Wahid ChanWahid Chan atau A. Wahid Chaniago (14 Juli 1921 - 20 Desember 1971)[1] adalah seorang pemeran asal Indonesia. Ia memulai karirnya lewat film Budi Utama pada tahun 1951.
Masa mudaWahid Chan dilahirkan dengan nama A. Wahid Chaniago. Ia dilahirkan pada tanggal 14 Juli 1921 di di Matur, Agam. Nama Chaniago merupakan nama gelar atau nama sukunya. Wahid Chan merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Wahid Chan dibesarkan di Kuta Raja, Banda Aceh, Aceh.[butuh rujukan] Wahid Chan menamatkan pendidikan di Sekolah Taman Siswa dan HIS. Selama bersekolah, ia suka mengikuti olahraga seperti sepak bola, tenis, pingpong, berenang dan tinju. Ia bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Namun membatalkan niatnya setelah mengalami kecelakaan yang membuat lututnya cedera.[butuh rujukan] PekerjaanSejak tahun 1937, Wahid Chan bekerja di berbagai tempat sebagai pemain sandiwara di Sumatra. Setelah belajar dan menekuni peran sebagai pemain sandiwara selama 10 tahun, ia pindah ke Jakarta. Kepindahannya setelah Konferensi Meja Bundar selesai diselenggarakan.[butuh rujukan] Pada awal kedatangannya ke Jakarta, Wahid Chan ditolak oleh beberapa studio film di Kecamatan Senen. Ia kemudian diterima di studio Golden Arrow yang dimiliki oleh Tuan Chang San. Sutradara studio Golden Arrow saat itu adalah R. Ariffien. Wahid Chan menjadi pemeran dalam film sejak tahun 1951. Film pertama yang yang ia bermain peran di dalamnya adalah Budi Utama dengan peran sebagai seorang seniman tua. Wahid Chan tetap bekerja di studio Golden Arrow untuk lima film yaitu Budi Utama, Pembalasan, Simpang Djalan, Seruni Laju, dan Merebut Kasih. Setelah itu, ia bekerja untuk Semeru Film Co. dalam film Musim Melati. Ia juga bermain peran dalam fiilm Ditepi Bengawan Solo dan Njiur Melambai yang diproduksi oleh Asiatic Film Coy. Setelah itu, Wahid Chan bermain peran dalam film Tenang Menanti yang diproduksi oleh Surja Film Co. Pada produksi kedua Surja Film Co, ia diserahkan membuat cerita dengan pimpinan dan bantuan Tuan R.S. Madhy. Cerita ini dibuat untuk film Mati Sebelum Sendja. Wahid Chan kemudian bekerja secara tidak teriikat untuk Studio Bintang Surabaja, Golden Arrow, dan Persari Film. Film-film terpenting Wahid Chan adalah Penjelundup (1952), Krisis (1953), Harimau Tjampa (1953), Puteri Dari Medan (1954), Djudi (1955), Tudjuan (1956), Sendja Indah (1957), Tugas Baru Inspektur Rachman (1960), Tudjuh Pradjurit (1962), Diambang Fadjar (1964), Matjan Kemajoran (1965) dan lain-lain. KematianNamun, salah satu insiden yang terjadi padanya, dia jatuh dan mengalami sakit encok yang cukup parah. Akibatnya, dia harus berhenti di Dunia Film untuk memulihkan rasa sakinya. Setelah ia beransur pulih, dia baru muncul kembali pada 1970, dimulai dengan Samiun dan Dasima, kemudian tampil lagi dalam film-film Duel (1970), Latando di Toradja (1970) dan Lisa (1971). Telah menyelesaikan lebih dari 30 buah film dengan Sanrego (1971) sebagai filmnya yang terakhir. Sehingga ia wafat pada tanggal 20 Desember 1971 di Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan di usia 50 tahun akibat sakit yang dia derita. Filmografi
Referensi
|