Menurut Mark Burgess (peneliti dari Center for Defense Information), gerakan politik dan keagamaan Yahudi di abad ke-1 yang disebut Zelot adalah salah satu contoh tertua kegiatan terorisme yang dilakukan orang Yahudi.[3] Mereka berusaha menghasut penduduk Yudea untuk memberontak melawan Kekaisaran Romawi dan mengusirnya dari Tanah Israel melalui kekuatan militer. Zelot dalam bahasa Ibrani disebut kanai, yang berarti orang yang bersemangat karena Tuhan.[4][5] Kelompok Zelot yang paling ekstrem disebut Sicarii. Sicarii menggunakan taktik gerilya yang kejam melawan Romawi. Di balik jubah, mereka menyisipkan sicae, sebuah belati kecil yang menjadi asal-usul nama mereka. Pada acara yang mengumpulkan orang banyak, khususnya selama hag (ziarah) ke Bukit Bait Suci, mereka menikam musuh-musuh mereka (orang Romawi atau simpatisan Romawi, Herodian), sambil pura-pura meratap di hadapan orang banyak agar tidak ketahuan. Dalam salah satu catatan dalam Talmud, kelompok Sicarii menghancurkan persediaan makanan di kota sehingga masyarakat terpaksa berperang melawan pengepungan Romawi alih-alih mengatur perdamaian. Sicarii juga menyerbu pemukiman Yahudi dan membunuh sesama Yahudi yang dianggap murtad atau kolaborator.
Terorisme Yahudi di Israel terjadi selama beberapa tahun pada tahun 1950-an dan kerap ditujukan pada sesama orang Yahudi, bukan hanya pada warga Arab di Israel.[6] Terdapat jeda panjang hingga tahun 1980-an, ketika Jewish Underground Movement terungkap.[6] Fenomena serangan price tag dimulai sekitar tahun 2008. Ini adalah kejahatan rasial yang dilakukan oleh para ekstremis yang biasanya melibatkan perusakan properti atau pembuatan grafiti kebencian, pada properti milik orang Arab, Kristen, sekuler, dan militer.[7]
Peneliti Ami Pedahzur dan Arie Perliger mengemukakan kesamaan antara teroris Yahudi dan jaringan jihad di negara-negara demokrasi Barat, di antaranya: keterasingan dan isolasi dari nilai-nilai mayoritas dan budaya arus utama, yang mereka pandang sebagai ancaman eksistensial terhadap komunitas mereka sendiri; dan bahwa ideologi mereka tidak hanya bersifat "religius", tetapi juga berupaya mengejar cita-cita politik, teritorial, dan nasionalis. Namun, kelompok Yahudi yang lebih baru ini cenderung menekankan motif keagamaan dalam tindakan mereka dibandingkan motif sekuler. Dalam kasus terorisme Yahudi di Israel modern, sebagian besar jaringannya terdiri dari kalangan zionis religius dan ultra-Ortodoks yang tinggal di komunitas yang terisolasi dan homogen. Namun, tidak seperti jaringan jihad, teroris Yahudi tidak terlibat dalam serangan yang memakan korban massal, dengan pengecualian Baruch Goldstein.[8]
Shin Bet mengeluhkan sikap lunak pemerintah Israel terhadap para ekstremis Yahudi yang menginginkan terciptanya negara Yahudi yang berlandaskan halakha, syariat agama Yahudi. Haaretz melaporkan: "Shin Bet mengeluhkan pengadilan yang terlalu lunak, khususnya dalam penegakan hukum terhadap mereka yang melanggar perintah penahanan yang mengalihkan perhatian mereka dari Tepi Barat atau membatasi pergerakan mereka. Shin Bet mendukung Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon, yang telah menyerukan penerapan penahanan administratif secara terbatas terhadap tersangka teroris Yahudi."[9] Badan-badan Israel yang mengawasi kelompok-kelompok teroris agama menyebut kelompok teroris sebagai "anarkis" dan "antizionis", yang termotivasi untuk menjatuhkan pemerintah Israel dan menciptakan "kerajaan" Israel baru yang akan beroperasi sesuai dengan halakha.[9] Sepekan setelah serangan Juli 2015, penahanan administratif disetujui bagi tersangka terorisme agama Yahudi.
