Latto-latto
Latto-latto adalah sebuah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras dan permukaan halus yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Permainan ini adalah jenis permainan ketangkasan dengan mengandalkan keterampilan fisik. Mainan ini dimainkan dengan cara diayunkan baik secara lambat maupun secara cepat hingga saling berbenturan dan menghasilkan bunyi khas. Benturan dua bandul bola pada latto-latto yang mengeluarkan bunyi khas tersebut sebagai daya tarik yang membuat pemainnya ketagihan untuk mengulangi secara berulang-ulang. Permainan ini berasal dari Amerika Serikat dengan nama clackers balls toys pada akhir era 1960-an, dan kemudian kian populer pada awal era 1970-an.[1] EtimologiDalam bahasa Indonesia, istilah "latto-latto" sendiri berasal dari Bahasa Makassar yaitu lattoʼ-lattoʼ (Makassar: ᨒᨈᨚᨒᨈᨚ, translit. Lattoʼ-Lattoʼ, har. 'letuk-letuk, ketuk-ketuk' pengucapan bahasa Makassar: [lat:oʔ ˈlat:oʔ]). Berasal dari kata lattoʼ yang bermakna suara letuk atau retak (mis. pada suara jentikan jari, kelereng yang jatuh, atau memecahkan buah pinang). Kata lattoʼ masih kognat dengan kata Bahasa Indonesia letuk[2] yang merupakan dari turunan Bahasa Proto-Melayu-Polinesia *lətuk, turunan Proto-Austronesia *-tuk₂/*tuquk?[3][4] Untuk daerah penutur Bahasa Bugis, lebih dikenal dengan istilah kettoʼ-kettoʼ. Sama dengan bahasa Makassar, kata kettoʼ-kettoʼ dalam bahasa Bugis merupakan bunyi onomatopeia. Secara etimologi, kata kettoʼ masih kognat dengan kata Bahasa Indonesia ketuk yang yang merupakan dari turunan Bahasa Proto-Melayu-Polinesia *kətuk, yang juga merupakan turunan Proto-Austronesia *-tuk₂/*tuquk?[3][4] Dari segi pengucapan, kedua bahasa bahasa tersebut terdapat geminasi konsonan tt [t:] dan hentian glotal [ʔ]. Kehadiran geminasi konsonan pada Rumpun Bahasa Sulawesi Selatan salah satu cirinya merupakan realisasi kehadiran bunyi ê pepet "/ə/" pada vokal sebelumnya misalnya dari kata Proto-Melayu-Polinesia *gənəp [gənəp] akan menjadi *gənnəp [gən:əp] dalam Proto-Sulawesi Selatan,[5] begitu pula kata Proto-Melayu-Polinesia *lətuk dan *kətuk akan direalisasikan menjadi *ləttuk dan *kəttuk pada Proto-Sulawesi Selatan. Hampir semua bahasa pada Rumpun Sulawesi Selatan, bunyi *ə (e pepet) dalam Proto-Sulawesi Selatan direalisasikan menjadi /a/ (*ləttok menjadi lattoʼ dalam Bahasa Makassar), kecuali Bugis yang masih mempertahankan bunyi e pepet tersebut (*kəttok menjadi kettoʼ [kəttoʔ] dalam Bahasa Bugis). Namun pada beberapa dialek bahasa Bugis, terdapat absensi kehadiran bunyi /ə/, misalnya pada dialek Sawitto, yang otomatis akan menyebut kettoʼ [kəttoʔ] menjadi kattoʼ [kattoʔ]. Pada kata yang diakhiri konsonan letup seperti *-p, *-t, *-k, akan direalisasikan sebagai bunyi hentian glotal pada bahasa Makassar dan Bugis, misalnya *gənəp pada Proto-Melayu Polinesia akan direalisasikan menjadi gannaʼ (Makassar) genneʼ (Bugis). Pada bahasa Makassar, terdapat pula kata kattoʼ, namun secara semantik sedikit berbeda dengan kettoʼ dalam bahasa Bugis. Bunyi kattoʼ dalam bahasa Makassar intensitasnya masih lebih besar dan merdu seperti bunyi ketukan yang dihasilkan pada kayu atau bambu (terdapat bunyi sela udara yang menghasilkan gema). Maka dari itu Kattoʼ-kattoʼ dalam bahasa Makassar merujuk pada objek yang berbeda, yaitu keuntungan,[6] bukan latto-latto. Penamaan Lattoʼ-lattoʼ (Makassar) atau Katto'-Katto' (Bugis) masih didasarkan pada onomatope dengan merujuk pada suara atau bunyi yang dihasilkan pada mainan tersebut bunyi seperti tok-tok (berdetak-detak).[7] Kata lattoʼ-lattoʼ awalnya hanya umum bagi penutur Bahasa Makassar.[7] Namun dalam penyebutannya, ramai penutur non-Makassar menyebutnya “lato-lato” (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [lato ˈlato]) yang dalam Bahasa Makassar sendiri latoʼ-latoʼ (pengucapan bahasa Makassar: [latoʔ ˈlatoʔ]) bermakna kakek-kakek/datuk-datuk.[6][8][9] Pada sisi semantik, seiring perkembangan waktu, istilah "latto" telah mengalami perubahan makna, berupa ekstensifikasi atau perluasan makna. Kata "latto" dalam bahasa Makassar tidak hanya diartikan sebagai definisi hasil bunyi, melainkan juga dimaknai "jadi, jadian, unggul, teratas, terpilih". Konteks makna ini erat kaitannya pada pandangan politis. Seperti dalam kalimat "Si A diprediksi akan latto pada pemilihan presiden tahun depan". Latto dalam kalimat tersebut dimaknai terpilih.