Pengendalian hamaPengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk hidup pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi.[1][2][3] Pengendalian merujuk pada pembunuhan hama hewan seperti rubah dan tikus, biasanya dilakukan oleh petugas atau departemen pengendalian hama.[4] Hama di bidang pertanian dapat dikurangi baik melalui cara budaya, kimia, dan biologis termasuk membajak dan mengolah atau penggemburan tanah.[5][6] Pestisida sebagai pengendalian hama di era modern.[7] Hal ini dapat dicapai dengan memantau tanaman secara ketat, hanya menggunakan pestisida bila benar-benar diperlukan, dan membudidayakan jenis dan tanaman yang tahan hama. Metode biologis digunakan sedapat mungkin dengan mendorong musuh alami hama dan memperkenalkan pemangsa atau parasit yang sesuai. Sejarah pengendalian hama sama tuanya dengan pertanian, lantaran petani perlu mempertahankan tanamannya dari serangan hama.[8] Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan hewan pengganggu.[9] SejarahSejarah pengendalian hama paling tidak setua atau sama kunonya dengan pertanian, karena selalu ada kebutuhan untuk menjaga tanaman bebas dari hama.[8] Sejak pada abad 3000 SM, pengendalian hama tikus pada gudang simpan biji-bijian yang dapat dikelola dengan memelihara kucing.[10] Pada abad 500 M di Eropa, ferret telah juga dianggap pengendali hama tikus. Orang di peradaban Mesir kuno kemudian membawa garangan ke rumah untuk mengendalikan tikus dan ular.[11][12] Hama dan penyakit tanaman adalah salah satu masalah yang paling mengganggu karena kemampuan merusaknya dalam industri di bidang pertanian.[13] Serangan terhadap tanaman dapat terjadi dengan cepat dan bersifat eksplosif (meluas) dan dalam waktu singkat dan menyebabkan gagal panen sebagai akibat dari seluruh tanaman mati.[14] Pembasmian hama gulma akan mejadi relatif mudah, di mana gulma dapat dibakar dan dikubur, dan hama herbivor yang lebih besar dapat dibunuh.[15] Hal ini dikenal dengan strategi pendekatan tradisional. Strategi yang dapat digunakan seperti rotasi tanaman, penanaman pendamping atau penanaman kelompok (juga dikenal sebagai tanam campuran), dan pemilihan kultivar tahan hama semuanya telah ada untuk waktu lama.[16] Sekitar 2500 SM, pestisida kimia pertama kali digunakan oleh bangsa Sumeria menggunakan senyawa belerang sebagai insektisida.[17] Penyebaran kumbang kentang Colorado di seluruh Amerika Serikat memicu pengendalian hama modern. Zat arsen digunakan untuk menekan dan kumbang setelah banyak perdebatan, dan keracunan yang diharapkan dari populasi manusia tidak terjadi.[11][18] Ini membuka jalan bagi insektisida untuk diterima secara luas di seluruh benua. Pengendalian hama kimia menjadi luas dengan industrialisasi dan mekanisasi pertanian pada abad kedelapan belas dan sembilan belas, serta diikuti dengan pengenalan insektisida piretrum dan tuba. Penemuan berbagai insektisida sintetik, termasuk sebagai DDT, dan herbisida pada abad kedua puluh mempercepat kemajuan ini.[19] Pengendalian hayati pertama kali tercatat di Cina sekitar tahun 300 M.[20] Untuk mengendalikan hama pada perkebunan jeruk, rangrang digunakan untuk mengendalikan kumbang dan ulat.[21][22] Hasil ini juga terlihat dalam seni gua kuno di Cina, di mana diperlihatkan bahwa bebek juga digunakan untuk memakan hama. Pada tahun 1762, seekor mynah India diangkut ke Mauritius untuk mengelola pengendalian hama belalang. Pada periode yang sama, bambu digunakan untuk menghubungkan pohon jeruk di Burma sehingga semut dapat bergerak di antara mereka dan membantu mengendalikan ulat. Kumbang pertama kali digunakan untuk mengendalikan serangga sisik di pertanian jeruk di California pada tahun 1880-an, dan kemudian terdapat uji coba pengendalian biologis lebih lanjut. Studi pengendalian hama biologis secara efektif berakhir setelah DDT diperkenalkan, karena molekul yang murah dan efektif. Pada 1960-an, kekhawatiran resistensi kimia dan degradasi lingkungan telah muncul, dan pengendalian biologis dipelajari kembali. Hal ini berkembang pada akhir abad kedua puluh dan berlanjut hingga hari ini, pengendalian hama kimia saat ini tetap merupakan jenis pengendalian hama yang paling umum.[23][24] Ruang lingkupPengendalian hama menurut P. DeBach (1964) membedakan pengendalian menjadi dua bagian yakni pengendalian alami dan pengendalian hayati.[25] Pengendalian alamiPengendalian alami[26] adalah proses pengaturan kepadatan populasi dari suatu organisme pengganggu dengan fluktuasi antara batas bawah dan batas atas populasi pada selang waktu tertentu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan baik itu abiotik atau biotik.