Ladang Murbei (idiom)Dalam frasa Tionghoa, setidaknya semenjak pertengahan Dinasti Tang, istilah Ladang Murbei (Hanzi=桑田; pinyin=sāngtián; Jepang=souden) menjadi metonimia untuk menyebut daratan yang dulunya pernah atau nantinya akan ditutupi oleh lautan.[1][note 1] Istilah ini sering digunakan dalam berbagai sastra dan puisi, misalnya dalam Zuo Zhuan (komentar untuk catatan sejarah Chun Qiu) mengenai kematian Adipati Jing dari Jin yang menyebut nama "Shaman Ladang Mulberry" (bahasa Tionghoa: 桑田巫; Pinyin: sāngtián wū).[note 2][2][3] Bersama dengan frasa "laut biru", semenjak masa Dinasti Han kedua frasa ini bergabung menjadi suatu idiom yang memiliki makna tentang perubahan.[4][5] Buku matematika "Mengingat Teknik Enumerasi yang Hilang" 数术记遗 (shushù jìyí) yang ditulis oleh Xu Yue pada masa Dinasti Han[6] menyebutkan gagasan mengenai pergantian laut biru dengan lahan murbei.[5] Yan Zhenqing, dalam tulisannya yang berjudul Magu Shan Xiantan Ji (痲姑山仙墰記) menyebutkan bahwa pada puncak-puncak tinggi di Gunung Magu masih juga ditemukan cangkang-cangkang kerang dan tiram serta menyinggung mengenai kebun dan lahan yang dulunya berada di dalam air.[1][5] Laut biru menjadi ladang murbeiIdiom "laut biru berubah menjadi ladang murbei" (Hanzi Tradisional: 沧海桑田; Hanzi Sederhana: 滄海桑田; Pinyin: cānghǎisāngtián; arti="perubahan-perubahan yang terjadi di dunia")[4] muncul dalam karya hagiografi Ge Hong yang berjudul "Shenxian zhuan".[5] Idiom ini tersusun atas empat aksara yang masing-masing memiliki arti: 沧 "biru, hijau gelap; dingin"; 海 "laut, samudra; maritim"; 桑 "pohon murbei; marga"; 田 "lahan, tanah subur, dikultivasi".[4] Idiom ini juga dapat diartikan sebagai "waktu akan memberikan perubahan besar pada dunia" atau "segala sesuatu nantinya pasti akan berubah".[7] Dikisahkan bahwa manusia abadi Wang Yuan mengundang Magu untuk datang ke rumahnya karena mereka telah lama tidak bertemu. Setelah makanan dihidangkan, Magu berkata:
Wang menghela napas panjang kemudian menjawab:
Laut biru dulunya adalah ladang murbeiIdiom "laut biru dulunya merupakan ladang murbei" (bahasa Tionghoa: 渤澥桑田; Pinyin: bóxièsāngtián) terdapat dalam Catatan Sejarah Agung yang ditulis oleh Sima Qian. Idiom ini memiliki pengertian bahwa "waktu akan membawa perubahan yang besar" atau "roda nasib akan berputar". Masing-masing aksara penyusunnya memiliki pengertian: bó 渤 "mengembang; Teluk Bohai"; xiè 澥 "aliran yang disumbat; teluk"; 桑 "pohon murbei; marga"; 田 "lahan, tanah subur, dikultivasi".[4] Karya sastraKisah roman terkenal dari Korea menceritakan kisah cinta gadis biasa bernama Chun Hyang yang dilamar oleh seorang pemuda bangsawan bernama Yi Doryung. Wolmai, ibu Chun Hyang, menyetujuinya asalkan Yi Doryung bersedia memberikan surat pernikahan secara rahasia kepada mereka beserta ikrar untuk tidak akan meninggalkan Chun Hyang.[note 3] Yi Doryung kemudian menuliskan surat berikut:
Pada akhir masa Dinasti Qing, Pangeran Chun (1840-1891) meratapi kehancuran Taman Mingheyuan (Hanzi Tradisional: 鳴鶴園; Hanzi Sederhana: 鸣鹤园; Pinyin: mínghèyuán; Ing=Singing Crane Garden; lit. "taman teriakan burung jenjang") akibat Pemberontakan Taiping dan menuangkan perasaannya melalui kalimat:
Kultur
Catatan
Lihat pulaReferensi
|