Pengakuan Iman Kalsedon

Pengakuan Kalsedon atau Kredo Kalsedon atau Definisi Kalsedon adalah sebuah kredo Kristen yang berisi deklarasi mengenai dwi natur (kodrat) Kristus, yang dikenal sebagai diofisitisme.[1] Kredo ini disusun oleh Konsili Kalsedon pada tahun 451 M.

Konsili Kalsedon adalah konsili ekumenis ke-4 yang diterima oleh gereja-gereja Kalsedon, termasuk gereja-gereja Katolik, Ortodoks Timur, Lutheran, Anglikan dan Reformed.[2] Konsili ini juga adalah konsili pertama yang tidak diakui oleh gereja-gereja Ortodoks Oriental, sehingga mereka diklasifikasikan sebagai gereja-gereja non-Kalsedon.

Konteks

Konsili Chalcedon dipanggil untuk mempertimbangkan pertanyaan Kristologis dalam hubungannya dengan pandangan "satu natur" tentang Kristus yang diusulkan oleh Eutyches, seorang arkimandrit di Konstantinopel, yang menang dalam Konsili Efesus II (449), yang kadang-kadang disebut sebagai "Sinode Perampok".

Konsili ini pertama-tama mengesahkan Pengakuan Iman Nicea yang diadopsi pada tahun 325 dan pengakuan iman tersebut sebagaimana telah diamandemen oleh Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Konsili ini juga mengukuhkan otoritas dua surat sinodal dari Cyril dari Aleksandria dan surat Paus Leo I kepada Flavianus dari Konstantinopel.[3]

Isi

Naskah lengkap dari definisi tersebut menegaskan kembali keputusan-keputusan Konsili Efesus, keutamaan Pengakuan Iman Nicea (325) dan definisi-definisi lebih lanjut dari Konsili Konstantinopel (381).

Dengan meneladani para Bapa suci, kami sepenuhnya mengajarkan dan mengakui sang Putra yang satu dan sama, Tuhan kita Yesus Kristus: yang sempurna dalam keilahian dan sempurna dalam kemanusiaan; yang adalah Allah sejati dan manusia sejati; yang terdiri atas tubuh dan jiwa yang rasional; yang sehakikat (konsubstansial) dengan Sang Bapa dalam keilahian-Nya dan sehakikat dengan kita dalam kemanusiaan-Nya; "sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa." Ia diperanakkan Sang Bapa sebelum segala zaman dan pada hari-hari terakhir ini, demi kita dan demi keselamatan kita, dilahirkan dalam kemanusiaan-Nya dari Perawan Maria, Bunda Allah.
Kami mengakui bahwa Kristus, Tuhan, dan Putra tunggal yang satu dan sama itu, dikenal dalam dua hakikat yang tidak tercampur, tidak dapat berubah, tidak terbagi, tidak terpisahkan. Perbedaan antar hakikat tidak dihilangkan oleh kebersatuannya, akan tetapi karakter masing-masing dari kedua hakikat itu terlestarikan karena keduanya berada dalam satu pribadi (prosopon) dan satu keberadaan (hypostasis). Bukan seolah Ia terpisah atau terbagi menjadi Dua Pribadi, melainkan Putra yang Satu dan sama itu dan satu-satunya Allah yang diperanakkan, Firman, Tuhan, Yesus Kristus; seperti yang diajarkan oleh para nabi sejak semula mengenai-Nya, dan seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri, dan seperti Pengakuan Iman yang diwariskan oleh para Bapa suci kepada kita.

Pengakuan Iman ini secara implisit membahas sejumlah ajaran bidat yang populer.

  • Referensi untuk "sehakikat dengan Sang Bapa dalam keilahian-Nya" ditujukan kepada Arianisme.
  • Referensi untuk "sehakikat dengan kita dalam kemanusiaan-Nya" ditujukan kepada Apolinarianisme.
  • "Dua hakikat yang tidak tercampur, tidak dapat berubah" menentang Eutychianisme.
  • "Dua hakikat yang ... tidak terbagi, tidak terpisahkan" serta "Bunda Allah" (Theotokos) menentang Nestorianisme.

Referensi

  1. ^ "Chalcedonian Christianity". The Spiritual Life (dalam bahasa Inggris). 2020-03-05. Diakses tanggal 2022-12-22. 
  2. ^ Olson, Roger E. (1 April 1999). The Story of Christian Theology: Twenty Centuries of Tradition Reform (dalam bahasa English). InterVarsity Press. hlm. 158. ISBN 978-0-8308-1505-0. 
  3. ^ Bindley 1899, hlm. 225.

Sumber

Lihat pula

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya