Polusi pertanian merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh produk sampingan yang berasal dari biotik ataupun abiotik dari praktik pertanian, sehingga lingkungan dan ekosistem di sekitarnya terkena imbasnya.[1][2] Penggunaan pestisida, pupuk dan bahan-bahan kimia merupakan contoh dari penyebab terjadinya polusi pertanian.
Polusi pertanian dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar, seperti air dan tanah yang terkontaminasi, erosi, serta degradasi tanah. Selain itu, polusi pertanian juga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dan menimbulkan masalah ekonomi.[2][3]
Sumber abiotik
Pestisida
Pestisida dan herbisida biasa digunakan dalam sektor pertanian dengan tujuan untuk membasmi hama-hama yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang berpotensi dapat mengganggu hasil produksi tanaman.[4][5] Tapi, penggunaan pestisida dalam sektor pertanian dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan sekitar, contohnya seperti tanah yang terkontaminasi.[5][6]
Proses kontaminasi tanah terjadi ketika pestisida yang telah digunakan menumpuk dan bertahan di tanah.[7][8] Pestisida yang berada di tanah tersebut dapat memicu proses metabolisme mikrobial, meningkatkan penyerapan bahan kimia bagi tanaman, dan beracun bagi organisme tanah.[9] Waktu bertahan pestisida dan herbisida dapat bertahan di tanah tergantung dari bahan-bahan kimia atau senyawa yang terkandung di dalamnya.[7][10] Bahan-bahan yang terkandung didalam pestisida dan herbisida tersebut juga dapat mempengaruhi proses sorpsi dan kondisi lingkungan tanah.[11][12]
Pestisida dapat terakumulasi pada hewan yang memakan hama dan organisme tanah yang telah terkontaminasi oleh pestisida.[5][13] Selain itu, penggunaan pestisida secara berlebihan lebih berbahaya bagi hewan-hewan yang menguntungkan bagi tanaman, seperti serangga penyerbuk, dan musuh alami dari hama (serangga yang memangsa hama) dibandingkan terhadap hama yang ingin kita basmi.[14][15][16]
Pelindian pestisida
Pelindian pestisida dapat terjadi ketika pestisida bercampur dengan air dan bergerak melalui tanah, sehingga berpotensi mencemari kualitas air tanah. Proses pelindian tersebut berkorelasi dengan karakteristik tanah dan pestisida tertentu serta tingkat curah hujan dan irigasi.[17] Pelindian dapat terjadi apabila pestisida yang digunakan larut ke dalam air; apabila kondisi tanahnya cenderung berpasir; dan apabila kemampuan adsorpsi pestisida ke tanah rendah.[16][18]
Pelindian tersebut tidak hanya berasal dari ladang yang sedang digarap, tetapi juga dapat berasal dari area proses pencampuran pestisida, tempat pencucian mesin aplikasi pestisida, atau area pembuangan.[19][20]
Pupuk
Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman.[21] Pupuk biasanya digunakan sebagai sumber nutrisi tambahan, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi hasil panen.[22] Material pupuk biasanya dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Meskipun demikian, penggunaan pupuk untuk tanaman yang tidak sesuai prosedur dapat mengakibatkan beberapa dampak buruk bagi lingkungan. Penggunaan pupuk yang berlebih dapat mengganggu siklus daur biogeokimia nutrisi dan mineral alami, serta dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia dan ekologi.[23][24]
Pengelolaan lahan
Erosi tanah dan sedimentasi
Sektor pertanian menjadi salah satu faktor terjadinya erosi tanah dan endapan sedimen melalui manajemen intensif atau tutupan lahan yang tidak efisien.[25] Diperkirakan bahwa degradasi lahan pertanian menyebabkan sekitar 6 juta hektar area (ha) lahan setiap tahunnya mengalami penurunan kualitas kesuburan dan tidak dapat dipulihkan.[26][27][28]
Akumulasi sedimen (sedimentasi) dalam air limpasan juga dapat mempengaruhi kualitas air. Sedimentasi dapat mengurangi kapasitas transportasi parit, aliran, sungai, dan saluran navigasi.[29] Sedimentasi juga dapat membatasi jumlah cahaya yang menembus air, yang dapat mempengaruhi biota air. Selain itu, air yang mengalami kekeruhan akibat adanya sedimentasi dapat mengganggu pola makan ikan, atau bahkan mempengaruhi dinamika populasi. Sedimentasi juga mempengaruhi transportasi dan akumulasi polutan, termasuk fosfor dan berbagai pestisida lain.[30][31]
Pengolahan tanah dan Nitro Oksida
Proses biogeokimia yang terjadi pada tanah dapat menghasilkan berbagai emisi gas rumah kaca, termasuk Nitro Oksida.[32] Terlebih lagi, praktik dalam manajemen pertanian juga dapat mempengaruhi tingkat emisi. Sebagai contoh, tingkat persiapan lahan juga telah terbukti dapat mempengaruhi emisi Nitro Oksida[33].[34][35]
Sumber biotik
Gas rumah kaca yang berasal dari limbah tinja