[6][7] SejarahSejarah lahirnya mainan latto-latto memiliki beragam versi sejarah. Permainan ini dikaitkan berasal dari Amerika Serikat yang terinspirasi oleh eskimo yo-yo, yakni mainan tradisional budaya asli Alaska. Versi lainnya, dikaitkan dengan terinspirasi dari senjata berburu di Amerika Selatan. Pada awal 1970-an, latto-latto begitu populer hingga sampai penduduk provinsi kecil di Italia Utara, Calcinatello. Awalnya, bola pada latto-latto terbuat dari kaca temper. Bahan kaca membuat sifatnya bisa pecah saat dimainkan dan serpihan kacanya bisa menimbulkan cedera parah. Oleh karena itu, pihak pemerintah Amerika Serikat akhirnya melarang penjualan permainan latto-latto di negaranya.[10] Asal usulLatto-latto merupakan permainan yang asalnya dari Amerika Serikat. Salah seorang penemu mainan hebat di era latto-latto adalah Marvin Glass asal Chicago, Amerika Serikat.[11][12][13] Dia adalah seorang pengusaha mainan terkenal dan tersukses pada masanya dengan perusahaan besarnya Marvin Glass and Associates (MGA), perusahaan desain dan rekayasa mainan yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat.[14] Permainan latto-latto juga dibuat oleh perusahaan Scotti, Inc., sebuah divisi dari perusahaan Spatz Fiberglass Products, Inc., yang berbasis di Yorklyn, Delaware, Amerika Serikat. Scott Lee selaku pimpinan perusahaan Scotti mengatakan bahwa permainan latto-latto buatan perusahannya aman digunakan dengan tali nilon yang tidak bisa putus dan serat kaca anti pecah. Namun itu diberikan peringatan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1971 atas keamanan produk. Permainan ini mulai muncul pada era 1960-an hingga makin populer pada awal 1970-an.[15] Saat itu orang-orang menyebutnya mulai dari clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, dan clankers, penamaan ini kebanyakan berdasarkan dengan merek dan nama yang telah diberikan oleh pabrik pembuatnya masing-masing. Ketika permainan ini mulai masuk ke Indonesia, clackers balls toys disebut latto-latto[16]. Di Indonesia, kebanyakan nama permainan ini hanyalah proses asimilasi dan penamaan dari warga lokal di berbagai daerah. Latto-latto ini muncul setelah puluhan tahun silam pernah populer di Sulsel.[17] Bahan dan jenisPada tahun 1968, muncul latto-latto dengan bahan yang terbuat dari kaca temper. Akan tetapi, mainan dengan bahan tersebut mudah pecah sehingga dapat melukai pemain dan siapa saja yang ada di sekitarnya. Akibatnya, mainan ini sempat ditarik dari pasar Amerika Serikat dan Kanada karena banyak yang terluka saat memainkannya.[18] Latto-latto masuk ke pasar dunia pada akhir tahun 1960-an dan bertahan hingga awal tahun 1970-an. Dua buah bolanya terbuat dari bahan baku berupa akrilik atau kaca yang dapat membahayakan pemainnya dan juga orang-orang di sekitarnya karena cara memainkannya pun dengan dibanting, di atas terdapat tali dengan cincin atau pegangan kecil di tengahnya. Tujuannya adalah untuk membuat kedua bola saling mengklik. Jika pemain latto-latto memiliki keterampilan yang handal, maka pemain tersebut dapat melakukan trik-trik luar biasa pada latto-latto tersebut, seperti membangun momentum sampai latto-latto tersebut mengenai bagian atas dan bawah dalam busur dan menghasilkan bunyi yang dapat memekakkan telinga. Anak-anak menyukainya dan latto-latto semakin digilai negara barat pada musim panas 1971. Tetapi, di lain sisi para dokter dan guru tidak begitu terkesan dengan mainan latto-latto setelah serangkaian kecelakaan serius yang menakutkan dari mainan latto-latto. Latto-latto diduga memiliki efek buruk untuk menghancurkan atau meledak dalam serpihan seperti pecahan peluru dan saat itu segera dilarang di setiap sekolah di negara-negara barat. Tetapi semua anak mengganggap sebagai konspirasi dari orang dewasa karena mereka membenci suara yang mereka buat. Kesamaan antara mainan yang sangat populer ini dan senjata berburu Amerika Selatan yang disebut bolas tidak luput dari kebanyakan remaja laki-laki. Dalam kapasitas ini, mereka terbukti sangat efektif. Setelah serangkaian kejadian lengan dan mata hitam yang memar secara nasional, latto-latto ditarik dari penjualan. Pada tahun 1980-an, perusahaan baru memproduksi versi chintzy dengan bola plastik ringan dengan batang plastik yang terhubung dengannya untuk menahannya di tempatnya. Pemain dapat memainkannya dengan mudah, walaupun sama sekali tidak membutuhkan keahlian dan membosankan setelah beberapa menit. Tetapi itu jauh lebih aman.