Rd Ariffien
Raden Ariffien, atau yang lebih dikenal dengan Rd. Ariffien, (23 Juni 1902 – 28 Desember 1976)[1] adalah seorang sutradara film Indonesia. Awalnya seorang tokoh nasionalis, ia memasuki industri perfilman pada tahun 1940 setelah sempat bergelut di teater dan radio. Sepanjang 25 tahun kariernya, ia terlibat dalam produksi 36 film. Ia kemudian menjadi kepala editor majalah film Varia. Karier awalAriffien lahir di Cimahi, Hindia Belanda, pada tanggal 23 Juni 1902. Ia mengenyam pendidikan tingkat dasar.[2] Sejak 1923, ia terlibat dalam gerakan buruh dan nasionalis dengan menulis artikel untuk sejumlah surat kabar. Ia dipenjara selama tiga tahun pada akhir 1920-an. Tidak lama setelah bergabung Partai Nasional Indonesia, ia dipenjara lagi selama dua tahun sejak 1930 sampai 1931.[3] Ia kemudian berfokus ke dunia teater.[4][5] Pada pertengahan 1930-an, Ariffien bergabung dengan grup sandiwara Bolero di bawah arahan Andjar Asmara.[2] Setelah keluar, ia sempat menyutradarai beberapa drama radio.[3] Tahun 1940, Ariffien memasuki dunia perfilman dan tampil perdana di Harta Berdarah. Ia ikut menyutradarai filmnya bersama R. Hu untuk Union Films. Film tersebut mengisahkan seorang juragan berkelakuan buruk yang menerima nasibnya.[5][6] Pada tahun selanjutnya, ia menyutradarai Asmara Moerni yang dibintangi tokoh nasionalis Adnan Kapau Gani. Film ini ditargetkan pada penonton terdidik[3] dan disambut hangat.[7] Ia menulis naskah satu film dan menyutradarai satu lagi tahun itu. Setelah Kekaisaran Jepang menduduki Hindia Belanda tahun 1942, Ariffien bekerja di Dewan Budaya (Keimin Bunka Syidosyo) dan diberikan dua kesempatan untuk menyutradarai film-film propaganda untuk studio Nippon Eigasha.[2] Akan tetapi, sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran berpendapat bahwa seorang pria Jepang bernama Kurata Bunjin adalah sutradara sejati dari film-filim tersebut, sedangkan Rd Ariffien hanyalah asistennya.[8] Film pertama, Berdjoang, dirilis tahun 1943 dan bertujuan membuat rakyat Indonesia tertarik bergabung dengan pasukan Jepang.[9] Ini adalah satu-satunya film fitur buatan dalam negeri yang dirilis di Hindia Belanda pada masa pendudukan.[10] Film kedua yang berjudul Keseberang dirilis tahun 1944.[11] Karier terakhirPasca penyerahan diri Jepang tahun 1945, Ariffien membawa perlengkapan studio Nippon Eigasha dan pindah ke Yogyakarta. Di sana ia mendirikan Berita Film Indonesia. Saat Revolusi Nasional Indonesia berlangsung waktu itu, ia lebih berfokus pada rekaman berita.[2] Ariffien kembali membuat film fitur tahun 1950 setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Film besutannya, Meratap Hati, mengisahkan penderitaan seorang wanita setelah ia ditinggalkan suaminya.[12] Pertengahan hingga akhir 1950-an adalah masa-masa paling produktif bagi Ariffien. Ia merampungkan lebih dari separuh proyek filmnya selama enam tahun.[11] Ariffien bergabung dengan Andjar Asmara pada tahun 1958 sebagai asisten di kantor majalah Varia.[13] Keputusannya ini menurunkan jumlah film-film besutannya.[11] Tahun 1961, setelah kematian Andjar, Ariffien menjadi pemimpin majalah Varia.[14] Ia kemudian membuat film terakhirnya, Takkan Lari Gunung Dikedjar, pada tahun 1965.[11] Film ini menceritakan cinta segitiga antara istri dokter, seorang penyanyi, dan kekasihnya.[15] Per 1978, Ariffien masih tercatat sebagai editor Varia.[16] FilmografiRd. Ariffien terlibat di sekitar 36 film, menyutradarai 33 di antaranya (kebanyakan ia tulis sendiri naskahnya). Ia juga pernah ambil peran di satu film.[11] Pemeran
Kru
ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luar
|