Riwu Ga
Robinson Riwu Ga[1] (Mei 1918 - 17 Agustus 1996) adalah mantan pelayan Soekarno yang berasal dari Sabu Raijua. Kehidupan awalRiwu dilahirkan di Desa Depe atau Raijua pada bulan Mei 1918.[2][3] Kemudian, ia pindah ke Ende bersama dengan sepupunya, Gadi Walu. Setibanya di Ende, ia bekerja sebagai penjual pisang goreng.[3] Pertemuan pertama dengan SoekarnoTerdapat dua versi mengenai pertemuan pertama Riwu dengan Soekarno yaitu versi dari Floresku dan Peter A. Rohi. Menurut Floresku, pertemuan Riwu dengan Soekarno terjadi ketika ia sedang menjual pisang goreng, ia melihat Soekarno sedang memperbaiki pintu rumah dan ia langsung bertanya ke Soekarno mengenai cara melakukannya. Soekarno menjawab pertanyaan Riwu dengan bahasa yang sederhana. Barulah pada pertemuan berikutnya, Riwu Ga berbincang dengan Soekarno untuk durasi yang waktu lama hingga akhirnya Soekarno menawarkan Riwu untuk menjadi pembantunya.[3] Peter A. Rohi dalam bukunya yang berjudul "Kako Lami Angalai: Riwu Ga 14 Tahun Mengawal Bung Karno" menceritakan bahwa pertemuan pertama Riwu Ga dengan Soekarno terjadi ketika dia sedang menjual pisang goreng, anak angkat Soekarno yang bernama Ratna Juami menyaut "kue...kue,,," dan dia seketika menoleh kepalanya Ratna. Kemudian, Inggit Garnasih keluar dari rumahnya dan membeli dua pisang goreng. Ketika sedang memakan pisang goreng, Inggit menawarkan kepada Riwu untuk menjadi pelayan Soekarno dan keluarganya dan tinggal bersamanya. Kemudian, Inggit juga menawarkan gaji sebesar satu rupiah kepada Riwu. Mendapatkan tawaran kerja, ia langsung pulang dan meminta izin kepada Gadi Walu untuk bekerja menjadi pelayan Soekarno. Gadi setuju dengan tawaran kerja dari Inggit dan begitu juga keluarga besarnya.[4] Pelayan SoekarnoEndeSebagai pelayan Soekarno, Riwu bertugas untuk melayani makan dan minumnya Soekarno.[5] Di samping itu juga, ia juga menghidangkan Soekarno air putih yang dicampur sedikit kapur sebelum salat subuh. Hal ini dilakukan agar suara Soekarno lebih menggelegar.[6] Apabila Soekarno memiliki firasat yang berbahaya, ia menyuruh Riwu untuk tidur disampingnya.[7] Selama Soekarno diasingkan di Ende, ia sering mengadakan pertunjukan seni tonil dan Riwu dilibatkan dalam pertunjukan seni sebagai pembenah kostum para pemain tonil. Selain itu, ia juga menghafal lagu Indonesia Raya.[2] Ketika Belanda memindahkan Soekarno ke Bengkulu pada tahun 1938, Soekarno meminta agar Riwu ikut bersamanya dengan cara memberikan bunga kepada kakak perempuannya, Gadi Walu. Ia setuju dengan permintaan Soekarno dengan syarat harus minta izin kepada orang tuanya mengingat ayahnya menobatkan Riwu sebagai penggantinya di ndu namatu yang bertugas menjinakkan semua bahaya dari langit mulai dari petir hingga angin. Berkat upacara adat, akhirnya ia bisa ikut Soekarno ke Bengkulu.[8] BengkuluSelama tinggal di Bengkulu, Riwu menyarankan Soekarno untuk menikahi Fatmawati agar Soekarno tidak selalu termenung-menung setelah bercerai. Soekarno memutuskan bercerai dengan Inggit dan menikahi Fatmawati. Menghadapi situasi seperti itu, Riwu merasa kebingungan hingga membuat air matanya menetes dan Inggit memintanya untuk menemani Soekarno. Ia juga mengizinkan Riwu untuk menemaninya di Bandung apabila Riwu rindu dengannya. Akhirnya, Riwu memilih untuk bersama dengan Soekarno.[7] Menjelang kekalahan Belanda, polisi Belanda memerintahkan Soekarno untuk pindah ke Australia untuk "menyelamatkannya" dengan menaiki kapal. Soekarno setuju dengan hal tersebut dengan syarat Riwu harus ikut juga. Akan tetapi, sang polisi menolak permintaan Soekarno. Namun konvoi tentara dan serangan tank dari Jepang membuat polisi segera memasuki kapal dan meninggalkan Soekarno begitu saja. Soekarno tidak memasuki kapal dan beberapa saat kemudian, kapal tersebut dibom oleh Jepang.