Ubur-ubur kotak
Ubur-ubur kotak (kelas Cubozoa; cubo artinya kotak, zoon artinya hewan) adalah hewan invertebrata dari filum Cnidaria yang memiliki medusa yang berbentuk kubus. Ubur-ubur kotak terkenal karena bisa sangat kuat yang dihasilkan oleh beberapa spesies: Chironex fleckeri, Carukia barnesi, dan Malo kingi adalah salah satu makhluk laut yang paling berbisa di dunia. Sengatan spesies tersebut sangat menyakitkan dan kadang-kadang fatal bagi manusia. Bahkan sengatan dari beberapa spesies ubur-ubur kotak (yang sering disebut ubur-ubur Irukandji) dapat menimbulkan Sindrom Irukandji.[1] Sistem tubuh ubur-ubur kotak sedikit lebih kompleks dari ubur-ubur lainnya. Sistem sarafnya lebih berkembang dan matanya sudah dilengkapi retina, kornea dan lensa dengan jumlah 24 buah mata (20 buah oselus dan 4 buah rhopalium).[2] Kecepatan renangnya juga lebih cepat dibandingkan ubur-ubur lainnya AnatomiCiri ubur-ubur yang kotak tampak berbeda dari ubur-ubur Scyphozoa adalah medusanya yang berbentuk kotak, bukan seperti payung. Ubur-ubur kotak bisa bergerak lebih cepat dari ubur-ubur lainnya. Bahkan, kecepatannya hingga enam meter per menit telah dicatat.[3] Sistem saraf ubur-ubur kotak juga lebih berkembang dibandingkan dengan ubur-ubur lainnya. Khususnya, ubur-ubur ini memiliki cincin saraf di sekitar dasar payungnya untuk mengkoordinasi gerakan. Sedangkan beberapa ubur-ubur lainnya masih sederhana, ubur-ubur kotak memiliki mata lengkap dengan retina, kornea, dan lensa. Mata ubur-ubur ini mengelompok membentuk empat rhopalia. Hal ini memungkinkan ubur-ubur kotak untuk melihat sumber cahaya tertentu, dan tidak hanya membedakan antara terang dan gelap. Ubur-ubur kotak juga memiliki 20 oselus (mata sederhana), yang tidak membentuk gambar tetapi mendeteksi terang dan gelap, sehingga ubur-ubur kotak memiliki total 24 mata.[2] Ubur-ubur kotak juga dapat melihat dengan kompleks, mungkin perilaku dipandu visual seperti menghindari rintangan dan berenang cepat.[4] Tentakel beberapa spesies panjangnya dapat mencapai 3 m, Ubur-ubur kotak beratnya bisa mencapai 2 kg.[5] DistribusiSpesies ubur-ubur kotak dapat ditemukan secara luas di samudra tropis dan subtropis, termasuk Atlantik dan Pasifik timur, dengan spesies di utara California, Mediterania (misalnya, Carybdea marsupialis),[6] Jepang (misalnya Chironex yamaguchii),[7] selatan Afrika Selatan (misalnya, Carybdea branchi),[8] dan Selandia Baru (misalnya, Carybdea sivickisi).[9] Pertahanan dan mekanisme makanUbur-ubur kotak aktif memburu mangsanya (zooplankton dan ikan kecil), bukan berenang secara tenang seperti halnya ubur-ubur sejati. Ubur-ubur kotak mampu mencapai kecepatan hingga 4 knot (1,8 m/s).[5] Setiap tentakel memiliki sekitar 500.000 knidosit, mengandung nematosista, mekanisme berbentuk tombak yang menyuntikkan racun mikroskopis ke korban.[10] Racun dari Cubozoa berbeda dari Scyphozoa, dan digunakan untuk menangkap mangsanya (ikan kecil dan invertebrata, termasuk udang dan ikan umpan) dan untuk pertahanan dari predator, yang meliputi ikan dalam familia Stromateidae dan Ephippidae, baronang, kepiting (rajungan), dan berbagai spesies penyu (penyu sisik dan penyu pipih). Namun penyu, tampaknya tidak terpengaruh oleh sengatan dan sebaliknya memakan ubur-ubur kotak.[5] Bahaya bagi manusiaUbur-ubur kotak disebut "makhluk laut paling berbisa di dunia",[11] meskipun hanya beberapa spesies di dalam kelas telah dikonfirmasi untuk bisa terlibat dalam kematian manusia dan beberapa spesies tidak menimbulkan ancaman serius. Misalnya, sengatan hasil Chiropsella bart hanya menyebabkan gatal dan nyeri ringan.[12] Di Australia, spesies terbesar dari kelas ini yaitu ubur-ubur Chironex fleckeri memiliki bisa paling berbahaya. Pada Desember 2012, Angel Yanagihara dari Departemen Ilmu Kedokteran Tropikal Universitas Hawaii menemukan racun yang menyebabkan sel menjadi berpori yang cukup untuk memungkinkan kebocoran kalium, menyebabkan hiperkalemia yang dapat menyebabkan gagalnya kardiovaskular dan kematian dalam waktu 2 sampai 5 menit. Dia mengatakan suatu senyawa seng dapat dikembangkan sebagai penangkal.