Pancur, Mayong, Jepara

Pancur
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenJepara
KecamatanMayong
Kode pos
59465
Kode Kemendagri33.20.04.2017 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk- 10.000
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 6°40′13″S 110°47′27″E / 6.67028°S 110.79083°E / -6.67028; 110.79083


Pancur adalah desa di kecamatan Mayong, Jepara, Jawa Tengah, Indonesia, ada banyak peninggalan bersejarah di desa Pancur,seperti Masjid Wali (Kenduren) yang terletak di dusun Singkil bagian utara, makam Mbah Yang Merto dan Syekh Baladah sebagai pejuang yang babad tabah pancur pertama kali. Disana juga ada petilasan Empu Supo (murid Sunan Kalijaga). kemudian ada makam Mbah Haji Hasan Kafrawi yang sekarang namanya diabadikan sebagai nama sekolah di desa pancur mulai dari MI, MTs, MA dan SMK.

Desa Pancur adalah salah satu desa di kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. sendiri mempunyai sejarah yang luar biasa, asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga..

Etimologi

menurut catatan para sesepuh desa Pancur, asal[1] nama Pancur sendiri berasal dari perkataan Sendang Pancuran Sendang Pancuran mulai dikenal sejak Empu Supo (murid Sunan Kalijaga) singgah di kampung Pancur Suwang (Rt 35/07) ketika terjadi geger perebutan tahta Kerajaan Demak yang berakhir wafatnya Sultan Hadlirin pada tahun 1549 M. sebagai nama tempat berwudlu setiap Empu Supo akan menempa keris, dan tempat istirahat tentara Demak

Sejarah

Sebagai penguasa untuk wilayah Jepara, Demak, Kudus, dan Pati. Mendapat tugas untuk mencari Sendang Pengasihan, setelah mengadakan penelusuran Sendang Pancuran inilah yang dimaksud dengan Sendang Pengasihan. Di Sendang ini Empu Supo bersuci dan bersujud, Sendang tersebut juga menjadi tempat istirahat tentara Demak dan LEMAH DUWUR (sebelah Sendang) dijadikan sebagai tempat untuk menempa senjata Dari sinilah nama Pancoran kemudian menjadi nama Desa Pancur. Untuk menjaga tentara dan warga dari serangan musuh, jalan menuju Sendang diberi Azimat agar musuh menjadi luluh, tempat tersebut terkenal dengan nama Kali wuluh, kemudian di utara Kali wuluh (perbatasan antara desa Raguklampitan dengan Pancur) di beri Azimat oleh Empu Supo untuk menangkal musuh, tempat tersebut diberi nama Kali Panean dari kata mani’ dalam bahasa arab artinya mencegah/menangkal.

Dalam lintasan sejarah, desa Pancur telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Menurut penuturan warga, kampong (baca: desa) ini dulunya termasuk desa yang kramat dan setiap orang yang tinggal selalu meninggal, akhirnya Syekh Subakir mengutus Mbah Ronggo Jiwo disertai dengan Nyai Ratu Gondo Sari dan Nyai Ratu Dewi Seruni Mbah Ronggo Jiwo dimakamkan di Makamdo’a, Dewi Ayu Seruni dimakamkan di Kali Totok dan Nyai Ratu Gondo Sari dimakamkan di Kedung Gambir.

Dalam lintasan perjalanan menuju kampong Pancur, bagi orang yang tidak baik akan luluh dan di tangkal di Kali Panean, dalam perjalanan spiritual menuju hidup yang lebih baik jiwa harus ditotokke (dengan cara bertaubat) dalam perjalanan spiritual berikutnya ke Makam Do’a orang harus senantiyasa berdzikir, berdo’a dan senantiyasa berharap kepada Allah SWT, perjalanan berikutnya menuju Kedung Gambir, Kedung Gambir sendiri mengandung filosofi “orang kalau ingin kaya, alim harus gambir/pahit atau prihatin, riyadloh dulu”. Dalam menuju kebersihan jiwa/hati bersuci di Sendang (tabarrukan di petilasan Empu Supo) untuk menyinarkan energy positif dan menyirnakan energi negative (tahalli, takholli, tajalli) dalam perjalanan berikutnya proses penghambaan dengan Sholat dan kholwat di Masjid Wali Kenduren. Masjid tersebut adalah Masjid Pertama peninggalan Eyang Merto dan Syekh Baladah atau Syekh Baghdad dari Demak ( kerabat dari Ki Ageng Selo/Moyangnya Raja-Raja Mataram). Dengan Masjid tersebut adalah (tunggak Jati Pancur) diharapkan sebagai kegiatan untuk mensyiarkan Agama Islam di Kampung Pancur. Nama kenduren di ambil dari nama desa di Demak tempat tinggalnya Mbah Kedah (kerabat dari Syekh Baladah) yang pernah singgah di Pancur dalam pencarian kerabatnya (Syekh Baladah) dan diberi tanah di kampong Pancur yang diberi nama tanah Kenduren yang dijadikan sebagai tempat untuk Masjid.

