Yan Zhenqing
BiografiKehidupan awalYan Zhenqing dilahirkan di Linyi, Provinsi Shandong dari keluarga yang berpendidikan dan telah menjadi pejabat negara selama beberapa generasi. Kakek buyutnya, Yan Shigu, adalah seorang ahli linguistik terkenal, sementara ayahnya, Yan Weizhen, adalah guru pembimbing para pangeran Tang dan juga ahli kaligrafi. Dibawah pengaruh tradisi keluarga dan bimbingan ibunya, Nyonya Yin, yang tegas, Yan tumbuh sebagai seorang pekerja keras, ia menguasai karya-karya literatur dan ajaran Konfusius. Tahun 734, Yan lulus ujian kekaisaran dan mendapat gelar Jinshi (gelar akademis tertinggi saat itu, seperti gelar doktoral pada masa kini). Ia memperoleh kesempatan langka untuk mengikuti ujian khusus yang diselenggarakan bagi mereka yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain dan ia lulus dengan baik dalam ujian ini. Dengan latar belakang akademisnya yang menonjol, kariernya dalam politik melesat dengan cepat. Ia diangkat sebagai wakil kepala daerah Distrik Linquan, juru sensor, dan juru sensor istana. Kejujuran dan keterusterangannya membuatnya dicintai oleh rakyat namun dibenci oleh para pejabat korup terutama Yang Guozhong, si perdana menteri korup sehingga ia akhirnya disingkirkan dari ibu kota dan diberi jabatan sebagai gubernur Pingyuan tahun 753. Pemberontakan An LushanKetika Yan menjabat sebagai gubernur Pingyuan, An Lushan, gubernur militer beretnis Turki, yang meraih kepercayaan Kaisar Tang Xuanzong karena pintar menjilat, telah menunjukkan tanda-tanda akan berontak. Yan telah mencium gelagat ini sehingga ia membuat persiapan-persiapan perang seperti membentengi kota dengan kokoh dan mengumpulkan persediaan. Ia juga mengirimkan surat peringatan darurat kepada kaisar, tetapi tidak dihiraukan pihak istana. Desember 755, An Lushan dan Shi Siming mengangkat senjata dan memberontak terhadap Dinasti Tang sebagai puncak perselisihan antara An dengan Yang Guozhong yang membantai keluarga An. Pasukan Tang yang minim persiapan perang mundur tanpa perlawanan berarti dari wilayah Heshuo (sekarang meliputi Shandong, Hebei, dan Henan). Hanya pasukan dibawah Yan Zhenqing yang bertahan dengan gigih di Pingyuan. Ia kemudian bergabung dengan pasukan yang dipimpin sepupunya, Yan Gaoqing, gubernur Changshan (sekarang Quyang, Hebei) dan menyerbu garis belakang pasukan pemberontak. Belakangan, dalam suatu pertempuran Yan Gaoqing gugur sebagai pahlawan. Kaisar yang saat itu telah melarikan diri dari ibu kota dan mendirikan pemerintahan pengasingan di Sichuan mengangkat Yan sebagai deputi mentri keuangan serta melimpahkan padanya kekuasaan militer untuk mendampingi Jenderal Li Guangbi menumpas pemberontakan. Kemudian Yan meraih sejumlah kemenangan atas pemberontak, termasuk memotong jalur logistik mereka dan merebut kembali lebih dari 17 pos-pos militer di Heshuo. Tahun 756, Kaisar Tang Suzong naik tahta dan mempromosikan Yan sebagai menteri pekerjaan. Karena buruknya manajemen militer pasukan Tang, An Lushan berhasil merebut Hebei dengan serangan dadakan. Yan dengan berat hati meninggalkan jabatannya untuk menangkis serbuan itu, ia baru kembali pada jabatannya tahun 757. Kemudian ia diangkat sebagai menteri hukum. Ia sangat vokal menentang korupsi di tingkat pejabat tinggi sehingga berulang kali jabatannya mengalami turun naik. Tahun-tahun terakhirTahun 764, Kaisar Tang Daizong menganugerahi Yan gelar Adipati Lu atas kesetiaan dan jasa-jasanya dalam menumpas pemberontakan An Lushan, ia juga diangkat sebagai guru besar istana yang bertugas membimbing putra mahkota. Namun sifatnya yang keras kepala dan pendiriannya yang teguh tidak disukai oleh perdana menteri Lu Qi yang selalu mencari cara untuk menjatuhkannya. Tahun 784, pada masa pemerintahan Kaisar Tang Dezong, Li Xilie, gubernur militer Huaixi, memberontak dan menyebabkan kepanikan di ibu kota. Lu membujuk kaisar untuk mengirim Yan untuk bernegosiasi dengan Li Xilie di Xuzhou dengan harapan Li akan membunuhnya. Kaisar pun memerintahkan Yan untuk menjalankan tugas berbahaya ini. Yan yang saat itu sudah berusia 75 tahun menerima tugas itu tanpa ragu, padahal teman-temannya dan keluarganya merasa khawatir, anak dan cucunya berusaha membujuknya agar tidak pergi karena sama saja mengantar nyawa, tetapi sebagai abdi negara ia bertekad bulat akan menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Setelah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan, Yan tiba di markas besar Li di Xuzhou. Di depan