Kelompok
Sejumlah kelompok berikut telah dianggap sebagai organisasi teroris keagamaan di Israel (dalam urutan kronologis berdasarkan tahun pendiriannya):
Brit HaKanaim (בְּרִית הַקַנַאִים "Perjanjian Zelot") adalah organisasi bawah tanah radikal agama yang beroperasi di Israel antara tahun 1950 dan 1953, dengan tujuan melawan arus sekulerisasi yang melanda negara tersebut. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah untuk menegakkan syariat Yahudi di Israel dan mendirikan negara Halakhik.[10]
Kingdom of Israel (מלכות ישראל Malkhut Yisrael) atau Tzrifin Underground, aktif di Israel pada tahun 1950-an. Kelompok ini melakukan serangan terhadap fasilitas diplomatik Uni Soviet dan Cekoslowakia, dan kadang-kadang menembaki pasukan Yordania yang ditempatkan di sepanjang perbatasan di Yerusalem. Anggota kelompok tersebut tertangkap mencoba mengebom Kementerian Pendidikan Israel pada bulan Mei 1953, dikarenakan penolakan mereka terhadap upaya sekulerisasi imigran Yahudi dari Afrika Utara yang mereka lihat sebagai 'serangan langsung terhadap cara hidup religius Yahudi' dan sebagai sebuah ancaman nyata terhadap komunitas ultra-Ortodoks di Israel.'[11]
Jewish Underground Movement (1979–1984): dibentuk oleh anggota gerakan politik Israel Gush Emunim.[12] Kelompok ini paling terkenal karena dua aksinya: pertama, atas serangan bom terhadap sejumlah wali kota di Tepi Barat pada tanggal 2 Juni 1980, dan kedua, rencana untuk meledakkan masjid-masjid di kompleks Al Haram Al Sharif.[13]
Keshet (Kvutza Shelo Titpasher) (1981–1989): Kelompok Harediantizionis di Tel Aviv yang berfokus pada pengeboman properti tanpa menyasar korban jiwa.[14][15]:101 Yigal Marcus, Kepala Kepolisian Distrik Tel Aviv mengatakan bahwa kelompok itu merupakan kriminal dan bukan teroris.[16]
Kach, sebuah partai politik sayap kanan yang dilarang di Israel (resmi terdaftar pada tahun 1971–1994), dan pecahannya Kahane Chai (1991-1994), juga dilarang. Saat ini, kedua kelompok tersebut terdaftar sebagai organisasi teroris di Israel,[17]Kanada,[18]Uni Eropa[19] dan Amerika Serikat.[20] Kelompok-kelompok tersebut diyakini memiliki keanggotaan inti sekitar kurang dari 100 orang.[21][22]Liga Pertahanan Yahudi yang berbasis di AS dan juga didirikan oleh Meir Kahane juga dianggap sebagai organisasi teroris. Statistik FBI menunjukkan bahwa dari tahun 1980 hingga 1985, 15 serangan teroris dilakukan di AS oleh anggota JDL.[23] Mary Doran dari FBI menggambarkan JDL pada kesaksian Kongres tahun 2004 sebagai "kelompok teroris terlarang".[24] National Consortium for the Study of Terrorism and Responses to Terrorism menyatakan bahwa selama dua dasawarsa pertama aktivitas JDL, ia merupakan "organisasi teroris aktif".[25][26]
Terror Against Terror (Teror Neged Teror, "TNT"), aktif tahun 1975–1984, adalah organisasi militan radikal Yahudi yang mensponsori beberapa serangan terhadap Palestina. Kelompok ini terafiliasi dengan partai Kach milik Kahane dan mengambil namanya dari pemikirannya yang menyatakan bahwa terorisme Arab harus dilawan dengan terorisme Yahudi.[27][28]
Sicarii, sebuah kelompok teroris yang didirikan pada tahun 1989 yang melakukan serangan pembakaran dan grafiti terhadap politikus sayap kiri Israel. Mereka menentang segala proses pemulihan hubungan dengan Organisasi Pembebasan Palestina.[29][30]
Bat Ayin Underground" atau Kelompok Bat Ayin. Pada tahun 2002, empat orang dari Bat Ayin dan Hebron ditangkap di luar Sekolah Abu Tor, sebuah sekolah perempuan Palestina di Yerusalem Timur, dengan membawa sebuah kotak berisi bahan peledak. Tiga dari pria tersebut didakwa karena percobaan pengeboman.[8][31][32][33][34][35][36]
Lehava (didirikan pada 2005) merupakan kelompok ekstremis agama yang menentang asimilasi Yahudi dan hubungan pribadi Yahudi dan non-Yahudi.[37] Pada bulan Januari 2015, Channel 2 Israel melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon berniat untuk memasukkan Lehava ke dalam daftar organisasi teroris. Ya'alon dilaporkan telah memerintahkan Shin Bet dan Kementerian Pertahanan untuk mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk mendukung penggolongan tersebut.[38] Mantan Menteri Kehakiman Tzipi Livni menyatakan bahwa langkah Ya'alon untuk menyebut kelompok Lehava sebagai organisasi teroris seharusnya telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya. "Organisasi ini bekerja atas dasar kebencian, rasisme, dan nasionalisme, dan tujuannya adalah untuk meningkatkan eskalasi kekerasan dalam diri kita," ujarnya.[39] Tamar Hermann, seorang sosiolog dan lembaga jajak pendapat di Institut Demokrasi Israel (IDI), melaporkan bahwa tindakan pemerintah terhadap Lehava baru diambil setelah berbulan-bulan disampaikannya petisi dari "orang-orang Israel yang beraliran kiri serta komentator media."[40][41] Rabi Binyamin Lau berkata, "Lehava ingin menerapkan teror agama."[42]
Sikrikim (pertama kali muncul pada tahun 2005), sebuah kelompok radikal Yahudi ultra-Ortodoks yang berpusat di lingkungan ultra-Ortodoks Israel Mea Shearim di Yerusalem dan di Ramat Beit Shemesh.[43] Kelompok antizionis ini diperkirakan memiliki sekitar 100 anggota aktivis. Sikrikim mendapat perhatian internasional atas tindakan kekerasan yang mereka lakukan terhadap lembaga dan tokoh Yahudi Ortodoks yang tidak memenuhi tuntutan mereka.[44] Mereka berafiliasi dengan Neturei Karta.[45][46]
The Revolt: Para anggota kelompok teror The Revolt menyatakan bahwa Negara Israel yang sekuler tidak memiliki hak untuk eksis; mereka berharap dapat mendirikan Kerajaan Yahudi di Israel, dan orang-orang Arab akan dibunuh jika mereka menolak untuk pergi. Shin Bet mengatakan ideologi kelompok The Revolt mulai berkembang pada bulan Oktober 2013, dibentuk oleh mantan anggota "Hilltop Youth", termasuk cucu Rabi Meir Kahane, Meir Ettinger, yang untuk sementara ditahan secara administratif. Sebelum serangan Duma, anggota kelompok tersebut telah melakukan sebelas serangan pembakaran terhadap orang Palestina atau gereja Kristen. 23 anggotanya ditahan karena serangan di Duma, Palestina.[47]
Individu
Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum Yahudi telah digambarkan sebagai terorisme dan dikaitkan dengan motivasi agama. berikut ini adalah yang paling menonjol:[48]
Baruch Goldstein, seorang dokter Israel kelahiran Amerika, melakukan apa yang kemudian dikenal sebagai pembantaian Gua Makhpela di Hebron, di mana ia menembak dan membunuh 29 jemaah Muslim di dalam Masjid Ibrahim (di dalam Gua Makhpela), dan melukai 125 orang lainnya.[49] Goldstein sendiri mati dibunuh oleh para penyintas.[50] Goldstein adalah pendukung Kach, sebuah partai politik Israel yang didirikan oleh Rabi Meir Kahane yang mendukung pengusiran orang Arab dari Israel dan Palestina. Setelah serangan Goldstein dan pernyataan Kach yang menyanjung tindakannya, partai Kach dilarang di Israel.[51]
