Rotan badak
Rotan badak atau bubuay (Plectocomia elongata) adalah sejenis tumbuhan dari suku palem-paleman (Palmae) yang menyebar di Asia Tenggara dan Indonesia bagian barat. Palma ini menghasilkan rotan yang berukuran besar, yang belum seberapa dimanfaatkan dalam industri. Nama-nama daerahnya antara lain ialah bubuay, bubuway, hoè badak (Sd.); dan pĕnjalin warak (Jw.)[2][3] Pemerian botanisRotan berukuran besar, tunggal atau merumpun, memanjat hingga 30-50 m. Batang berukuran besar, diameter dengan pelepah daun mencapai 25-100 mm. Daun berukuran sangat besar, panjang mencapai 6–7 m, termasuk sirus 3 m dan tangkai daun 20-30 cm. Pelepah daun berwarna hijau, dengan banyak duri horizontal atau tersusun seperti sisir miring (roset). Anak daun berjumlah 50-60 di kanan kiri rakis, bentuk pita jorong, tersusun tidak teratur atau berkelompok 2-3. Permukaan atas anak daun hijau dan bagian bawahnya keputihan.[4] Perbungaan muncul dari ujung, berjumlah sekitar 7-10 bongkol yang panjangnya mencapai 80 cm dan berwarna putih susu.[3] Buah berdiameter lk. 1,5 cm, ditutupi oleh sisik-sisik berwarna coklat kemerahan. Biji berdiameter sekitar 1 cm.[4] Musim berbunga berlangsung antara bulan Juni - Agustus, dilanjutkan dengan musim buah hingga Desember.[5] Buahnya coklat, dan berbulu.[3] Agihan dan ekologiRotan badak tercatat menyebar di Vietnam, Semenanjung Malaya, Brunei, Sabah, Sarawak, Sumatra, dan Jawa.[6] Belum lama ini didapati pula di Kamboja[7] Varietas philippinensis diketahui menyebar di pulau-pulau Palawan, Biliran, dan Leyte, Filipina.[8] Rotan ini terutama didapati di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 m dpl[4] ManfaatBubuay menghasilkan batang rotan berwarna cokelat hingga cokelat kemerahan, dengan diameter mencapai 9 cm dan panjang ruas antara 30–40 cm. Rotan ini jarang digunakan, kecuali belakangan ini dimanfaatkan sebagai rangka mebel. Buah rotan ini dimakan oleh lutung. Rotan ini disebut sebagai "rotan badak" karena keras serupa kulit badak dan besar seukuran lengan orang dewasa. Pada masa tuanya, setelah dia selesai berbuah, tanaman ini pun langsung mati.[3] Getahnya diminum atau digosokkan di badan untuk mengatasi demam. Getah yang dimasak sebentar dalam bumbung bambu digunakan untuk mengobati luka. Buahnya dapat dimakan; dan malai bunganya di Jawa Barat dimanfaatkan untuk menghias gapura.[2] Referensi
Pranala luar
|