Perang Bone IIPerang Bone adalah operasi militer yang dilakukan Belanda atas Kesultanan Bone pada bulan Januari 1825, dan dilaksanakan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger. Latar belakangGubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen baru meninggalkan Celebes (sekarang Sulawesi) setelah ekspedisi terdahulu atas Bone dilancarkan secara besar-besaran atas batas pemerintahan Hindia Belanda, di mana pasukan Belanda menaklukkan Pangkajene dan Labakkang, menduduki Tanete dan mengembalikan penguasa terguling ke atas tahta. Dengan 25.000 orang, mereka mengendalikan wilayah subur antara Tanete-Maros dan juga menduduki Bantaeng dan Bulukumba di bagian selatan; May. Wachs menaklukkan mereka di dataran Maros dan mengalahkan telak orang Bone; di sisi lain benteng milik pemerintah Maros, Bantaeng dan Bulukumba tak cukup kuat untuk mengalahkan serangan berdarah tersebut dan seluruh Celebes terancam kalah. EkspedisiEkspedisi besar-besaran dilancarkan di bawah pimpinan MayJend. Jozef van Geen; di saat bersamaan ia diangkat sebagai Komisaris Pertama Urusan Celebes dan Tobias dan Van Schelle, pegawai negeri sipil, disertakan untuk membantunya. Pasukan ekspedisi itu terdiri atas 4.100 orang, di mana 2.200 adalah serdadu, 1.100 pasukan dari Sumenep dan 800 jiwa dari pasukan penolong dari sejumlah negeri di Celebes yang menjadi antek Belanda; armada tersebut dipimpin oleh Kapt. Pietersen dan terdiri atas 7 kapal perang, 3 perahu meriam dan perahu panjang bersenjata. Pada tanggal 20 Januari 1825, Van Geen menerima jabatan komando tinggi dan seminggu kemudian tibalah kapal Louisa bersama komandan dan staf dari Makassar. Teluk Bone dipelajari dengan baik dan pantainya dijelajahi; dengan letak seperti itu, taruna kelas I Jan Carel Josephus van Speijk menandainya; ekspedisi berlanjut ke Bantaeng dan Bulukumba dan semua benteng ditaklukkan; armada tersebut melanjutkan perjalanan ke Bone, di mana angkatan Bone telah berkumpul di Sinjai; sekarang serangan di sayap (dipimpin oleh May. Gey van Pittius) dilancarkan dan orang Bone dihalau, tetapi berkelompok di mana-mana dan menebar ancaman untuk memotong jalur pulang; barulah mereka dapat dihalau oleh panah api dari perahu-perahu yang dipimpin oleh Zoutman. Pada tanggal 15 Maret, pendaratan diakhiri, kerja lapangan dilakukan di pesisir dan di sana berdiri 5.000 orang Bone yang siap menyerang pasukan tersebut. Van Geen hanya mengizinkan roket ditembakkan ke arah para penunggang kuda Bone agar menimbulkan kepanikan di antara mereka dan serangan dapat dilanjutkan. Musuh menarik diri ke daerah pegunungan, yang di situ berdiri 7.500 pasukan cadangan, dan serangan mendadak dengan kekuatan besar dilancarkan melalui garis tembak melintasi rawa dan diusir. Van Geen mengizinkan husar Resimen VII menyerang di sayap, sementara May. Gey van Pittius mencoba mengatur perhatian atas Bone, di mana musuh menarik diri di daerah pegunungan itu. Mangara Bombang ditaklukkan dan pada hari berikutnya pusat kekuatan musuh di Sinjai Besar harus ditaklukkan namun saat itu musuh sudah tidak ada. Pada tanggal 22 Maret, pasukan tersebut naik kapal ke Bajoe dan Bone ditaklukkan. Akhir perangBajoe dipertahankan, sejam berlalu, di mana pasukan Bajoe mengundurkan diri dengan dikawal melalui kubu, bersandar menuju rawa tak tertembus itu dan di sana dilakukan pertahanan dengan senjata berat. Setelah datang, pasukan Belanda menyerbu Bajoe dan pasukan Bone dihalau dalam misi tersebut. Pada tanggal 30 Maret, pasukan Belanda mencapai kubu pertahanan Bone; kotanya sendiri sudah ditinggalkan oleh penduduknya; sang Ratu juga telah melarikan diri dan di sana Van Geen mengumandangkan proklamasi penguasaan kembali hingga perundingan diselenggarakan. Le Bron de Vexela memimpin pasukan dalam jumlah besar ke Makasaar untuk membantu kekuatan persenjataan Belanda. Pada tanggal 20 Juni, armada tersebut berlayar ke Suppa, yang mempersiapkan diri untuk menyerang dan sebuah pernyataan ditujukan pada sultan. Sultan Suppa menyerahkan diri, senjatanya dilucuti dan ini menandai berakhirnya perang tersebut. Sumber
|