ThrasymakosThrasymakos adalah seorang filsuf yang digolongkan sebagai kaum sofis.[1] Sebagaimana kaum sofis umumnya, ia bekerja sebagai guru dan mendapat upah dari pengajarannya itu.[2] Kemudian ia juga berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengajar.[2][3] Selain itu, ia terkenal dalam bidang retorika dan juga berbicara dalam bidang etika.[2] Dalam bidang retorika, Thrasymakos adalah salah seorang sofis yang menjadi pionir.[2] Aristoteles menyebutnya sebagai penerus dari Tisias.[2] Thrasymakos meninggalkan karya-karya tulisan dalam jumlah besar, seperti "Panduan Utama" (The Great Text-Book), "Subyek-subyek bagi Seni Berpidato" (Subjects for Oratory), Prooemia, "Jumlah yang berlebih-lebihan" (Preponderance), dan karya-karya lain yang berkaitan dengan retorika.[4] Akan tetapi, saat ini hanya ada sedikit sumber yang tersisa mengenai Thrasymakos dan pemikirannya.[5] Satu-satunya fragmen tulisan langsung dari Thrasymakos yang tersisa kini adalah sebuah pidato yang menampilkan gaya retorika Thrasymakos.[2][4] Riwayat HidupThrasymakos berasal dari kota Chalcedon di Bosporus, yang merupakan koloni dari Megara.[2] Ia diketahui hidup dan berkarya pada pertengahan kedua dari abad ke-5 SM.[4] Hanya ada dua sumber kuno yang berbicara soal periode kehidupan dari Thrasymakos.[2] Pertama, buku The Banqueters karya Aristophanes menyinggung keberadaan Thrasymakos.[2] Buku tersebut ditulis pada tahun 427 SM sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahun tersebut Thrasymakos telah dikenal di Athena.[1][2] Kedua, di dalam karya Plato yang berjudul "Republik", terdapat sebuah kalimat dari perkataan-perkataan Thrasymakos yang menunjukkan ia hidup pada saat Arkhelaos, raja Macedonia, melakukan serangan ke Thessaly.[1][2] Serangan tersebut dilakukan antara tahun 413 SM hingga 399 SM.[2] PemikiranRetorikaDi dalam bidang retorika, Thrasymakos terkenal karena menemukan gaya yang dinamakan "jalan tengah".[2][3] Dalam caranya membuat suatu tulisan, ia memperhatikan teknik dengan saksama dan juga berupaya menggugah emosi dari para pendengarnya.[2] Selain itu, ia juga bereksperimen dengan menggunakan irama prosa.[2] Tentang PolitikSatu-satunya sumber kuno yang berbicara tentang pandangan politik Thrasymakos adalah buku "Republik" dari Plato.[3] Akan tetapi, pandangan Plato yang negatif terhadap Thrasymakos di dalamnya membuat otentisitas historisnya diragukan.[2][3] Di situ, Thrasymakos digambarkan sebagai lawan Sokrates yang menyatakan bahwa "keadilan hanya membawa keuntungan bagi yang kuat".[1][2][3] Pihak yang kuat yang dimaksud di sini adalah yang berkuasa.[3] Menurut W.C.K. Guthrie, Thrasymakos berbicara demikian untuk melawan pandangan Sokrates yang terlalu optimi terhadap keadilan.[2] Thrasymakos ingin menunjukkan bagaimana kenyataan yang terjadi ternyata berbeda.[2] Para penguasa memerintah untuk memperluas kekuasaannya, dan bila hukum-hukum yang mereka buat ditaati, hal itu disebut sebagai keadilan.[2] Akan tetapi, bila hukum-hukum ditaati, maka kepentingan orang lain juga akan terpenuhi.[2] Thrasymakos mengatakan bahwa jikalau ada subyek yang hanya ingin memenuhi kepentingan sendiri dan tidak peduli dengan kepentingan orang lain, subyek tersebut tidak adil.[2] Karena itu, untuk menjadi adil, seseorang harus mengikuti hukum yang dibuat penguasa, meskipun penguasa itu sendiri tidak adil sebab mencari kepentingannya sendiri.[2] Dengan demikian, meskipun penguasa tersebut 'tidak adil', namun kita harus tetap menaati hukum dan menjadi adil.[2] Penguasa yang 'tidak adil' itu, bagaimanapun juga akan dipandang sebagai penguasa yang berhasil sehingga disanjung oleh masyarakat, walaupun sebenarnya mereka tidak memiliki keadilan tersebut.[2] Referensi
Lihat JugaPranala luar |