Ngloning, Slahung, Ponorogo
Sejarah Desa Ngloning Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo Babat Desa Ngloning Dahulu kala ada seorang pengembara bernama Ki Ageng Selo. Disitu Ia membuat Padepokan dan di Padepokan itu juga Ia membuat Pesanggrahan diatas pohon Elo yang besar yang mempunyai daun berwarna Kuning, maka kawasan itu diberi nama NGLONING. Pada akhirnya padepokan tersebut menjadi luas dan menuju ke sebelah selatan, disitu ia menjumpai burung gagak, maka tempat itu diberi nama GAGAKAN. Dan setelah itu lalu ia menuju ke utara dan mendapatkan sebuah Belik, kemudian kawasan itu diberi nama SEBELIK. Lalu ia meneruskan perjalanan ke timur dan menjumpai tanaman yang banyak akarnya, tempat itu dinamakan GADUNGAN. Seterusnya ia menuju ke selatan lalu mendirikan Mushola yang akhirnya menjadi sebuah Masjid dan juga Pondok. Maka tempat itu dikenal dengan sebutan ETAN PONDOK. Suatu ketika Ngloning dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama TRUNO SENTONO, dan ia bertempat tinggal kurang lebih 200 meter dari Masjid yang didirikan Ki Ageng Selo. Karena pada saat itu Mbah Truno dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana maka tempat tersebut dinamakan TRUNO SENTANAN / TROTUNAN hingga saat ini. Sejarah Pemerintahan Desa Ngloning Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo Adapun para pejabat Bekel atau Kepala Desa yang pernah memerintah Desa Ngloning semenjak berdiri adalah sebagai berikut : 1 TRUNO SENTONO ……..s/d …… - 2 PATMO SENTONO …… s/d …… - 3 YAI PAWIRO SENTONO ……. s/d …… - 4 MAKUN 1968 s/d 1991 - 5 SLAMET RIADI 1991 s/d 2006 - 6 WIYONO 2007 s/d 2013 - 7 EFFENDI SETYO RUDI ASMORO 2014 s/d 2019 8 QOMARUDIN 2019 s/d Saat ini[1] Adapun Desa Ngloning terbagi menjadi 2 Dukuh yaitu : 1. Dukuh Gagakan 2. Dukuh Ngelo Napak Tilas Babad Ponorogo. Kisah Kyai Dugel Kesambi Ngloning Slahung ([2]) Bernama asli Raden Buntara, Kyai Dugel Kesambi merupakan seorang anak bangsawan yang hidup dalam pengasingan namun menurunkan para tokoh besar Raden Joyonegoro juga mempunyai seorang putra bernama Raden Buntara. Karena hidup di pengasingan ia lebih suka dipanggil dengan julukan Dugel Kesambi. Sejak kecil Dugel Kesambi sudah dilatih berpuasa, bertirakat hingga menjadi orang berilmu tinggi. Setelah beranjak dewasa, Dugel Kesambi pergi mengembara menambah ilmu lalu menetap di desa Ngloning. Di tempat tersebut ia banyak menolong warga mengobati orang sakit, memberi jalan keluar orang yang sedang bersusah hati sehingga dihormati masyarakat. Lama kelamaan masyarakat mengetahui bahwa ia masih keturunan bangsawan hingga ia dipanggil dengan nama Mbah Pangeran atau Kyai Dugel Kesambi. Kyai Dugel Kesambi mempunyai anak lelaki bernama Abdulah, kemudian babad alas di dusun Mantup desa Ngasinan dan namanya berganti menjadi Nursalim berjuluk Kyai Mantup. Kyai Mantup mempunyai seorang anak perempuan yang kemudian dinikahkan dengan murid Kyai Donopuro bernama Mohamad Besari yang kemudian dikenal menjadi Kyai Ageng Besari. Sumber : Babad Ponorogo,Jilid IV Hal 21. Tulisan asli berbahasa Jawa, kami terjemahkan dan sedikit kami sunting, insyaallah tidak mengubah point utama cerita. https://www.sindopos.com/2016/02/profil-desa-kelurahan-desa-ngloning.html http://www.sosial-update.me/2019/04/kisah-kyai-dugel-kesambi.html?m=1[pranala nonaktif permanen]
|