Thibbun Nabawi
Thibbun Nabawi merujuk pada tindakan dan perkataan (hadis) Nabi Islam Muhammad mengenai penyakit, pengobatan, dan kebersihan, maupun genre tulisan oleh para sarjana non-medis untuk mengumpulkan dan menjelaskan tradisi-tradisi tersebut.[1] Istilah Thibbun Nabawi ini dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad ke-13 M untuk menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan pada Allah, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurafat.[2] DefinisiTerdapat beberapa pengertian mengenai thibbun nabawi yang telah didefinisikan oleh ulama di antaranya:[3][4]
Dasar hukumnyaSetiap penyakit itu ada obatnya, seperti hadits Rasulullah ﷺ yang artinya:
Al-Qur`anul karim dan As-Sunnah yang shahih sarat dengan beragam penyembuhan dan obat yang bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga mestinya kita tidak terlebih dahulu berpaling dan meninggalkannya untuk beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada pada masa sekarang ini.[9] Karena itulah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata: “Sungguh para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan makanan maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi). Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan: ‘Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan’.” Ibnul Qayyim juga berkata: “Berpalingnya manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat.” (Ath-Thibbun Nabawi, hal. 6, 29) Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah sekadar sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat lisan Rasul-Nya ﷺ. Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan Nabi ﷺ diyakini kesembuhannya karena bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba. (Fathul Bari, 10/210) Berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seseorang tidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu. Dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan sakitnya, tetapi kepada Dzat yang memberikan penyakit dan menurunkan obatnya sekaligus, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana perkataan Nabi Ibrahim tentang Tuhannya:“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (Asy-Syu’ara`: 80) Sebenarnya juga, sudah banyak hadits tentang Thibbun Nabawi yg menyentuh masalah herbal dengan pengobatan. Tapi, Al-Albani memasukkan sejumlah hadits-nya ke dalam Silsilah Hadits Dha'if.[10] MacamnyaRuqyahRuqyah adalah metode penyembuhan dengan cara membacakan sesuatu pada orang yang sakit akibat dari ‘ain (mata hasad), sengatan hewan, sihir, racun, rasa sakit, sedih, gila, kerasukan, gangguan jin, dan lainnya. Dari Aisyah radiallahu ‘anhaa berkata;
BekamBekam adalah mengeluarkan darah kotor dari tubuh dengan cara menyedot pada sayatan ringan di kulit tubuh.
Mengkonsumsi Habbatus SaudaManfaat mengkonsumsi Habbatus Sauda’ (Jintan hitam/Syuwainiz) menurut hadits nabi: Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. bahwa ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
Habbatus sauda’ berkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal. Biji habbatus sauda’ mengandung 40% minyak takasiri dan 1,4% minyak atsiri, 15 jenis asam amino, protein, Ca, Fe, Na dan K. kandungan aktifnya thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY). Telah terbukti dari berbagai hasil penelitian ilmiah bahwa habbatus sauda’ mengaktifkan kekebalan spesifik/kekebalan didapat, karena ia meningkatkan kadar sel-sel T pembantu, sel-sel T penekan, dan sel-sel pembunuh alami. Mengkonsumsi Madu
Beberapa manfaat Madu atau ‘Asl:[butuh rujukan]
Dianjurkan memakai madu untuk mengobati luka bakar. Madu memiliki spesifikasi anti proses peradangan (inflammatory activity anti)
Antioksidan fenolat dalam madu memiliki daya aktif tinggi serta bisa meningkatkan perlawanan tubuh terhadap tekanan oksidasi (oxidative stress)
Bila digunakan untuk bersikat gigi bisa memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi, mengobati seriawan dan gangguan mulut lain.
Dengan menggunakan cairan madu berkadar 90% (madu dicampur air hangat) dua hari sekali di bagian-bagian yang terinfeksi di kepala dan wajah diurut pelan-pelan selama 2-3 menit, madu dapat membunuh kutu, menghilangkan ketombe, memanjangkan rambut, memperindah dan melembutkannya serta menyembuhkan penyakit kulit kepala.
Madu mampu menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes karena adanya unsure antioksidan yang menjadikan asimilasi gula lebih mudah di dalam darah sehingga kadar gula tersebut tidak terlihat tinggi. Madu nutrisi kaya vitamin B1, B5, dan C dimana para penderita diabetes sangat membutuhkan vitamin-vitamin ini. Sesendok kecil madu alami murni akan menambah cepat dan besar kandungan gula dalam darah, sehingga akan menstimulasi sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Sebaiknya penderita diabetes melakukan analisis darah dahulu untuk menentukan takaran yang diperbolehkan untuknya di bawah pengawasan dokter.
Madu berperan baik melindungi kolon dari luka-luka yang biasa ditimbulkan oleh asam asetat dan membantu pengobatan infeksi lambung (maag). Pada kadar 20% madu mampu melemahkan bakteri pylori penyebab tukak lambung di piring percobaan.
Menggunakan Minyak Zaitun
Di antaramanfaat minyak zaitun:[butuh rujukan]
Mempergunakan Siwak (Miswak)Bersiwak adalah menyikat gigi dengan Miswak, yakni sejenis ranting pohon yang lunak dan tidak melukai gigi dan memiliki kandungan getah yang tidak lengket dan berfungsi seperti pasta gigi.
SelainnyaDisebutkan pula khasiat dari beberapa bahan lainnya (di antaranya seperti air Zam-zam dan Daun Bidara) yang dapat dikategorikan sebagai Thibbun Nabawi. Dapat pula kita pergunakan berpuasa untuk pengobatan secara Thibbun Nabawi. Menurut catatan Mohammad Sholikhin, puasa itu malah bisa menyembuhkan sakit maag. Sebab, puasa yang kita lakukan telah didasari niat sebelum fajar bahwa kita pada esok harinya akan berpuasa dan berbuka sewaktu maghrib. Niat itu direkam oleh otak dan akan memengaruhi jam biologis, yang seharusnya makan di waktu siang, tetapi terus hingga maghrib kelak. Padahal, rasa lapar dipengaruhi oleh hipofisis yang bekerja. Ini akan memengaruhi pankreas dan adrenalin. Pankreas inilah yang mengeluarkan insulin guna mencerna makanan termasuk karbohidrat. Jadi dengan puasa itulah, lambungpun mengering selama 13 jam. Dengan demikian, luka-luka dan borok-borok pada lambung ikut kering. Setelah berbuka-pun, kita dianjurkan meminum air hangat campur madu segelas sebagai obat luka pada lambung. Sehingga, bisa disimpulkan puasa dapat mengeringkan luka dan menjadi kunci untuk "mempuasakan" orang menjelang operasi di bidang medis.[12] Kitab tentang pengobatan IslamiIbnul Qayyim pada tahun 1300-an menulis karya yang penting dalam bidang thibbun nabawi, yang berjudul Ath-Thibbun Nabawi yang berisi 277 bab. Dia membahas beragam perawatan sesuai rekomendasi dari nabi, juga berkenaan dengan adabnya, malapraktik dan pentingnya kompetensi dari seorang dokter.[13] Adab di dalam proses pengobatan terus memiliki kedudukan penting di dalam pengobatan Islami.[14][15] Ulama lainnya, seperti As-Suyuthi juga memiliki dua buah kitab tentang thibbun Nabawi, juga Imam Adz-Dzahabi (w. 1348 M). RujukanCatatan kaki
Bibliografi
Pranala luar
|