 pendukung tim Williams ditampilkan di mobil mereka, yaitu Williams FW43B, bersama dengan jumlah balapan sejak mereka mulai mendukung tim Williams. Pada bulan Juni 2021, Roberts secara resmi meninggalkan tim. Sebagian besar tanggung jawabnya diambil alih oleh Capito, dengan François-Xavier Demaison yang mengambil alih tugas kepemimpinannya. Grand Prix Hungaria 2021 melihat tim Williams berhasil mencetak poin pertama mereka sejak Grand Prix Jerman 2019 bersama dengan Robert Kubica, dan finis dengan poin ganda yang pertama bagi mereka sejak Grand Prix Italia 2018. Pada Grand Prix Belgia 2021, Russell berhasil start di tempat ke-2, dan berhasil mencetak podium yang pertama untuk tim Williams sejak Grand Prix Azerbaijan 2017, ketika perlombaan ini dihentikan setelah hanya dua putaran saja di bawah kondisi mobil keselamatan yang diselesaikan, memungkinkan sebagian besar pembalap untuk mempertahankan posisi mereka sebelumnya di babak kualifikasi. Tim juga berhasil meraih finis dengan poin ganda yang kedua secara berturut-turut, saat Latifi berhasil finis di urutan ke-9. 2022Untuk musim 2022, tim Williams mengontrak Alex Albon untuk menggantikan posisi Russell yang pindah ke Tim Mercedes. Albon menjadi rekan setim Latifi yang kembali dikontrak oleh tim Williams.[125] Albon mencetak poin pertama untuk tim Williams pada musim ini di Grand Prix Australia. Pada Grand Prix tersebut, Albon menyelesaikan balapan di urutan kesepuluh setelah hanya sekali saja melakukan pemberhentian pit pada putaran terakhir.[126] Albon kembali berhasil meraih poin setelah menyelesaikan balapan Grand Prix Miami di posisi kesembilan.[127] Pada Grand Prix Inggris, Latifi untuk yang pertama kalinya berhasil mencapai sesi Q3 pada sesi kualifikasi yang dilaksanakan pada kondisi yang basah.[128] Meskipun begitu, namun Latifi gagal meraih poin setelah menyelesaikan balapan di urutan ke-12.[129] Tim Williams kembali berhasil mendapatkan poin setelah Albon menyelesaikan balapan di posisi kesepuluh pada Grand Prix Belgia.[130] Pada Grand Prix Italia, posisi Albon terpaksa digantikan oleh Nyck de Vries setelah Albon dikabarkan harus dioperasi akibat apendisitis.[131] De Vries berhasil menyelesaikan balapan di urutan kesembilan, dan mendapatkan poin pada balapan pertamanya di dalam ajang Formula Satu.[132] Poin terakhir untuk tim Williams pada musim ini diraih pada Grand Prix Jepang, pada saat Latifi berhasil menyelesaikan balapan di urutan kesembilan.[133] Tim Williams mengakhiri musim 2022 pada urutan yang paling terakhir di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan total 8 poin. 2023–sekarangUntuk musim 2023, tim Williams mengganti posisi Latifi dengan Logan Sargeant. Pembalap asal Amerika Serikat tersebut merupakan pembalap dari Akademi Pembalap Williams, dan berhasil menyelesaikan Kejuaraan FIA Formula 2 musim 2022 di posisi keempat di klasemen akhir Kejuaraan Pembalap.[134] Tim Williams secara resmi juga mengumumkan kepergian dari Jost Capito dan Francois-Xavier Demaison dari tim tersebut, dengan pengganti posisi Kepala Tim dan Direktur Teknis yang akan segera diumumkan secara resmi di masa yang akan datang.[135] Mendahului dimulainya tahun balapan 2023, mantan kepala strategi tim Mercedes, yaitu James Vowles, secara resmi diumumkan untuk mengambil alih sebagai Kepala Tim yang baru untuk tim Williams, menyusul pengunduran diri mantan Kepala Tim Williams sebelumnya, yaitu Jost Capito, pada akhir tahun 2022.[136] Untuk musim 2023, tim Williams secara resmi mengumumkan kemitraan jangka panjang dengan Gulf Oil.[137] Batas kontrak Albon telah diperpanjang,[138][139] bermitra bersama dengan rookie Logan Sargeant; Sargeant, yang menggantikan posisi Nicholas Latifi yang akan pergi, adalah pembalap asal Amerika Serikat yang pertama yang membalap di dalam ajang Formula Satu sejak Alexander Rossi membalap untuk mantan tim Marussia F1 selama lima balapan di musim 2015. Balapan pembuka musim ini, yaitu Grand Prix Bahrain, melihat Albon berhasil mencetak satu poin di urutan kesepuluh di depan Sargeant, yang finis di urutan kedua belas. Albon terpaksa harus tersingkir pada balapan berikutnya di Grand Prix Arab Saudi karena mengalami kegagalan rem pada mobilnya, dengan Sargeant yang menempati posisi keenam belas setelah dia gagal menetapkan waktu dalam aturan 107% di sesi kualifikasi karena mengalami masalah mekanis pada mobilnya. Di Grand Prix Australia, Albon mundur lagi setelah kehilangan kendali atas mobilnya dan menabrak keras di awal balapan, menyebabkan bendera merah. Sargeant, sementara itu, menabrak pembalap AlphaTauri, yaitu Nyck de Vries, selama putaran ke-56 dari 58 putaran setelah restart. Namun, Sargeant tergolong finis di posisi ke-16, mengingat bahwa ia telah menyelesaikan lebih dari 90% jarak tempuh balapan ini.
