Pim Fortuyn
Wilhelmus Simon Petrus Fortuijn, dikenal dengan julukan Pim Fortuyn (Belanda: [ˈpɪm fɔrˈtœyn] ⓘ; 19 Februari 1948 – 6 Mei 2002), adalah seorang politikus, pegawai negeri, sosiolog, penulis dan profesor Belanda yang membentuk partainya sendiri, Daftar Pim Fortuyn, pada tahun 2002.[1] Fortuyn menulai kontroversi akibat pendapatnya mengenai multikulturalisme, imigrasi dan Islam di Belanda. Ia menganggap Islam sebagai "budaya yang terbelakang", dan ia pernah mengatakan bahwa ia akan melarang pendatang Muslim masuk jika hal tersebut dimungkinkan secara hukum.[2] Ia dicap sebagai tokoh populis kanan jauh oleh musuh-musuhnya dan juga oleh media, tetap ia menolak cap tersebut.[3] Ia berulangkali menegaskan bahwa ia adalah seorang pragmatik dan bukan populis.[4] Fortuyn menjaga jaraknya dari politikus-politikus "kanan jauh" seperti Filip Dewinter di Belgia, Jörg Haider di Austria atau Jean-Marie Le Pen di Prancis. Namun, ia telah membandingkan dirinya dengan politikus-politikus tengah-kanan seperti Silvio Berlusconi dari Italia. Ia juga mengagumi Perdana Menteri Belanda Joop den Uyl yang merupakan seorang demokrat sosial dan juga Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, John F. Kennedy. Selain itu, Fortuyn mengkritik model Polder dan kebijakan-kebijakan pemerintahan Wim Kok. Salah satu hal yang membuat dirinya menarik perhatian publik adalah latar belakangnya sebagai seorang homoseksual Katolik. Fortuyn tewas dibunuh selama kampanye pemilu nasional Belanda 2002[5][6][7] oleh Volkert van der Graaf. Saat diadili, van der Graaf mengaku bahwa ia membunuh Fortuyn agar ia tidak lagi menjadikan Muslim sebagai "kambing hitam" dan agar ia tidak dapat lagi menyerang "anggota masyarakat yang lemah" untuk mendapat kekuatan politik.[8][9][10] Catatan kaki
|