Pembunuhan Yitzhak Rabin yang dilakukan Yigal Amir pada tanggal 4 November 1995, digambarkan sebagai terorisme dengan motivasi religius. [2]:98–110[52][53] Amir mengaku bahwa ia telah "bertindak sendiri atas perintah Tuhan", dan bahwa, "Jika bukan karena fatwa din rodef yang dialamatkan kepada Rabin oleh beberapa rabi yang saya kenal, akan sangat sulit bagi saya untuk membunuhnya."[15][54]:45 Sebagai seorang mantan petempur yang telah mempelajari syariat Yahudi, Amir menyatakan bahwa keputusannya untuk membunuh sang PM dipengaruhi oleh pendapat para rabi militan bahwa pembunuhan semacam itu dihalalkan oleh hukum Yahudi tentang din rodef ("hukum pengejar").[54]:48 Hukum agama Yahudi ini membenarkan eksekusi segera terhadap seseorang jika ia membahayakan nyawa orangain, meskipun karakterisasi Rabin sebagai din rodef ditolak karena merupakan penyimpangan hukum oleh sebagian besar otoritas agama. [15]:255 Menurut Amir, mengizinkan Otoritas Palestina untuk berkuasa di Tepi Barat merupakan bahaya yang harus dicegah.[54]:48 Amir dikaitkan dengan gerakan radikal Eyal, yang sangat dipengaruhi oleh kahanisme.[54]:53
Yishai Shlisel, seorang Yahudi Haredi, menikam tiga peserta pawai gayYerusalem Pride pada tanggal 30 Juni 2005. Shlisel mengklaim dia telah bertindak "dalam nama Tuhan". Shilshel didakwa dengan percobaan pembunuhan.[55]
Eden Natan-Zada membunuh empat warga Arab di Israel pada tanggal 4 Agustus 2005. Tindakannya dikutuk oleh Perdana Menteri Ariel Sharon, sebagai "tindakan tercela yang dilakukan oleh teroris Yahudi yang haus darah", dan penulis Ami Pedahzur menggambarkan motivasinya sebagai religius.[2]:134[56]
Yaakov Teitel, seorang warga Israel kelahiran Amerika, ditangkap setelah penembakan pusat perkumpulan gay di Tel Aviv tahun 2009 karena memasang poster yang memuji serangan tersebut. Meskipun Teitel mengaku melakukan penembakan di tempat itu, Kepolisian Israel telah memutuskan bahwa dirinya tak terlibat.[57] Pada 2009, Teitel kembali ditangkap dan didakwa atas beberapa tindakan teror domestik, seperti serangan bom pipa terhadap cerdik pandai sayap kiriZeev Sternhell, pembunuhan seorang sopir taksi Palestina dan seorang penggembala di Tepi Barat pada tahun 1997, dan kiriman paket jebakan ke rumah sebuah keluarga pemeluk Yudaisme Mesianik di Ariel.[58][59][60] Penggeledahan di rumahnya mengungkap simpanan senjata dan suku cadang yang digunakan dalam alat peledak.[61] Hingga Januari 2011, kasus tersebut masih menunggu persidangan.[62] Pada 16 Januari 2013, Teitel divonis bersalah atas dua pembunuhan, dua percobaan pembunuhan, dan beberapa dakwaan lainnya.[63][64]
Penculikan dan pembunuhan Mohammed Abu Khdeir terjadi pada pagi hari tanggal 2 Juli 2014, sehari setelah penguburan tiga remaja Israel yang terbunuh. Khdeir, seorang warga Palestina berusia 16 tahun, diculik ke dalam mobil oleh pemukim Israel di dekat Yerusalem Timur.[65] Yosef Ben-David dan dua anak di bawah umur ditangkap karena tindakan tersebut. Hasil awal otopsi menunjukkan bahwa ia dipukuli dan dibakar hidup-hidup.[66][67][68] Korban dipukuli berkali-kali dengan linggis, di mana setiap pukulan diiringi dengan pembacaan kisah korban terorisme beretnis Yahudi. Khdeir diakui oleh Israel sebagai korban terorisme,[69] sebuah tindakan yang dibalas dengan pemberian kompensasi kepada keluarganya. Pembunuhan tersebut menyulut pecahnya Perang Gaza 2014.[70]