[18] Awalnya, dua buah bola pada permainan clackers balls toys terbuat dari kaca. Ketika dua buah bola pecah, hal itu bisa membahayakan pemainnya. Karena itulah, dua bola pada Clackers Balls Toys diubah menjadi bahan plastik yang memiliki tektur keras dan padat yang berbentuk bulat dengan permukaan halus.[19] Warna pada bola adalah warna mencolok dengan tujuan terlihat menarik. Selain itu, clackers balls toys dilengkapi tali dari nilon dan sebuah cincin. Tali nilon[20] dan dua bola plastik keras dihubungkan dalam sebuah cincin bertujuan membuat bola berputar 180 derajat (masing-masing ke sisinya sendiri) dan bertabrakan satu sama lain (yang menghaslkan bunyi) dan berulang terus-menerus dan cepat, dan bertabrakan sebanyak mungkin.[21] Pemain juga dapat meningkatkan tingkat kesulitan dan melakukan atraksi dalam beberapa manuver, naik-turun, atau bergerak dengan gaya tanpa menghentikan mainan.[21] Secara perinci, latto-latto di Indonesia telah mengalami modifikasi pada asal usulnya. Tali yang digunakan tidak setebal tali clackers sehingga akselerasi yang dihasilkannya lebih cepat. Begitu pula dengan varian ukuran bola ada yang lebih kecil atau lebih besar pada umumnya. Terdapat pula jenis latto-latto dengan efek menyala. Sehingga jika dimainkan pada tempat gelap atau malam hari terlihat menarik.[22] Jenis biasaVarian latto-latto ini umumnya memiliki dua bola berukuran sebesar telur ayam atau bebek, dengan warna polos yang mencolok. Bola-bola padat ini memengaruhi bunyi dan kecepatan saat diayunkan, sehingga pemain perlu berhati-hati untuk menghindari cedera.[22] Jenis jumboJenis latto-latto ini menampilkan dua bola yang lebih besar dari ukuran standar, hampir sebesar jeruk bali. Meskipun ukurannya lebih besar, bola ini ringan dan tidak padat. Keunggulan jenis ini terletak pada kemudahan bermain, cocok untuk pemula karena minim risiko cedera pada jari atau tangan, serta dapat dikendalikan dengan mudah. Namun, jenis ini lebih sulit dibawa, memiliki kecepatan lebih lambat, dan rentan rusak atau pecah.[22] Jenis menyala fosforVarian latto-latto ini memberikan efek menyala dalam kondisi gelap, berkat bola-bola terbuat dari bahan fosfor. Cahaya yang dihasilkan berasal dari sumber cahaya seperti senter ponsel. Jenis ini juga dikenal sebagai latto-latto senter, memberikan aspek estetis dengan bola-bola yang menyala saat diayunkan.[22] Jenis menyala LEDJenis latto-latto ini dilengkapi dengan dioda pemancar cahaya pada kedua bola. Berbeda dengan latto-latto fosfor, jenis ini menampilkan variasi warna kelap-kelip sebagai keunggulannya.[22] Jenis Pakujut nok-nokJenis atau variasi latto-latto ini melibatkan empat bola, yang saat diayunkan saling berbenturan dan menciptakan bunyi. Varian latto-latto ini dikenal sebagai "Pakujut Nok-Nok," diperkenalkan oleh masyarakat Sunda dengan penamaan yang diusulkan oleh Ridwan Kamil.[22][23] Jenis matik (matic)Jenis atau varian latto-latto ini memiliki stick gagang atau pegangan. Jenis ini diklaim anti gagal, mudah dimainkan, dan disebut lebih aman dimainkan sebab ketika dimainkan akan cenderung seimbang. Bukan diikat dengan tali, latto-latto matik ini dilengkapi dengan tongkat plastik. Pergerakan dari latto-latto lebih teratur sehingga meminimalisir permainan tersebut melukai pemainnya. Jenis latto-latto ini juga dinamai latto-latto gagang dan latto-latto otomatis.[24] Senjata berburu di Amerika SelatanLatto-latto dikaitkan mirip dengan bolas, senjata berburu yang digunakan oleh para gaucho Amerika Selatan, yang digunakan dengan cara dilempar dan akan mengikat pada kaki atau bagian yang diinginkan dari hewan buruan.[25][18][1] Manufaktur