Di kenduren sendiri ada tanah yang diberi nama tanah Pancur. Dari sinilah awal persaudaraan antara warga Pancur dengan warga Kenduren, Mbah Kedah juga diberi Bende (gong kecil) peninggalan Mbah Ronggo Jiwo yang ada di Kedung Gambir, bende ini setiap musim kemarau panjang dipinjam warga Pancur untuk upacara ADUS CENDOL di daerah kali Randobango Pancur, agar pada musim kemarau diberi hujan. Dalam perjalanan spiritual berikutnya adalah mengingat bahwa hanya kepada Allah tempat kita mohon perlindungan, pertolongan dan tempat kembali, berziarah ke Makam Syekh Baladah Kalisawah, Makam Pakis Adji Mbah Abdul Ghoni, Makam Mbah Eyang Merto dan Mbah KH. Hasan Kafrawi. Mbah Hasan Kafrawi adalah keturunan dari Sultan Banten dan Pateh Cerbon, yang meneruskan perjuangan Mbah Syeh Baladah dan Eyang Merto, dalam perjuangannya Mbah Hasanb Kafrawi (tabarrukan pucak masjid wali kenduren) untuk dijadikan sebagai pucak Masjid di Tamansari.

Hal ini dikuatkan oleh hasil riyadloh Mbah H. Muhadi bahwa kelima tokoh tersebut adalah akal bakal Desa Pancur. Menurut Ky. Masyudi Syekh Baladah, Eyang Merto, dan Empu Supo adalah utusan Sunan Kalijaga, untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pancur. Syekh Baladah sebagai Imam Masjid Wali, Eyang Merto sebagai muadzin, dan Empu Supo sebagai keamanan.

Sejarah Singkat Tentang Empu Supo Anom (Raden Djoko Supo) dan Terbentuknya Sendang Kanoman di Desa Pancur jepara – Tampil selalu cantik atau ganteng dan terus terlihat muda, selalu diidam-idamkan banyak orang. Maka tak heran ada ribuan orang yang berdatangan dan tumpah ruah di Belik Sendang Kanoman yang ada di Desa Pancur, Kecamatan Mayong, Jepara.

Terutama saat malam 1 Syuro. Ribuan orang dari berbagai daerah rela berdesak-desakan untuk sekadar bisa mandi atau membasuh muka menggunakan air dari belik atau sendang (mata air) tersebut. Seperti malam satu Syuro Tak peduli lelaki, perempuan, tua, muda, bahkan anak-anak, rela berdesakan demi mencari berkah dari air di belik itu. Belik Sendang Kanoman. Mereka mempercayai air dari belik tersebut bisa membuat awet muda. Tak hanya warga dari Jepara saja, namun juga tak sedikit warga dari kabupaten tetangga seperti Kudus dan lainnya, juga ikut berdatangan.

Warga menyakini, air di belik yang berada di kawasan Rt.35 Rw.06 Suwang Lor Dukuh Tamansari, Pancur tersebut merupakan air abadi, lantaran tak pernah surut ataupun kering, meskipun kekeringan melanda. Mereka meyakini mitos yang selama beredar di masyarakat jika air di belik tersebut mampu menjadi obat awet muda.

Geografis

Bagian barat desa ini berbatasan dengan desa Mindahan Kidul dan desa Rajekwesi, sebelah selatan berbatasan dengan desa Reguklampitan, desa Ngroto dan desa Datar. Bagian Utara berbatasan dengan desa Somosari dan di sebelah timur berbatasan dengan desa Bungu.