kediaman Li, ia disambut para prajurit dengan senjata terhunus, mereka menggertak Yan dengan kata-kata kasar dan wajah beringas namun Yan tetap tenang dan menatap mereka dengan marah. Melihat gertakan pertamanya tidak mempan, Li akhirnya keluar dan menyambutnya. Di ruang pertemuan, Yan dengan berani mengutuk Li dan para bawahannya yang memberontak sehingga Li memerintahkan agar ia dijebloskan ke penjara. Beberapa hari kemudian Li memerintahkan orang-orangnya untuk menggali lubang besar. Ia lalu membawa Yan ke depan lubang dan memberi penawaran agar Yan bersumpah setia dan mengabdi padanya atau akan dikubur hidup-hidup, tetapi Yan menolaknya mentah-mentah, ia menyatakan siap mati daripada menyerah pada pemberontak. Li pun tidak dapat berbuat apa-apa selain mengembalikannya ke penjara. Beberapa hari kemudian, Li memerintahkan orang-orangnya untuk menyalakan api yang besar di lapangan. Sekali lagi ia memberikan tawaran menyerah pada Yan atau akan dibakar hidup-hidup. Namun Yan malah berjalan ke arah api tanpa rasa takut. Bagaimanapun Li masih membutuhkan tenaga orang terpelajar dan berpengalaman dalam pemerintahan seperti Yan sehingga ia memerintahkan pengawalnya untuk menghentikan langkah Yan, ia pun kembali dipenjara. Tak lama kemudian, Li Xilie mengangkat dirinya sebagai kaisar. Mendengar hal ini, Yan mengutuk Li dengan keras, ia menyebutnya sebagai pemberontak tidak tahu malu. Ia juga bersumpah tidak akan pernah menyerah padanya. Li Xilie akhirnya kehabisan akal untuk membujuknya sehingga memerintahkan agar Yan dihukum mati. Tahun 785, Yan Zhenqing, pejabat setia itu, dihukum mati dengan cara dicekik di Kuil Longxing di Caizhou, Henan. Pada saat-saat terakhirnya pun ia terus mengutuk Li dan di wajahnya tidak pernah terlihat ekpresi takut. Ketika mendengar kabar kematiannya, Kaisar Dezong meliburkan dewan pemerintahan selama lima hari sebagai tanda berkabung dan menganugerahkan gelar anumerta Wenzhong bagi Yan Zhenqing. Kematiannya yang mulia ditangisi oleh rakyat dan tentara. Sebuah kuil dibangun untuk memperingatinya. Pada masa Dinasti Song, kuil itu dipindahkan ke Shandong dan kini menjadi salah satu objek wisata. Prestasi di bidang kaligrafiPrestasi Yan Zhenqing di bidang ini disejajarkan dengan Wang Xizhi yang dianggap nabi kaligrafi. Spesialisasinya adalah tulisan kaishu dan tulisan cao, selain itu ia juga menguasai tipe-tipe tulisan lainnya. Gayanya yang disebut gaya Yan dalam tulisan kai, membawa Tiongkok dalam era baru yang menekankan pada ketebalan dan kebesaran karakter-karakter hanzi. Seperti kebanyakan ahli-ahli kaligrafi lain, Yan juga mempelajari keahliannya dari ahli-ahli lain seperti Zhang Xu dan Chu Suiliang. Zhang sangat ahli dalam tulisan cao yang menekankan pada komposisi dan urutan goretan secara keseluruhan; sementara Chu terkenal dengan gaya penulisannya yang lemah gemulai dan memurnikan tulisan kai. Yan juga mendapatkan inspirasi dari gaya Wei Bei yang berasal dari suku minoritas utara yang terfokus pada kekuatan dan kesederhanaan. Karya-karya kaligrafi Yan yang terkenal antara lain:
PengaruhGaya kaligrafi Yan Zhenqing mengasimilasi intisari kaligrafi dalam lima ratus tahun sebelumnya. Hampir semua ahli kaligrafi setelah zamannya terpengaruh oleh gayanya. Seorang master kaligrafi bernama Liu Gongquan pernah belajar di bawah bimbingannya. Yang Ningshi, seorang ahli kaligrafi terkenal pada Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Negara, sepenuhnya mewarisi gaya Yan dan mempertegas goresannya. Trend meniru gaya Yan ini mencapai puncaknya pada masa Dinasti Song. “Empat ahli kaligrafi besar” zaman Song yaitu Su Shi, Huang Tingjian, Mi Fu, dan Cai Xiang semua mempelajari gaya Yan. Su Shi bahkan mengklaim bahwa kaligrafi Yan Zhenqing tiada tandingannya sepanjang sejarah. Setelah zaman Song, popularitas Yan Zhenqing sedikit menurun karena para ahli kaligrafi cenderung mencoba cara yang lebih abstrak dalam berekspresi. Namun gaya Yan masih tetap dianggap penting, beberapa ahli kaligrafi terkenal seperti Zhao Mengfu dan Dong Qichang dikatakan terinspirasi oleh gaya Yan. Pada masa kontemporer, ahli kaligrafi terkemuka seperti Shen Yinmo dan Sha Menghai melakukan riset mendalam terhadap gaya Yan sehingga gaya ini kembali populer. Dewasa ini, hampir semua orang yang mempelajari kaligrafi Tiongkok meniru gaya Yan ketika pertama kali mengambil kuas. Pengaruh Yan Zhenqing juga menyebar ke luar negeri seperti Korea, Jepang, dan Asia Tenggara. Referensi
|