FenomenaDi ItaliaPada tahun 1971, di Italia, mainan latto-latto yang sebelumnya dikenal bising yang mengganggu berubah menjadi olahraga yang diakui. Pada tahun tersebut permainan berisik ini dianggap tak mengganggu dalam negeri Italia bahkan menjadi olahraga yang diakui. Pada Agustus 1971, Italia menyelenggarakan kejuaraan dunia latto-latto pertama yang diadakan di Desa Calcinatello, dekat kota industri utara Brescia.[37] Perlombaan ini diselenggarakan oleh mantan petinju dan pastor paroki, menarik penggemar latto-latto dari seluruh negeri Italia. Selain tuan rumah Italia, lomba ini diikuti peserta dari Belanda, Prancis, Belgia, Kanada, Swiss, dan Inggris. Setelah kompetisi yang menegangkan dan memekakkan telinga, Gualtiero Panegalli, seorang restorer furnitur berusia 19 tahun asal Italia, menjadi juara latto-latto dunia pertama. Tidak ada piala atau medali untuk para pemenang, tetapi hadiahnya termasuk claret lokal, salami, domba hidup, ayam, keju, dan sekeranjang buah.[37] Permainan seperti dua pendulum ini bergerak berlawanan arah dan saling berbenturan baik pada bagian bawah maupun ketika momentum terbentuk pada bagian atas. Kunci suksesnya adalah gerakan tangan yang tepat ke atas dan ke bawah untuk menjaga agar senar tetap lurus dan secara bertahap meningkatkan osilasi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan bunyi yang stabil selama mungkin. Struktur latto-latto terdiri dari seutas tali dengan bola seukuran kenari di setiap ujungnya. Pemain memegang bagian tengah senar, terkadang dibantu oleh cincin logam atau tongkat kecil, dan mencoba untuk menyatukan kedua bola tersebut.[37] Permainan ini menjadi menonjol di Italia, adegan dengan kompetisi "Golden Click‐Clack" yang diadakan pada 30 Juli di Isorelli di Savignone, dekat Milan. Kontes itu juga diselenggarakan oleh pastor paroki, bertindak dalam fungsinya sebagai pemimpin komunitas kecil Italia yang mencoba meningkatkan moral, meningkatkan pendapatan paroki dan perdagangan lokal serta meningkatkan kedudukan gereja. Pemenangnya, Roberto Maliberti, berusia 24 tahun setelah tampil tanpa henti selama satu setengah jam.[37] Kala itu latto-latto belum mendapatkan persetujuan secara nasional, meskipun telah banyak dijual secara luas dan dalam perdagangan ekspor. Ada kecaman dimana-mana terhadap "bola kecil neraka" (latto-latto) dan surat protes dari pers. Resor-resor pantai cukup terganggu. Pulau Ischia di Teluk Naples yang indah dan sebuah tempat di Trieste telah melarang permainan tersebut. Resor Trieste mengutip undang-undang tentang larangan. Pers di Italia telah menyebut permainan latto-latto awalnya berupa obsesi hingga menjadi "fenomena menular yang berisiko menjadi mania" dan "benda paling tidak berguna dan ketinggalan zaman". Surat kabar Roma pro-Komunis Paese Sera, mengomentari kejuaraan tersebut, bertanya: "Apakah latto-latto hanyalah mania yang tidak bersalah di era tujuh puluhan atau apakah itu mewakili salah satu produk terburuk dari masyarakat yang makmur?"[37] Di ArgentinaSelama tahun 1980-an permainan ini ramai dimainkan di Argentina. Sebagian masyarakat Argentina keluar rumah memadati dekat sudut-sudut jalan atau trotoar untuk menonton turnamen dan kompetisi latto-latto. Beberapa institusi turut terlibat mensponsori juga perusahaan-perusahaan besar, program televisi, dan bahkan sekolah. Semuanya mengelilingi di sekitar arena kejuaraan latto-latto. Selain itu, beberapa pemain latto-latto profesional dari tim kejuaraan latto-latto mendatangi sekolah-sekolah untuk melakukan demonstrasi latto-latto. Mereka memperlihatkan pelbagai atraksi dan trik dalam memainkan latto-latto. Mereka disponsori oleh perusahaan soda. Kemudian kompetisi dimainkan di acara-acara TV yang memiliki banyak penonton. Pada tahun 1990-an, kembali bangkit ketika saluran televisi kabel "Magic Kids" Argentina menyelenggarakan kejuaraan kompetisi latto-latto untuk masyarakat umum. Satu-satunya syarat untuk mengikuti kompetisi tersebut adalah membeli latto-latto yang asli, yang memiliki ciri pegangan berubah warna saat basah. Pemenang dari kejuaraan ini akan diberikan “El tiki-taka de plata”, sebuah piala asli untuk menghiasi rak, dengan bola yang terbuat dari bahan transparan.