Hasil dalam Formula Satu
Juara DuniaBerikut merupakan pembalap Formula Satu yang meraih gelar Juara Dunia bersama dengan tim Williams:
Williams dalam balapan lainFormula 2Williams telah mengembangkan mobil Formula 2 yang diturunkan dalam kejuaraan F2 yang dimulai pada tahun 2009.[140] Desain awal dari sasis F2 ini diciptakan sedikit berbeda dengan sasis yang diturunkan dalam seri Formula Palmer Audi. Namun Williams gagal menurunkan mobil karya mereka di ajang F2 setelah kalah tender melawan grup MotorSport Vision milik Jonathan Palmer yang kemudian mendapat hak penuh untuk memasok sasis di ajang F2. Sebagai tanda penghormatan, Williams akhirnya kemudian diajak bermitra oleh Jonathan Palmer sebagai konsultan untuk pengembangan sasis F2,[141] dengan Patrick Head sebagai direktur teknik pelaksana.[142][143] Balap turing dan reli WRCMobil reli Metro 6R4 dikembangkan oleh Williams pada tahun 1984 dengan persetujuan dari Rover Company. Mobil ini adalah mobil jenis Metro Rover dengan mesin V6 yang sama sekali baru (mesin berada di tengah) dan sistem four-wheel drive yang dikembangkan untuk reli WRC kategori Group B. Williams mengembangkan mobil hanya dalam waktu enam bulan. Williams juga turun di ajang balap turing. Melalui anak perusahaannya, Williams Touring Car Engineering, yang kemudian menjadi mitra resmi dari pabrikan Renault dalam ajang British Touring Car Championship antara tahun 1995 sampai 1999. Mobil yang digunakan adalah jenis Renault Laguna yang diproduksi di pabrik lama Williams di Didcot (Saat itu tim Williams F1 baru saja berpindah markas ke Grove). Kerjasama Williams dan Renault dalam ajang BTCC terbilang cukup sukses dengan memenangkan gelar juara pabrikan tahun 1995 dan 1997 dan gelar juara pembalap dengan pembalap Swiss Alain Menu pada tahun 1997. Le Mans 24 HoursSebelum mengumumkan secara resmi kemitraan F1 mereka, Williams Motorsport membangun sebuah mobil prototipe Le Mans untuk BMW, yang dikenal dengan nama LM V12 dan V12 LMR. Mobil V12 LMR memenangkan ajang 24 Hours of Le Mans pada tahun 1999. Mobil itu dikemudikan oleh Pierluigi Martini, Yannick Dalmas, dan Joachim Winkelhock.[144] Mobil tersebut dioperasikan oleh Schnitzer Motorsport di bawah nama BMW Motorsport. Formula EWilliams Advanced Engineering menjadi partner teknis Jaguar Racing pada musim pertamanya.[145] Williams menyuplai baterai mobil Gen1, dan sekarang memiliki kontrak untuk menyuplai baterai mobil Gen3 untuk musim 2021–2022.[146] Williams Hybrid PowerSukses di dunia motorsport tidak membuat lupa Williams akan kontribusi untuk kehidupan masyarakat luas. Di awal 2008, seiring akan adanya peraturan baru FIA tentang KERS di musim 2009, Williams mendirikan sebuah anak perusahaan baru bernama Williams Hybrid Power, yang bertujuan untuk mengembangkan sistem penyimpanan tenaga kinetik dari hasil pengereman lewat sistem flywheel. Sistem ini kemudian sukses diujicobakan di kereta trem dan bus kota di London, Inggris. Sekalipun mobil F1 tidak memakai flywheel, Williams masih mencoba untuk menintregrasikan sistem flywheel dengan KERS, yang ironisnya mereka batalkan penggunaannya untuk musim 2009, namun mereka masih menyimpan konsep tersebut untuk musim F1 2011 yang kemungkinan besar akan kembali mewajibkan tim untuk memakai sistem KERS. Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai WilliamsF1.
|