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organizatio) PBB memperkirakan bahwa 18% gas rumah kaca antropogenik berasal dari sektor peternakan dunia. Laporan tersebut juga menyarankan bahwa emisi dari sektor peternakan lebih besar daripada emisi dari sektor transportasi.[1][36][37] Sektor peternakan dunia saat ini dipandang sebagai salah satu sumber penghasil emisi gas rumah kaca, namun perkiraan tersebut dianggap sebagai representasi yang keliru. Sementara di sisi lain, FAO menggunakan penilaian siklus hidup peternakan hewan (semua aspek termasuk emisi dari tanaman pakan, transportasi ke proses pemotongan, dan lain sebagainya), namun mereka tidak menerapkan penilaian tersebut untuk sektor transportasi.[38]
Biopestisida
Biopestisida merupakan pestisida yang berasal dari bahan alami (hewan, tumbuhan, mikroorganisme, atau mineral tertentu). Biopestisida digunakan sebagai alternatif dari pestisida tradisional. Penggunaan biopestisida dapat mengurangi polusi pertanian karena aman untuk digunakan selama dalam penggunaan yang tepat sasaran.[39] Selain itu, biopestisida biasanya tidak terlalu berpengaruh terhadap invertebrata atau vertebrata yang menguntungkan bagi tanaman, dan lebih mudah hilang setelah digunakan dibandingkan dengan pestisida biasa.[40][41]
Di Amerika Serikat, biopestisida diatur oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA). Mereka tidak memerlukan sebanyak mungkin data untuk mendaftarkan penggunaannya, karena biopestisida memiliki dampak yang tidak terlalu berbahaya untuk lingkungan dibanding pestisida lain. Terlebih, banyak penggunaan biopestisida diizinkan di bawah Program Organik Nasional (NOP), Kementerian Pertanian Amerika Serikat, dan standar untuk produksi tanaman organik.[22][42]
Dampak polusi pertanian
Gangguan kesehatan pada manusia
Polusi pertanian merupakan sumber utama penyebab terjadinya pencemaran air dan danau. Hal tersebut dikarenakan bahan-bahan kimia dari pupuk dan pestisida masuk ke air tanah. Pencemaran air tanah tersebut akan menyebabkan terjadinya pencemaran pada kualitas air, yang nantinya akan dijadikan air minum. Apabila air minum dikonsumsi secara terus-menerus, maka berpotensi membahayakan kesehatan.[43]
Polusi Udara
Polusi pertanian juga dapat memicu terjadinya polusi udara. Penggunaan mesin seperti traktor atau alat pemanen yang digunakan untuk mengolah, memanen, dan membantu aktivitas pertanian lainnya turut berkontribusi dalam menghasilkan gas rumah kaca. Gas rumah kaca seperti CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar mesin-mesin tersebut dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.[44]
Solusi mengatasi polusi pertanian
Kesadaran petani
Para petani seringkali tidak menyadari apa yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem lingkungan sekitar. Oleh karena itu, mereka perlu diajari bahwa penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi lingkungan sekitar, hewan, dan bahkan manusia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi atau penyuluhan.[45][46]
Upaya petani dalam mengatasi polusi pertanian:
Menggunakan jumlah pestisida dan pupuk sesuai dengan prosedur yang tepat dan digunakan seperlunya sesuai kebutuhan.
Menanam tanaman penutup tanah untuk menutup lahan yang kosong, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi tanah dan hilangnya saluran air.
Meningkatkan upaya yang lebih baik dalam mengelola kotoran hewan atau ternak, karena polutan tersebut merupakan salah satu sumber utama polusi pertanian.
Peraturan Pemerintah
Diperlukan peran pemerintah dalam mengatasi dan mencegah terjadinya polusi pertanian, salah satunya yaitu membuat dan menegakkan peraturan yang lebih ketat.[44]
^"Wayback Machine"(PDF). web.archive.org. 2013-08-11. Archived from the original on 2013-08-11. Diakses tanggal 2020-08-01.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Herbicide". ScienceDaily (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-01.
^"Environmental Fate of Pesticides". web.archive.org. 2015-12-25. Archived from the original on 2015-12-25. Diakses tanggal 2020-08-01.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Committee on Long-Range Soil and Water Conservation, National Research Council. 1993. Soil and Water Quality: An Agenda for Agriculture. National Academy Press: Washington, D.C.[halaman dibutuhkan]
^Dudal, R. (1981). "An evaluation of conservation needs". Dalam Morgan, R. P. C. Soil Conservation, Problems and Prospects. Chichester, U.K.: Wiley. hlm. 3–12.
^Pitesky, Maurice E.; Stackhouse, Kimberly R.; Mitloehner, Frank M. (2009-01-01). Sparks, Donald L., ed. Advances in Agronomy. Advances in Agronomy (dalam bahasa Inggris). 103. Academic Press. hlm. 1–40. doi:10.1016/s0065-2113(09)03001-6.
^Canada, Agriculture and Agri-Food Canada;Government of (2018-07-20). "Biopesticides". www.agr.gc.ca. Diakses tanggal 2020-08-05.