[38] Di BrasilDi Brasil, latto-latto biasa disebut bate-bate atau teco-teco. Permainan ini telah dimainkan oleh anak-anak Brasil pada era 1960-an, 1970-an, 1980-an, dan 1990-an. Pada tahun 2012, permainan ini kembali viral dan digemari oleh anak-anak Brasil, terutama anak-anak sekolah walau saat itu telah menjadi era perkembangan dari permainan video.[39] Permainan ini kembali viral tahun 2012 di seluruh negara bagian Brasil setelah grup musik asal Brasil LevaNóiz sukses melambungkannya melalui lagu hitnya berjudul "bolimbolacho", mainan yang dikenal sebagai "bate-bate" (latto-latto).[40] Permainan ini kembali muncul di Brasil setelah sekitar dua dekade menghilang. Di Ubatã, Bahia, mainan ini sudah menjadi tren dan dijual di beberapa tempat komersial di kota. Para penjual bate-bate cukup terkejut karena dagangannya cepat habis dengan 100 bumper permainan bate-bate dalam waktu kurang dari 5 jam. Setiap mainan berharga sekitar R$2,50 di pasaran. Permintaan bate-bate sangat tinggi.[39] Permainan ini dikarenakan sederhana, mudah ditemukan di kios-kios, dan harganya murah. Permainan ini banyak dimainkan di sekitar jalan pada sore hari, terutama di Distrik Limão, São Paulo dan Salvador, Bahia.[39][41] Tidak heran bila banyak yang mengeluhkan suara bising pada permainan ini. Selain itu, lengan dari anak-anak banyak yang mengalami memar karena terlalu banyak bermain. Hingga pada akhirnya, guru-guru mereka melarang mereka memainkannya.[20] Di IndonesiaDi MalaysiaCara memainkan
Teknik pertama yang biasa digunakan pada saat ingin memulai memainkan latto-latto adalah jari dijepit bagian tengah tali, dan diayunkan hingga dua bola di ujung saling bertabrakan dan kalau bisa, membentuk sebuah lingkaran vertikal sempurna. Pada dasarnya, permainan latto-latto ini dilakukan dengan menggerakkan tangan untuk menyeimbangkan kedua bola agar dapat berbenturan. Nantinya, benturan yang terjadi antara kedua bola tersebut akan menciptakan bunyi yang khas. Meski cara bermainnya terlihat sederhana dan mudah, namun permainan latto-latto ini cukup susah untuk dimainkan oleh para pemula. Selain itu, para pemain juga harus berhati-hati karena kedua bola latto-latto bisa saja mengenai tangan para pemain, jika cara memainkannya salah. Latto-latto pada dasarnya adalah dua buah bola atau kelereng besar yang diikat dengan tali yang kuat dengan cincin di tengahnya. Itu diletakkan jari pada cincin jari di atas cincin sehingga kelereng atau bola menggantung di bawah. Di sinilah kesenangan dimulai. Tujuannya adalah untuk membuat kedua bola saling mengetuk (atau berdentang jika pemain suka) dengan menarik cincin secara perlahan. Setelah menguasainya, kita bisa mengontrolnya bergerak lebih cepat dan lebih cepat sampai mereka saling berbenturan di atas dan di bawah tangan dalam lengkungan yang menakjubkan. Cara main latto-latto sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Pemain hanya perlu menggoyangkan tangan untuk menyeimbangkan dua bola latto-latto sehingga saling beradu atau berbenturan. Benturan antara kedua bola ini akan menimbulkan bunyi atau suara yang unik dan khas. Latto-latto terlihat memang mudah untuk dimainkan. Padahal, permainan ini cukup sulit dimainkan oleh pemula. Sebab, kalau dimainkan dengan cara yang salah, bola latto-latto justru akan mengenai tangan dan akan melukainya. Oleh karena itu, terutama bagi anak-anak harus berhati-hati dalam memainkannya dan minta dampingan orang dewasa. Latto-latto dimainkan tidak terbatas pada gender dan usia bagi pemainnya. Semua kalangan dapat memainkan permainan ini. Permainan ini sangat alamiah dan bisa dilakukan di ruang terbuka atau tertutup, duduk atau berdiri. Cara memainkan latto-latto cukup mudah bagi yang mengetahui teknik bermainnya. Cukup dengan mengayunkan dua bola di bawah dan atas tangan sehingga kedua bola selalu bertubrukan tanpa meleset dan menghasilkan bunyi. Permainan latto-latto membutuhkan kelincahan dan keahlian menyeimbangkan dua bola pada seutas tali. Meski terlihat sepele cara memainkannya, permainan latto-latto tidak boleh ragu-ragu dalam mengayunkannya serta membutuhkan