Suku Maranao
Suku Maranao (bahasa Maranao: [mәranaw]; bahasa Tagalog: Maranaw[3]), juga dieja Meranao, Maranaw, dan Mëranaw, adalah suku asli Filipina selatan yang berasal dari pesisir Danau Lanao di provinsi Lanao del Sur di pulau Mindanao. Sebagian besar suku Maranao adalah Muslim. Mereka dikenal karena karya seni, tenunan, kerajinan kayu, plastik dan logam, serta wiracarita Darangen. Mereka secara etnis dan budaya terkait erat dengan Iranun dan Maguindanao, dan ketiga kelompok tersebut merupakan penutur rumpun bahasa Danao. EtimologiNama "Maranao" (juga dieja "Meranao" atau "Meranaw") berarti "orang danau" (lanaw, danaw atau ranaw berarti "danau" dalam bahasa Maranao). Istilah ini mengacu pada Danau Lanao, tanah leluhur orang Maranao.[4] Nama asli dari leluhur Maranao diyakini sebagai "Iranun" atau "Iranao".[5][6] Kelompok ini kemudian berpindah, membentuk asal-usul orang Maguindanao dan Iranun modern (yang namanya juga dapat diterjemahkan menjadi "orang danau"),[7] sedangkan mereka yang menetap di sekitar Danau Lanao dikenal sebagai Maranao. Kedua etnis ini: Iranun dan Maranao, masih berhubungan satu sama lain, berbagi budaya yang sama dan sama-sama menuturkan bahasa yang berkerabat dalam rumpun bahasa Danao.[5][6] BudayaBudaya Maranao dapat dicirikan oleh:
Kebudayaan Maranao berpusat di Danau Lanao, danau terbesar di Mindanao, serta terbesar kedua dan terdalam di Filipina. Danau ini kerap disebut dalam berbagai mitos dan legenda. Danau ini mendukung industri perikanan, dan menjadi sumber daya untuk PLTA; Sistem Sungai Agus menghasilkan 70% listrik yang digunakan oleh masyarakat Mindanao. Pemandangan danau yang menawan ditawarkan oleh Kota Marawi, ibu kota provinsi. BahasaBahasa Maranao adalah bahasa Austronesia yang dituturkan oleh orang Maranao di provinsi Lanao del Norte dan Lanao del Sur.[9] Karena banyak pendatang Cebu merantau ke Mindanao, banyak orang Maranao yang juga fasih berbahasa Cebuano. Bahasa Arab, bahasa Semit Tengah, digunakan oleh orang Moro sebagai bahasa liturgis Islam. Namun, kebanyakan orang Maranao tidak menggunakan bahasa Arab di luar tujuan keagamaan. SeniSarimanok (Papanoka Mra) adalah burung legendaris Maranao yang menjadi simbol dalam kesenian mereka. Sarimanok berwujud burung dengan sayap dan ekor berwarna-warni, dan memegang ikan di paruh atau cakarnya. Kepala Sarimanok berbentuk seperti kepala burung hud-hud (Balalatoc dalam maranaw) dan dihiasi dengan motif gulungan, daun dan spiral (okir).[10][11] Burung ini dianggap sebagai simbol keberuntungan. Maranao juga mengembangkan versi lain wiracarita Ramayana yang disebut Maharadia Lawana. Mereka juga memiliki tarian tradisional Singkil yang didasarkan pada adaptasi lokal Ramayana lainnya: Darangen. Musik
MasakanMasakan Maranao cenderung pedas dengan banyak bumbu. Bumbu yang dibudidayakan secara tradisional, yang dikenal sebagai palapa adalah bumbu yang paling umum.[12] Bumbu ini terbuat dari umbi daun bawang rebus atau "sakurab" di Maranao yang diris tipis, lalu daun bawang dan jahe dikaramelisasi dengan dicampur cabai dan minyak kelapa.[13] Hidangan terkait dengan ritual budaya penting di semua aspek budaya Maranao.[14] Strata sosialSecara tradisional, masyarakat Maranao terbagi menjadi dua strata. Yakni, Mapiyatao (murni) dan Kasilidan (darah campuran). Kasilidan dibagi lagi menjadi beberapa kategori: Sarowang, Balbal, Dagamot dan Bisaya. Mapiyatao adalah penduduk asli yang berkuasa dan memiliki garis keturunan bangsawan murni. Di sisi lain, Kasilidan adalah orang-orang pribumi yang dicurigai berdarah campuran. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem hierarki ini mulai luntur akibat semakin meratanya kekayaan keluarga Maranao. Referensi
Pranala luar |