[9] Riwu juga menemani Soekarno dalam menempuh perjalanan jalan kaki ke Padang. Setelah beberapa bulan di Padang, Riwu dan Soekarno pindah ke Jakarta.[2] JakartaSelama tinggal di Jakarta, Soekarno menikahkan Riwu dengan seorang wanita asal Depok yang bernama Maria. Maria sendiri adalah pelayannya Fatmawati. Pernikahan berlangusng di Jalan Pegangsaan. Setelah pernikahan, Riwu tetap melayani Soekarno.[10] Riwu menjadi salah satu peserta dan saksi dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi, Soekarno memerintahkan Riwu untuk menyebarkan berita proklamasi ke orang-orang di Jakarta.[11] Menaiki mobil jip yang dikendarai oleh Sarwoko, Riwu mengatakan "Indonesia sudah merdeka" melalui megafonnya sambil melambaikan bendera merah putih, walaupun sempat beberapa kali dicegat sama tentara Jepang.[5][2] Setelah penetapan Soekarno sebagai presiden pada tanggal 18 Agustus 1945, hubungan Riwu dengan Soekarno semakin menjauh. Riwu tidak bisa lagi bebas menyapa tamu yang datang ke rumah Soekarno karena tamunya tamu resmi. Selain itu juga, dia juga tidak bisa ikut menemani Soekarno ketika bepergian karena semua hal yang menyangkut presiden diatur oleh negara. Oleh karenanya, Soekarno menitipkan Riwu ke kantor Founds Kemerdekaan yang terletak di gedung kantor pos besar. Semenjak itulah, Riwu tidak lagi melayani Soekarno dan ia tidak ikut rombongan Soekarno ketika dia pindah ke Yogyakarta.[10] Pindah ke Nusa Tenggara TimurEndePada tahun 1948, Riwu memutuskan untuk kembali ke Ende. Ia beternak babi serta menjual daging babi dan tua nasu (gula aren kental). Kemudian, pemerintah Kabupaten Ende mempekerjakan Riwu sebagai satpam malam di Kantor Dinas PU Kabupaten Ende setelah mendengar kiprahnya bersama Soekarno. Selama bekerja di Ende, Soekarno sempat berkunjung ke kota ini sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1951 dan 1957. Pada kedua kunjungan tersebut, Riwu melayani Soekarno persis seperti apa yang dia lakukan terhadapnya selama Soekarno berada di pengasingan di Ende.[12] Ia pensiun dari pekerjaanya sebagai satpam pada tahun 1974.[2] KupangSetelah pensiun sebagai satpam, Riwu pindah ke Naikoten yang terletak di kota Kupang. Riwu sempat dikabarkan menghilang sebelum akhirnya keberadaanya ditemukan oleh seorang jurnalis yang beranama Peter A Rohi. Semula ia menolak untuk menceritakan pengalaman bekerja sebagai pelayan Soekarno karena ia tidak mau melanggar janjinya kepada Soekarno untuk tidak menceritakan pengalamannya bekerja bersama Soekarno. Namun berkat pendekatan adat dengan cara membawa sirih pinang dan membuat permintaan dalam bahasa Sabu yang halus, akhirnya Riwu mau menceritakannya.[2] Pada tahun 1992 ia pindah ke Nunkurus dan bekerja sebagai petani jagung. Ia menetap di sana hingga kematiannya.[13][2] Meninggal DuniaRiwu meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1996 pada pukul 18:00 WITA di RSUD W.Z Johannes di Kupang karena sakit tipus dan komplikasi. Dua hari berselang, ia dimakamkan di TPU Kapadala, Kupang.[2] Kehidupan PribadiRiwu menikah dengan Belandina Riwu Ga-Kana dan memiliki delapan anak.[3][13] Ia buta huruf.[2] Usulan Pahlawan NasionalPada tahun 2016, terdapat sebuah inisiatif untuk mengusulkan Riwu Ga sebagai pahlawan nasional karena kedekatannya dengan Soekarno. Di samping itu juga, ia juga diusulkan untuk menjadi nama bandara di Sabu Raijua dan jalan di Kupang dan Ende.[14] Dalam budaya populer
Referensi
Bibliografi
|