konsentrasi/fokus, keterampilan/teknik tinggi, dan kesabaran. Permainan ini memiliki risiko tangan atau jari dapat menjadi memar jika tak piawai memainkannya. Teknik dan gayaBagi pemula biasanya memainkan latto-latto dengan keterampilan dasar yang terpenting dua buah bandul dapat beradu atau berbenturan hingga menimbulkan bunyi adalah suatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri. Latto-latto dapat dimainkan dengan bermacam-macam teknik dan gaya. Beberapa gaya yang populer pada mainan ini adalah gaya sola-sola, tepuk pramuka, tornado, belakang kepala, dua tangan, helikopter, dan gaya lainnya. Bahkan terdapat gaya atau teknik yang tidak lazim dengan memainkan latto-latto di atas lantai yang dimunculkan oleh seorang guru hingga ditonton jutaan kali. Gaya Tornado keterampilan dengan memainkan tidak membenturkan kedua bola latto-latto, melainkan memutar talinya di tangan. Sehingga tidak ada bunyi yang ditimbulkan. Bola latto-latto berputar secara cepat seperti terlihat angin Tornado. Gaya helikopter adalah gaya dengan memainkan latto-latto di atas kepala sehingga seperti baling-baling helikopter. Gaya-gaya bermain tersebut sering diadopsi pada kegiatan perlombaan sebagai bagian dari tantangan dari peserta/pemain. Selain itu, sebagai tontonan atraksi dari pegiat konten kreator di media sosial mereka masing-masing. Kemampuan memainkan dengan teknik dan gaya yang bervariasi umumnya hanya dapat dilakukan oleh pemain profesional.[42][43] PerlombaanPermainan latto-latto telah banyak diadopsi sebagai sebuah ajang perlombaan atau turnamen di pelbagai daerah, terutama di Pulau Sulawesi. Permainan ini dijadikan ajang perlombaan pada acara pesta rakyat, perayaan hari besar, bahkan di acara pernikahan dan acara lainnya. Jenis perlombaan yang umum dipertandingkan berupa durasi memainkan latto-latto, kategori kelompok umur, free style, dengan teknik dan gaya yang ditentukan juri.[44][45] EfekEfek positifProf. Hamdan Juhannis, MA, Ph.D. yang merupakan rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar memberikan tanggapan mengenai sisi positif dari viralnya permainan latto-latto. Dalam tulisannya yang telah terpublikasi di berbagai media dengan judul "Latto-latto Melawan Game Online", Hamdan mengutarakan bahwa kehadiran latto-latto secara signifikan dapat mengurangi seseorang pada ketergantungan memegang gawai untuk bermain gim daring dan menonton beragam sajian di telepon genggam. Latto-latto menjadi alat komunikasi di antara anak-anak. Mereka bisa memainkan bersama-sama, saling memperlihatkan inovasi bunyi yang dikuasainya. Berbeda tentunya dengan anak-anak yang bermain dengan gawainya, selalu sibuk sendiri. Efek buruk yang ditimbulkan pada gim daring pada gawai, mulai dari sikap asosial, pemahaman yang distortif tentang kehidupan nyata, sampai pada gangguan penglihatan.[46] Seorang kolumnis Brasil, Rodrigo Dias mengutarakan pendapatnya mengenai kemunculan kembali permainan latto-latto di tengah era digital sebagai memorial dan nostalgia mengenang masa lalu. Ia menambahkan permainan ini sesuatu yang harus dipelajari bahkan di perguruan tinggi.[39] Menurut Liputan6.com, memainkan latto-latto bisa melatih kesabaran dan meningkatkan rasa percaya diri pada anak walaupun berupa permainan sederhana, karena saat bermain mereka bisa menambah kecepatan ayunan. Memang terlihat gampang, namun itu perlu beberapa tips dan trik agar bisa memainkannya dengan mudah. Hal ini karena di awal permainan harus bisa menyeimbangkan bola agar tetap berjalan secara konstan dan menimbulkan bunyi tek-tok. Permainan latto-latto dapat melatih sistem motorik, keseimbangan, dan ketenangan pikiran pada anak.[47] Berikut beberapa rangkuman dari manfaat bermain latto-latto terutama pada perkembangan anak:
Efek negatifTidak sedikit dari permainan latto-latto menimbulkan efek negatif. Permainan ini dapat memberikan sisi buruk dan bahaya, terutama bagi penggunanya jika tidak mahir memainkannya, akan mengalami kesalahan yang akan mengakibatkan cedera atau memar di sekujur pergelangan tangan. Beberapa kasus tertentu seperti bola yang lepas dari tali dan mengenai wajah atau dahi anak-anak yang memainkan atau orang yang ada di dekatnya.[21] Suaranya juga menimbulkan kebisingan apalagi jika dimainkan bersama-sama pada sebuah kelompok. Hal tersebut kadang-kadang membuat orang tua lanjut usia terganggu. Pada 1970-an di Amerika Serikat, permainan ini sempat dilarang untuk dimainkan oleh pejabat sekolah New Bedford Amerika Serikat karena berbahaya. Bahkan salah satu portal ternama di Amerika Serikat menerbitkan tulisan tentang fenomena clackers di kalangan anak Amerika Serikat. Pengguna terkadang membanting clackers begitu keras hingga pecah, membuat pecahan plastik beterbangan, seperti pecahan peluru ke segala arah. Saat itu banyak set clackers asli terbuat dari kaca temper dua inci, membuatnya lebih rentan pecah, sehingga beralih ke plastik akrilik. Di Amerika Serikat, mainan ini dihentikan oleh Food and Drug Administration (FDA) yang kira-kira semacam Badan POM (Pengawas Obat-obatan dan Makanan). Bahkan Departemen Sekolah New Bedford mengetuk palu untuk menghentikannya. KontroversiLarangan produksi dan penjualan di BrasilMainan latto-latto pernah dilarang dijual pada akhir 1980-an di Brasil, karena terlalu berbahaya. Hal tersebut disebabkan banyaknya kejadian para pemainnya mengalami luka pada jarinya. Baru pada tahun 2012, permainan ini kembali eksis dan populer di Brasil karena sebuah lagu dari grup musik Bahian LevaNóiz. Permainan ini diproduksi secara luas oleh perusahaan Luka Plasticos dengan bola yang lebih aman terbuat dari plastik, tidak lagi terbuat dari besi atau keramik seperti dulu, sehingga mainan tersebut tidak terlalu berbahaya. Selain itu, sekarang dijual dengan tali pelindung pergelangan tangan.[39][41] Terlibat kontroversi politik di MesirTerlepas dari berbagai hal menarik dari permainan ini, sayangnya untuk anak-anak yang memainkan clackers di Mesir sekitar tahun 2017 harus merasakan campur tangan isu politik yang bahkan menyebabkan pelarangan. Hal ini bermula ketika para warga setempat sering menyebut permainan tersebut dengan "Sisi's balls" atau "Bolanya Sisi", kata ini mengacu pada buah zakar milik Presiden Mesir saat itu Abdel Fattah el-Sisi. Tentu, setelah "Bola-bola Sisi" mendapatkan popularitas, penjualannya menjadi sorotan polisi. Ribuan pasang mainan itu disita karena alasan yang agak aneh, sebagian besar terkait dengan dugaan pelanggaran terhadap ketertiban umum atau peraturan pemerintah.[1] Larangan di Amerika SerikatDi negara asalnya Amerika Serikat, Departemen Sekolah New Bedford telah melarang penggunaan Clackers Balls Toys karena anak-anak di Amerika Serikat memainkannya dengan keras hingga bola pecah dan pecahannya beterbangan. Food and Drug Administration (FDA) saat itu, juga melarang penjualan latto-latto. Di Amerika Serikat, latto-latto secara resmi dilarang pada tahun 1985 dan bergabung dalam daftar "10 Mainan Anak-Anak Terlarang Paling Berbahaya Amerika Serikat Sepanjang Masa". Kebetulan, pemenang ulasan tidak resmi dari kebahayaan bagi kaum muda ini adalah Lab Energi Atom U-238, dirilis pada tahun 1951 oleh Albert Gilbert (penemu perangkat erektor), yang menyertakan bahan radioaktif asli.[49] Larangan di Britania RayaPada awal tahun 1970-an, ratusan pembuat mainan telah menjual jutaan latto-latto di seluruh dunia. Pada tahun 1971, mainan latto-latto menjadi puncak tren, menjadi suatu kesenangan dan sangat membuat ketagihan di kalangan anak-anak di Torquay, Inggris. Namun, latto-latto memiliki desain yang mirip dengan boleadoras, senjata pilihan untuk gaucho/koboi Argentina. Seperti yang diketahui, jika sesuatu menyerupai senjata, itu akan sering digunakan sebagai salah satu kekerasan di taman bermain. Maka tidak lama kemudian ada serangkaian kejadian anak-anak yang terluka, beberapa di antaranya sengaja dilukai, yang mendorong banyak sekolah untuk melarang latto-latto. Ada juga kesalahan desain dasar, yang terbuat dari plastik akrilik keras, yang kadang-kadang dapat meledak dan menyebabkan sejumlah cedera saat pecah dan pecahan tersebut terbang dari tali yang menyerupai kabel. Pengguna lain menemukan bahwa mempercepat bola plastik keras sebenarnya bisa mematahkan tulang muda. Menanggapi kekhawatiran dalam negeri, pada tahun 1971 Departemen Dalam Negeri Britania Raya meluncurkan penyelidikan apakah latto-latto harus dilarang sepenuhnya. Tentu saja, berada di garis depan kegemaran anak muda, Torquay terjebak dalam kepanikan yang melanda negara. Pada tahun 1971, koran Torquay Times menyelidiki dan memuat berita pada halaman depannya tentang bahaya latto-latto bagi masa mudanya anak-anak Torquay. Petugas Keamanan Publik Torquay menghimbau semua orang tua untuk mencegah anak-anak mereka menggunakan mainan tersebut. Berbagai kecelakaan telah terjadi dan itu menjadi gangguan. Dengan menggunakannya, anak-anak menciptakan gangguan dan membiarkan diri mereka rentan terhadap kecelakaan. Pada pihak produsen latto-latto di Torquay membela produknya dan mengatakan bahwa jenis yang harganya lebih murahlah yang berbahaya, menurutnya produknya anti pecah dan terbuat dari polistiren yang keras dan tidak ada gelembung udara di dalamnya. Itu kuat dan kokoh walaupun itu dipukul dengan palu. Talinya dari tali nilon. Terkait dari potensi kerusakan dan kebisingan karena mengeluarkan suara yang memekakkan telinga yang akan ditimbulkannya, latto-latto kemudian dilarang di sekolah-sekolah lokal, terutama di sekolah Torquay Boys Grammar School dan sekolah Audley Park School (sekarang Akademi Torquay). Pada sisi lain, pihak kaum liberal dan filosofis dari elit skolastik lokal menanggapi bahwa kejadian ini adalah risiko dalam kehidupan sehari-hari yang harus diterima. Namun, tepat ketika masyarakat tampak kacau, ancaman itu memudar dan kaum muda beralih untuk menerima tantangan lain terhadap hukum, moralitas, dan akal sehat secara umum. Para penggemar latto-latto bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan dengan latto-latto. Karenanya, pada tahun 1972 kegemaran itu berakhir dengan tiba-tiba. Departemen Dalam Negeri mengumumkan larangan dan produsen latto-latto utama, James of England, dipaksa untuk memberhentikan 170 pekerja dan tersisa 400.000 latto-latto di gudang mereka.[49] Diminati kolektorMainan latto-latto, terutama latto-latto merek retro bahan kaca telah diminati oleh para kolektor. Latto-latto merek retro dianggap melegenda dan berharga. Latto-latto merek retro yang diproduksi tahun 1971 dan sebelumnya menjadi perburuan. Latto-latto pada era itu menjadi terbatas dan langka karena penghentian tiba-tiba dalam produksi dan distribusi pada tahun 1971. Penghentian produksi tersebut terkait perihal banyak anak-anak yang menderita cedera mata karena pecahan kaca pada bola yang rapuh. Tidak sedikit pihak yang menimbun saat penarikan saat itu untuk mengambil keuntungan lalu dijual dalam kisaran $10–$20 di pasar sekunder. Latto-latto merek retro bahan kaca perlahan digantikan dengan versi plastik seperti saat ini.[50] Dalam budaya populer
Plesetan dan julukan
Dikutip dari berbagai pemberitaan, latto-latto kerap diplesetkan sebagai buah zakar. Seperti pada kasus masyarakat Mesir menyebut latto-latto sebagai buah zakar Sisi sehingga terkesan menghina presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.[58][1] Kejadian yang dialami oleh Pradikta Wicaksono yang mengalami tindakan pelecehan pada alat vitalnya (buah zakar), banyak berita menganalogikan dengan diksi latto-latto.[59][60][61][62]
Dikutip dari berita Suara.com dan MataMata.com, julukan ini dikaitkan dengan payudara oleh beberapa netizen dan pelawak Indonesia Bopak Castello, karena mereka salah fokus dengan payudara Cupi Cupita yang menonjol saat ia sedang belajar bermain latto-latto pada potret yang diunggah di akun Instagramnya. Ada netizen yang berkomentar untuk menanyakan di manakah Cupi Cupita membeli latto-lattonya dan menyatakan bahwa latto-lattonya besar sekali. Ada pula komentar yang mengategorikan payudaranya dengan latto-latto menjadi berjumlah empat.[63][64]
Dikutip dari tulisan berita The Washington Post berjudul The Toy That Drives Adults Clackers terbit pada 18 Oktober 1990, latto-latto pernah dijuluki sebagai "bola dari neraka". Hal demikian sebagai dampak betapa bahayanya permainan tersebut karena banyak memakan banyak korban pada saat itu hingga dilarang beredar di Amerika Serikat.[65]
Lihat pulaWikimedia Commons memiliki media mengenai Latto-latto. Referensi
Pranala luar
|