Administratif

Dukuh

Desa Pancur terdiri dari 5 dukuh, yaitu:

  • Dukuh Randubango
  • Dukuh Kajok
  • Dukuh Mbomo
  • Dukuh Tamansari
  • Dukuh Sukorejo

RT/RW

Desa Pancur terdiri dari 12 RW, dan 56 RT

PEMERINTAH DESA

STRUKTUR ORGANISASI DESA PANCUR

  1. MUH. ARIF ASHARUDIN = Petinggi
  2. NOOR ROFIQ, S. H. I. = Carik
  3. NADHIFAH = Kaur Keuangan
  4. NAILIS SAADAH = Staf Kaur Keuangan
  5. KHIRZUN NI'AM, S. M. = Kaur TU dan Perencanaan
  6. SHOLIHIN, S. Pd. = Staf Kaur TU dan Perencanaan
  7. SUBHAN = Kamituwo Randubango
  8. M. HAMDUN = Kamituwo Kajok
  9. MULYONOSAPUTRO = Kamituwo Bomo
  10. AHMAD RIFA'I = Kamituwo Sukorejo
  11. PARTILAN = Kasi Pemerintahan
  12. MUH ANAM = Staf Kasi Pemerintahan
  13. DURIYAT = Kasi Pelayanan
  14. ALI RIDLO = Staf Kasi Pelayanan
  15. HASANUDDIN, S. H. = Staf Kasi Kesejahteraan

STRUKTUR ORGANISASI BPD DESA PANCUR

  1. MUSTAFID, S. H. I. = Ketua
  2. MIMBARUDIN, S. Pd. I. = Wakil Ketua
  3. MUH. FAHRUDI, S. Psi. I. = Sekretaris
  4. MUHAMMAD HARIS, S. Sy. = Anggota
  5. MOH. FADELAN, S. Kom. = Anggota
  6. M. FADLAN MINALLAH = Anggota
  7. KHOLIDAH, S. Ag. = Anggota

Wisata

Desa Pancur memiliki beberapa tempat wisata, diantaranya:

Wisata Alam

  • Sendang Pancuran, di Dukuh Tamansari

Wisata Religi

  • Masjid Wali Kenduren, di Dukuh Tamansari
  • Makam Mbah Abdul Ghoni di Dukuh Tamansari
  • Makam Mbah Merto di Dukuh Sukorejo
  • Makam Mbah Ronggo Jiwo di Dukuh Sukorejo
  • Makam Syekh Baladah, di Dukuh Tamansari
  • Makam Mbah Haji Hasan Kafrawi, di Dukuh Tamansari
  • Petilasan Empu Supo, di Dukuh Tamansari

Perayaan

  • Adus Cendol
  • Kirab Budaya Sedekah Bumi
  • Festival 1 Ayawal
  • Grebeg Suro (Mandi Suci Sendang Pancuran)

Pendidikan

Desa Pancur memiliki beberapa bidang pendidikan, diantaranya:

  • MI Hasan Kafrawi
  • MI Miftahul Ulum
  • MI Al-Huda
  • MI An-Nur
  • SDN 1, 2 & 3
  • MTs Hasan Kafrawi 1
  • MTs Hasan Kafrawi 2
  • MA Hasan Kafrawi
  • SMK Hasan Kafrawi

Kesehatan

Desa Pancur memiliki beberapa bidang kesehatan, diantaranya:

  • Puskesmas Mayong 1

Potensi

Desa Pancur berpotensi sebagai "Desa Wisata" karena desa Pancur memiliki pemandangan yang indah terdapat pemandangan Hutan, Persawahan, dan Hawanya Sejuk. Apabila Warga Pancur bersama-sama Pemerintah Desa Pancur berswadaya membangun pendukung sebagai desa wisata diantaranya gardu pandang, gazebo, outbound, agrowisata kebun buah, kebun binatang mini/taman safari mini, dll. Seperti yang dilakukan Desa Plajan yang warganya berhasil menjadikan Desa Plajan sebagai Desa Wisata.

Olahraga

Pancur tidak mempunyai ssb juga klub sepak bola oleh sebab itu Masyarakat dan Petinggi ingin mendirikan klub sepak bola sekaligus ssb seperti Kenari Star FC dari Purwogondo, Petinggi Pancur dan Masyarakat telah menyiapkan nama untuk klub sekaligus ssb dengan nama Pancur Oetama FC (PO FC). Agar para putra-putra desa Pancur bisa mengembangkan bakat supaya menjadi pemain sepak bola profesional sehingga bisa mengharumkan nama Desa Pancur di Liga PSSI Pengcab Jepara yaitu Yazztea Jepara League dan menjadi pemain Persijap Jepara lalu membela negara dengan cara menjadi skuat Timnas Indonesia.

Nomor Penting

Nomor penting dan darurat Desa Pancur, diantaranya:

  • Puskesmas Mayong 1 = 085100319178

Catatan kaki

Kembali kehalaman sebelumnya