[27] Pengendalian ini terlibat tanpa adanya unsur kesengajaan yang diciptakannya atau dapat dimanipulasi oleh manusia. Langkah-langkah dasar pengendalian hama biologis, yaitu importasi, augmentasi, dan konservasi.[28] ImportasiImportasi (pemasukan) adalah proses pemasukan musuh alami hama dari lokasi lain ke lahan pertanian untuk pengendalian hama biologis.[29] Musuh alami ini biasanya tidak dapat muncul di lahan pertanian karena berbagai keadaan seperti lingkungan yang tidak menguntungkan yang disebabkan oleh meluasnya penggunaan pestisida dan pupuk kimia, atau pertimbangan geografis. Jika hama berupa spesies yang menyerang (spesies invasif), kemungkinan besar lawan alaminya tidak akan ada. Hewan yang merupakan predator hama alami mungkin disambut dengan cara tertentu. Misalnya, burung pemakan serangga bersarang, tapi burung lain tidak bisa, di mana burung yang paling berguna dapat ditarik dengan lubang yang cukup besar untuk spesies yang diinginkan.[30] Musuh alami hama harus memiliki kemampuan berkoloni agar efektif dalam mengendalikan suatu hama sehingga dapat bertahan dari muncul dan hilangnya habitat (akibat pergantian musim tanam). Kemampuan ini memungkinkannya untuk mengikuti perubahan habitat melalui ruang dan waktu. Pengendalian paling baik jika spesies target tidak ada untuk sementara, yang berarti ia dapat mempertahankan populasinya, dan jika ia adalah pemburu oportunistik, yang berarti ia dapat dengan cepat mengeksploitasi populasi hama.[31] AugmentasiAugmentasi adalah peningkatan populasi musuh alami hama yang telah ada, dengan melepaskan varietas yang telah dikendalikan sifatnya. Pelepasan populasi musuh alami hama dapat dilakukan dengan periode tertentu dan dalam jumlah tertentu tergantung siklus hidupnya dan siklus pertanaman.[32] Augmentasi dibagi atas dua yaitu secara inokulasi dan Inundasi.[32] Inokulasi adalah pelepasan musuh alami yang dilakukan bertujuan untuk menyiapkan predator agar siap di musim berikutnya sedangkan inundasi adalah pelepasan musuh alami segera ketika terdapat OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang muncul hingga OPT tersebut tidak ada. KonservasiKonservasi adalah pengelolaan hama biologis dengan mempertahankan musuh alami hama, yang sudah ada dalam suatu ekosistem atau habitat dan telah beradaptasi dengan baik.[33] Menambahkan fasilitas tertentu, seperti penahan angin, tanaman pagar, kolam, kompos, atau mulsa, dapat membantu mempertahankan populasi. Berbagai musuh alami hama dapat memiliki habitat yang beragam. Misalnya, burung hantu hidup di lubang pohon, katak berenang di kolam, dan landak hidup di lubang tanah dan kayu. Sisa tanaman pertanian yang relatif keras dan berkayu dapat dipertahankan di musim dingin sebagai sarana untuk mempertahankan diri dari cuaca dingin.[34] Pengendalian hayatiSecara ekologis, pengendalian hayati[26] adalah aksi dari parasit(oid), pemangsa dan patogen dalam proses pemeliharaan kepadatan populasi dari suatu organisme lain dengan rata-rata populasi ini lebih rendah daripada yang akan terjadi jika musuh alami tersebut tidak ada.[35][36] MetodePengendalian hama biologisPengendalian hama biologis dilakukan dengan menggunakan pemangsa dan parasit alami hama tersebut. Tujuan pengendalian hama biologis adalah mengeliminasi hama dengan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia yang sesedikit mungkin. Contoh, nyamuk dikendalikan dengan menebarkan bakteri Bacillus thuringiensis subspesies israelensis (dikenal dengan bubuk abate) untuk membunuh larva nyamuk di perairan. Metode ini diketahui tidak menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia, bahkan aman diminum.[37] Berbagai organisasi lingkungan dan hewan liar mendorong penggunaan predator untuk membunuh hama hewan pengerat.[38] Berbagai spesies burung hantu yang mulai terancam punah dapat dikembang biakan sambil membantu para petani membunuh tikus di lahan pertanian. Minyak dari pohon Abies balsamea telah disetujui oleh EPA sebagai penangkal rodent yang bersifat non-toksik.[39][40] Akar dari pohon Acacia polyacantha subspesies campylacantha diketahui mengeluarkan senyawa yang mampu mengusir berbagai jenis hewan seperti buaya, ular dan tikus.[41][42] Secara mekanisPengendalian hama secara mekanis dilakukan secara langsung dengan menggunakan tangan maupun dengan bantuan alat dan mesin pertanian.[43] Gulma bisa hilang dari suatu lahan pertanian dengan melakukan pengolahan tanah seperti pembajakan. Hal inilah yang dianggap sebagai metode pengendalian gulma.[44] Pembajakan mengangkat tanah beserta tanaman liar di atasnya lalu membalikkan, sehingga akar tanaman dapat memperoleh udara dan sinar matahari, serta daun gulma akan tertimbun tanah.[44][45] Beberapa hama lain seperti wireworm, larva kumbang spesies click beetle, adalah hama yang juga sangat merusak di padang rumput yang baru dibajak, dan penanaman berulang kali memaparkan mereka pada pemangsa yang memakannya, seperti burung dan pemangsa lainnya.[46] Rotasi tanaman dapat membantu dalam pengelolaan hama dengan menghilangkan serangga dari tanaman inangnya. Rotasi tanaman menjadi taktik utama dalam mengendalikan hama cacing akar jagung, dan telah terbukti mengurangi insiden kumbang kentang Colorado hingga 95% di awal musim.[47] Mengganggu siklus perkembangbiakanSerangga dan hama dapat hidup dan berkembang biak di tempat selain lahan pertanian, misal di saluran irigasi (siput). Drainase dan manajemen sumber daya air yang baik mampu mengganggu perkembang biakan hama yang hidup di air. Sampah sisa pertanian diketahui dapat menjadi sumber makanan bagi hama tikus, sehingga tikus masih dapat hidup meski musim tanam telah berakhir. Pascapanen yang baik dapat mencegah hal ini. Cahaya dari LED dengan spektrum tertentu diketahui dapat mengganggu perkembang biakan serangga.[48] Tanaman perangkapTanaman perangkap adalah tanaman yang menarik hama dan mengalihkannya dari tanaman lain.[49] Tanaman perangkap dengan penggunaan tanaman alternatif digunakan dalam penanaman perangkap untuk menjauhkan hama dari tanaman utama. Nasturtium (Tropaeolum majus), misalnya, merupakan tanaman pangan bagi beberapa ulat yang kebanyakan memakan kubis (brassica).[50] Pestisida merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama yang telah berkumpul pada tanaman perangkap.[51] Namun, tanpa penggunaan pestisida, penanaman perangkap seringkali gagal menurunkan tingkat hama pada skala komersial yang besar, karena kemampuan hama dapat menyebar kembali di suatu lahan utama.[51] PestisidaPenyemprotan pestisida merupakan metode untuk mengelola hama, pestisida diberikan pada tanaman menggunakan bidang pertanian, penyemprot tanaman yang dipasang di traktor, semprotan udara dengan pesawat kontemporer, atau pembalut benih.[52][53] Namun, pengelolaan pestisida tidak langsung; formulasi yang tepat harus dipilih, waktu biasanya penting, metode aplikasi sangat penting, dan cakupan yang memadai dan retensi tanaman diperlukan. Musuh alami hama sasaran harus dibunuh sesedikit mungkin. Petani progresif menggunakan pupuk untuk menumbuhkan jenis tanaman unggul, yang seringkali lebih rentan terhadap kerusakan serangga, tetapi pestisida yang digunakan tanpa pandang bulu dapat berbahaya dalam jangka panjang.[53] Fumigasi adalah penyemprotan pestisida dalam wujud gas di ruangan tertutup sehingga hama dan pestisida tidak keluar dari lingkungan dalam jumlah yang signifikan. Fumigasi menyerang hama pada berbagai tahap perkembangannya, mulai dari telur sampai serangga dewasa.[54] MemburuManajemen pengendalian hama sebagai gangguan juga dapat dilakukan dengan cara melibatkan pemburu (penjerat buatan manusia) untuk secara fisik melacak atau memantau, membunuh, dan menyingkirkan hewan pengganggu.[55] Pemantauan berkala diperlukan pada pengendalian hama.[56] Pencatatan diperlukan untuk memantau perilaku perkembangan populasi hama. Berbagai serangga telah memiliki dokumentasi permodelan siklus hidupnya. Biasanya mamalia atau burung liar kecil hingga sedang penghuni ekologi dan wilayah di dekat peternakan, padang rumput, atau pemukiman manusia lainnya.[57][58] Hewan yang dikenal sebagai hama ini dimusnahkan dan menjadi sasaran karena dianggap berbahaya bagi tanaman, ternak, atau fasilitas. Selain itu, mereka dapat berfungsi sebagai inang atau vektor patogen sebagai transmisi antarspesies atau ke manusia. Mereka juga dapat digunakan untuk pengendalian populasi guna melindungi spesies dan ekosistem rentan lainnya. Pengendalian hama dengan berburu, seperti semua jenis panen, menempatkan tekanan selektif buatan pada spesies yang ditargetkan. Sementara perburuan berpotensi dilakukan dengan memilih untuk perubahan perilaku dan demografi yang diinginkan (misalnya, hewan menghindari daerah yang dihuni manusia, tanaman, dan ternak), itu juga berpotensi menghasilkan hasil yang tidak terduga, seperti spesies hewan yang ditargetkan beradaptasi dengan siklus reproduksi yang lebih cepat.[59] Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|