Teori modernisasiTeori modernisasi menjelaskan tentang proses transformasi dari masyarakat tradisional atau terbelakang ke masyarakat modern.[1] Modernisasi merupakan proses perubahan terhadap sistem ekonomi, sosial dan politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 sampai ke-19 yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.[1] Perubahan tersebut juga terjadi di Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada abad ke-19 dan ke-20.[1] Teori modernisasi fokus pada cara masyarakat pramodern menjadi modern melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan budaya.[1] Masyarakat modern adalah masyarakat industri.[2] Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk memodernkan masyarakat adalah dengan industrialisasi.[2] SejarahTeori modernisasi berkembang dalam tiga fase.[3] Fase pertama (1950-an dan 1960-an), fase kedua (1970-an dan 1980-an), fase ketiga (1990-an).[3] Teori modernisasi lahir sebagai sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia II, yaitu munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia, perluasan gerakan komunis sedunia dimana Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya ke Eropa Timur dan Asia serta lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia (Afrika dan Amerika Latin).[4] Terdapat dua teori yang melatarbelakangi lahirnya teori modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori fungsionalisme.[4] Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat dalam dua hal.[4] Pertama, teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah, seperti garis lurus.[4] Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju[4] Kedua, teori evolusi membaurkan antara pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan sosial.[4] Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.[4] Teori fungsionalisme tidak lepas dari pemikiran Talcott Parsons yang memandang masyarakat seperi organ tubuh manusia[4] Pertama, struktur tubuh manusia memiliki bagian yang saling terhubung satu sama lain.[4] Oleh karena itu, masyarakat mempunyai berbagai kelembagaan yang saling terkait satu sama lain.[4] Kedua, setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat.[4] Pemikir klasik teori modernisasiTerdapat tiga pemikir klasik teori modernisasi untuk menggambarkan bagaimana seorang sosiolog, ekonom dan ahli politik menguji persoalan pembangunan di Negara Dunia Ketiga.[4]
Tahapan modernisasiWalt Whitman Rostow mengidentifikasi bahwa ada lima tahapan dalam modernisasi, yaitu.[5]
AsumsiTerdapat dua asumsi dalam teori modernisasi.[4] Pertama, teori modernisasi berasal dari konsep-konsep metafora yang diturunkan dari teori evolusi. Kedua, teori modernisasi berasal dari pola pikir teori fungsionalisme.[4] Berdasarkan teori evolusi, modernisasi merupakan proses bertahap, proses homogenisasi, terbentuk sebagai proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, proses yang tidak bergerak mundur, perubahan progresif dan memerlukan waktu panjang.[4] Sementara itu, berdasarkan teori fungsionalisme modernisasi merupakan proses sistematik, proses transformasi dan proses yang terus-menerus.[4] Teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi kebijakan pembangunan yang perlu diikuti negara Dunia Ketiga dalam memodernkan dirinya.[4] Pertama, teori modernisasi secara implisit memberikan pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern.[4] Dalam hal ini Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai negara maju dan Negara Dunia Ketiga sebagai masyarakat tradisional dan terbelakang.[4] Kedua, teori modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan Negara Dunia Ketiga.[4] Oleh karena itu, jika Negara Dunia Ketiga ingin melakukan modernisasi, mereka perlu menempuh arah yang telah dijalani Amerika Serikat dan Eropa Barat.[4] Ketiga, teori modernisasi mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari Amerika Serikat.[4] Kritik terhadap teori modernisasiDaniel Lerner menyatakan bahwa teori modernisasi melupakan sejarah yang terjadi pada Negara Dunia Ketiga.[6] Dalam sejarahnya, Negara Dunia Ketiga mengalami masa penjajahan oleh bangsa Eropa sehingga membuat negara tersebut tertinggal.[6] Selain itu, teori ini menyatakan bahwa untuk menjadi modern, Negara Dunia Ketiga harus mengikuti proses yang terjadi di Negara Dunia Pertama (negara Barat).[6] Akan tetapi, proses Negara Dunia Pertama menjadi modern membutuhkan waktu yang sangat panjang.[6] Referensi
|