Tamu Agung

Tamu Agung
Cuplikan film
SutradaraUsmar Ismail
ProduserUsmar Ismail
Pemeran
Penata musikSjaiful Bachri
SinematograferMax Tera
PenyuntingSoemardjono
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
  • 1955 (1955)
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia

Tamu Agung adalah film drama komedi Indonesia tahun 1955 yang disutradarai Usmar Ismail. Film ini dibintangi Cassin Abbas, Nina Amora, M. Pandji Anom, dan Chitra Dewi.[1] Komedi politik satir ini mengisahkan kissruh menjelang kunjungan seorang tamu terhormat ke desa kecil yang terisolasi di Jawa Timur. Film ini disambut hangat oleh para kritikus namun tidak disukai oleh pemerintah. Film yang diproduksi oleh Perfini ini direkam oleh sinematografer Max Tera.

Alur

Desa Sukaslamet akan dikunjungi oleh seorang tamu agung dari daerah lain. Midi, seorang warga desa, dikirim ke kota untuk menjemputnya. Karena bingung dengan kehidupan kota, Midi bertemu seorang tukang obat (salesman) yang menawarkan tonik penumbuh rambut "manjur". Tanpa sepengetahuan Midi, tonik tersebut palsu. Untuk mempercepat efek toniknya, Midi menyewa sebuah mobil untuk membawanya dan si tukang obat kembali ke Sukaslamet. Di sana, si tukang obat disambut sebagai tamu agung dan ia pun mendapat penyambutan hangat. Sayangnya, kesenangannya harus berhenti setelah tamu yang sesungguhnya tiba di desa. Si tukang obat pun diusir dari desa.[2]

Produksi

Tamu Agung disutradarai Usmar Ismail untuk perusahaannya, Perfini. Misbach Yusa Biran menjabat sebagai asisten sutradara. Sinematografi film hitam putih ini ditangani oleh Max Tera. R Husein menjadi kamerawan kedua. Pengarahan artistiknya ditangani oleh R Hibnu DJ, Ardi Ahmad, dan Djajeng Winoto. Penata riasnya adalah Hanida Arifin. Musik film digubah oleh Sjaiful Bachri. Soemardjono menjadi penyunting film, sedangkan Janis Badar menjadi asistennya.[3]

Film ini dibintangi oleh Cassin Abbas, Nina Amora, M. Pandji Anom, Chitra Dewi, Kuntjung, Tina Melinda, Hassan Sanusi, Sulastri, dan Udjang.[3]

Tanggapan

Tamu Agung gagal dari segi komersial setelah dirilis tanggal 21 Mei 1955 dengan pendapatan total Rp 147.301, jumlah terendah yang pernah diperoleh film Perfini saat itu.[4] Akan tetapi, film ini mendapat sambutan hangat dari para kritikus. Meski tidak disukai oleh pemerintahan Soekarno, film ini dibiarkan beredar.[5][6] Film ini ditayangkan di Asia Film Festival 1956 di Hong Kong, memenangkan kategori Best Comedy.[7]

Monash University berpendapat bahwa film ini "dengan brilian menggabungkan diskursus politik modern (termasuk feminisme militan yang tampaknya muncul bersamaan dengan revolusi Indonesia) dengan retorika Jawa kuno yang diambil dari cerita wayang".[6] Penulis William Van der Heide menganggap film ini memiliki pandangan ideologi pembangunan, dan menulis bahwa film tersebut menyampaikan kritik atas korupsi pemerintah dan partai politik. Ia juga menulis bahwa "tamu agung" tersebut sebenarnya merupakan "karikatur Presiden Soekarno".[8]

Referensi

  1. ^ "Tamu Agung" (dalam bahasa Indonesian). Filmindonesia.or.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-01. Diakses tanggal 24 February 2014. 
  2. ^ "Tamu Agung". Filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-24. Diakses tanggal 24 February 2014. 
  3. ^ a b "Kredit Tamu Agung". Filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-24. Diakses tanggal 24 February 2014. 
  4. ^ Perfini, ed. (1960). 10 Tahun Perfini (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Perfini. hlm. 26. 
  5. ^ Cinemaya: The Asian Film Magazine. A. Vasudev. 1992. hlm. 36. 
  6. ^ a b "Tamu Agung – Exalted Guest". Monash University Faculty of the Arts. Diakses tanggal 24 February 2014. 
  7. ^ "Penghargaan Tamu Agung". Filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Konfiden Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-24. Diakses tanggal 24 February 2014. 
  8. ^ Heide, William Van der (2002). Malaysian Cinema, Asian Film: Border Crossings and National Cultures. Amsterdam University Press. hlm. 144. ISBN 978-90-5356-580-3. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya