Lansana Conté
Lansana Conté (sekitar 1934 – 22 Desember 2008[2]) adalah Presiden Guinea sejak 3 April 1984 hingga kematiannya. Ia seorang Muslim dan bagian dari suku Soussou. Setelah kematiannya terjadi kudeta militer di negaranya. Jabatannya kemudian dipegang oleh Moussa Dadis Camara, pemimpin Dewan Nasional untuk Pembangunan dan Demokrasi Guinea. Masa kecil dan pekerjaanLahir di Moussayah Loumbaya (Dubréka), Conté menempuh pendidikan lokal di sekolah Koranic dan Dubréka. Ia juga menempuh pendidikan di sekolah militer Bingerville, Pantai Gading dan Saint Louis, Senegal. Pada tahun 2005, ia memecat Pemimpin Pemerintahan Daelin Diallo yang diumumkan melalui sebuah dekret dan ditayangkan lewat saluran televisi nasional. Menteri Negara Kepresidenan Fode Bangoura secara efektif diangkat menjadi pemimpin pemerintahan. Hal ini dilakukan sehubungan berbagai aksi yang terjadi. Ia melarang warga negaranya meninggalkan rumah setelah jam malam diberlakukan sejak 13 Februari 2007. Ia memberlakukan Undang-undang Darurat menyusul demonstrasi dengan kekerasan terhadap pemerintah yang berlangsung berhari-hari. Tentara dan polisi yang bersenjata lengkap berpatroli di jalan-jalan Conakry, ibu kota Guinea. Undang-undang darurat hanya memperbolehkan warga keluar dari rumah selama empat jam, antara pukul 16.00 sampai 22.00. Ia mengumumkan di TV dan radio pemerintah pada 12 Februari 2007 malam soal tindakan keras militer yang berlaku sampai 23 Februari 2007. Itu dimaksudkan untuk memadamkan gelombang kerusuhan dan penjarahan di seluruh negeri yang menyertai pemogokan umum menentang pemerintahannya yang telah berlangsung selama 23 tahun.
Pada 19 Januari 2005, dilaporkan bahwa iring-iringan mobilnya ditembaki dalam perjalanan ke Conakry dalam sebuah rencana pembunuhan yang gagal. Conté, yang tidak terluka, kemudian menyiarkan lewat radio dan televisi bahwa ia selamat karena Tuhan belum menetapkan saat kematiannya. Ia pun mengutuk mereka yang dikatakannya berusaha menggagalkan pembangunan Guinea. [1] KematianDini hari 23 Desember 2008, Aboubacar Somparé, Presiden Dewan Nasional, mengumukan di televisi bahwa Conté telah meninggal pada pk. 18.45 waktu setempat pada 22 Desember "setelah lama menderita sakit",[2] tanpa menyebutkan sebab-sebab kematiannya.[3] Menurut Somparé, selama bertahun-tahun Conté "menyembunyikan penderitaan fisiknya demi memberikan kebahagiaan bagi Guinea."[3] Pada tahun-tahun sebelum kematiannya, telah berkali-kali Conté meninggalkan negaranya untuk menjalani perawatan kesehatan,[2] dan spekulasi tentang kesehatannya telah lama menyebar. Bertentangan dengan kebiasaannya, Conté tidak muncul di televisi untuk menandai Tabaski sebelumnya pada Desember 2008, dan hal ini telah mencetuskan spekulasi baru serta keprihatinan tentang kemungkinan terjadinya kekerasan apabila ia meninggal dunia. Pada saat yang hampir bersamaan, sebuah surat kabar menerbitkan sebuah foto yang memberikan kesan bahwa kesehatan tubuh Conté buruk dan ia mengalami kesulitan untuk berdiri. Editor surat kabar itu ditangkap dan surat kabarnya diharuskan mencetak sebuah foto yang memperlihatkan Conté dalam keadaan sehat.[3] Menurut Konstitusi, Presiden Dewan Nasional akan mengambil alih jabatan kepresidenan apabila terjadi kekosongan, dan pemilihan presiden yang baru harus diadakan dalam tempo 60 hari.[2] Somparé meminta Ketua Mahkamah Agung, Lamine Sidimé, menyatakan jabatan itu kosong dan memberlakukan Konstitusi.[2][4] Perdana Menteri Souaré dan Diarra Camara, kepala Angkatan Darat, berdiri berdampingan dengan Somparé saat pengumuman dibacakan.[3][5] Declaring 40 days of national mourning for Conté,[6][7] Souaré menganjurkan rakyat "tenang dan menahan diri". Ia memerintahkan tentara untuk mengamankan perbatasan dan memelihara ketenangan di seluruh negara "demi menghormati kenangan terhadap almarhum pemimpin yang hebat".[7] Enam jam setelah Somparé mengumumkan kematian Conté, sebuah pernyataan dibacakan di televisi yang mengumumkan sebuah kudeta militer.[8] Pernyataan ini, yang dibacakan oleh Kapten Moussa Dadis Camara[9] atas nama sebuah kelompok yang menyebut dirinya Dewan Nasional untuk Demokrasi dan Pembangunan (CNDD),[8] mengatakan bahwa "pemerintah dan lembaga-lembaga Republik telah dibubarkan". Pernyataan ini juga mengumumkan pembatalan Konstitusi "serta semua aktivitas politik dan uni".[9] Pemakaman Conté diadakan di Conakry pada 26 Desember. Jenazahnya disemayamkan di gedung parlemen sebelum dibawa ke stadion nasional; 20.000 orang datang untuk menghormatinya. Para pemimpin engara tetangga juga jadir untuk pemakamannya. Jenderal Mamadou Ba Toto dari CNDD mengatakan dalam pemakaman itu bahwa "kita beroda kepada Tuhan untuk memberikan kita keberanian untuk melanjutkan pekerjaan [Conté] yang penuh toleransi dan damai demi kesejahteraan Guinea". Setelah itu, jenazahnya dikebumikan di desa Lansanaya.[10]
Rujukan
|