[13] Baru-baru ini ditemukan spesies yang sangat mirip dengan Chironex fleckeri, yaitu Chironex yamaguchii yang mungkin sama berbahayanya, seperti yang telah terlibat dalam beberapa kematian di Jepang.[7] Hal yang jelas karenanya dari spesies ini adalah yang biasanya terlibat dalam kematian di Semenanjung Malaya.[7][14] Pada tahun 1990, seorang anak berumur 4 tahun tewas setelah disengat oleh Chiropsalmus quadrumanus di Pulau Galveston di Teluk Meksiko, dan baik spesies ini atau Chiropsoides buitendijki dianggap pelaku kemungkinan dua kematian di Malaysia barat.[14] Setidaknya dua kematian di Australia telah dikaitkan dengan ubur-ubur Irukandji yang berukuran kecil.[15][16] Mereka yang menjadi korban ini mungkin menderita gejala fisik dan psikologis yang parah dikenal sebagai sindrom Irukandji.[1] Namun, sebagian besar korban bertahan hidup, dan 62 orang keluar dari rumah sakit karena racun Irukandji di Australia pada tahun 1996, hampir setengah bisa pulang dengan sedikit atau tidak ada gejala setelah 6 jam, dan hanya dua yang masih dirawat di rumah sakit kira-kira sehari setelah mereka disengat.[1] Di Australia utara, periode risiko tertinggi untuk ubur-ubur kotak adalah antara bulan Oktober dan Mei, namun sengatan dan spesimen telah dilaporkan terdapat pada semua bulan dalam setahun. Demikian pula, kondisi risiko tertinggi adalah pada saat air dan angin yang tenang dan daratan bercahaya, namun sengatan dan spesimen telah dilaporkan dalam semua kondisi. Di Hawaii, jumlah ubur-ubur kotak puncaknya sekitar 7 sampai 10 hari setelah bulan purnama, ketika ubur-ubur ini mendekati pantai untuk bertelur. Kadang-kadang datangnya begitu parah sehingga penjaga pantai harus menutup pantai, seperti pada Teluk Hanauma, sampai jumlahnya berkurang.[17][18] Pengobatan sengatanSetelah tentakel ubur-ubur kotak melekat pada kulit, mereka memasukan nematosista dengan racun ke dalam kulit, menyebabkan rasa sakit menyengat dan menyiksa. Anggota badan yang terkena dapat ditekan untuk memperlambat penyebaran racun mematikan. Menghilangkan tentakel yang tersisa pada kulit biasanya dilakukan dengan handuk atau tangan bersarung, untuk mencegah sengatan lain. Tentakel masih akan menyengat walaupun ubur-ubur mati. Meskipun sering direkomendasikan dalam cerita rakyat dan bahkan beberapa makalah tentang pengobatan sengatan,[19] tidak ada bukti ilmiah bahwa urin, amonia, pelunak daging, natrium bikarbonat, asam borat, jus lemon, air tawar, krim steroid, alkohol, bantalan dingin, pepaya, atau hidrogen peroksida akan menonaktifkan sengatan lanjutan, dan zat ini bahkan dapat mempercepat pelepasan racun.[20] Bantalan panas telah terbukti untuk menghilangkan rasa sakit sedang.[21][22][23][24][25] Sengatan parah Chironex fleckeri dapat menyebabkan serangan jantung dengan cepat. Pada tahun 2011, Asisten Riset Universitas Hawaii Profesor Angel Yanagihara mengumumkan bahwa ia telah mengembangkan pengobatan yang efektif dengan "mendekonstruksi" racun yang terkandung dalam tentakel ubur-ubur kotak.[26] Efektivitasnya ditunjukkan dalam dokumenter PBS NOVA Venom: Nature's Killer, yang ditayangkan di televisi Amerika Utara pada bulan Februari 2012.[27] Perlindungan selama berenang atau menyelamMengenakan pantyhose selama menyelam (baik oleh wanita maupun pria, juga di bawah pakaian selam scuba) adalah perlindungan yang efektif terhadap sengatan ubur-ubur kotak.[28] Pantyhose dulunya dianggap bekerja karena menutupi kulit sehingga terlindungi dari sengatan ubur-ubur kotak (nematosista), namun sekarang diketahui terkait dengan cara sel-sel penyengat bekerja. Sel-sel penyengat pada tentakel ubur-ubur kotak ini tidak dipicu oleh sentuhan, tetapi dipicu oleh bahan kimia yang ditemukan pada kulit. TaksonomiPada tahun 2007, setidaknya 36 spesies ubur-ubur kotak yang diketahui.[29] Ubur-ubur kotak dikelompokkan menjadi dua ordo dan tujuh familia.[30] Sedikit spesies baru yang telah dideskripsikan sejak saat itu, dan kemungkinan spesies lain tidak dideskripsikan.[7][8][12] Kelas Cubozoa
Referensi
Pranala luar
|