Yishai Shlisel sekali lagi menikam dan melukai enam pengunjuk rasa di pawai gay Yerusalem pada tanggal 30 Juli 2015. Peristiwa itu terjadi tiga pekan setelah dia dibebaskan dari penjara.[71] Salah satu korban, Shira Banki yang berusia 16 tahun, meninggal karena luka-lukanya di Pusat Pengobatan Hadassah tiga hari kemudian.[72][73] Tak lama berselang, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan belasungkawa, dan menambahkan, "Kami akan menangani si pembunuh dengan menghukum seberat-beratnya.”[72]
Serangan pembakaran Duma: Pada tanggal 31 Juli 2015, dua rumah warga Palestina dibom oleh penyerang bertopeng, yang mengakibatkan kematian seorang bayi dan cederanya anggota keluarga lainnya, yang oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut sebagai tindakan "teroris". Pelaku meninggalkan coretan dalam bahasa Ibrani di rumah yang hancur dan bertuliskan "Balas dendam!" dan "Hidup sang mesias!", atau[74]"Yechi Hamelech Hamashiach", semboyan sayap mesianik dari gerakan Chabad-Lubavitch, yang percaya bahwa Menachem Mendel Schneerson, seorang rabi yang mati pada tahun 1994 adalah sang mesias dan akan kembali untuk membangun kembali kerajaan kuno dan menyelamatkan dunia.[75] Motifnya, sebagaimana tercantum dalam dakwaan, adalah balas dendam atas pembunuhan pemuda Israel Malachi Rosenfeld oleh warga Palestina di dekat Duma, sekitar sebulan sebelumnya.[76][77] Pada tanggal 8 Agustus, ayah Ali Dawabsheh, Saad Dawabsheh, meninggal karena luka bakar yang dideritanya akibat serangan tersebut.[78] Amiram Ben-Uliel dihukum karena pembunuhan dan pembakaran yang diakui sebagai "tindakan teroris", dan seorang anak di bawah umur yang mengaku dan membuat kesepakatan pembelaan dihukum karena keanggotaan dalam organisasi teroris dan keterlibatannya dalam perencanaan pembunuhan; keduanya lalu dijatuhi hukuman penjara.
^ abcPedahzur, Ami; Perliger, Arie (2009). Jewish terrorism in Israel. Columbia University Press. hlm. 196. ISBN978-0-231-15446-8. Our Jewish terrorism dataset consists of a list of terror incidents perpetrated by Jewish terrorists in Israel.
^"Terrorist Organization Profile: Kach". National Consortium for the Study of Terrorism and Responses to Terrorism. University of Maryland. 23 Juni 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Juni 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bohn, Michael K. (2004). The Achille Lauro Hijacking: Lessons in the Politics and Prejudice of Terrorism. Brassey's Inc. hlm. 67. ISBN1-57488-779-3.
Juergensmeyer, Mark (2003). Terror in the mind of God: the global rise of religious violence. University of California Press
Pedahzur, Ami; Perliger, Arie (2009). Jewish terrorism in Israel. Columbia University Press
Sprinzak, Ehud (1999). Brother against brother: violence and extremism in Israeli politics from Altalena to the Rabin assassination. Simon and Schuster
Stern, Jessica (2003). Terror in the name of God: why religious militants kill. HarperCollins