Kolese Kanisius
Kolese Kanisius (bahasa Inggris: Canisius College, bahasa Latin: Collegium Canisianum) dengan akronim CC (dieja menyesuaikan ejaan lama, atau [sésé]) adalah lembaga pendidikan bernapaskan iman Katolik yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1927, dengan seorang rohaniwan Yesuit, Pater Dr. J. Kurris SJ, sebagai direktur Kolese Kanisius yang pertama. Hingga kini Kolese Kanisius dikenal dengan lembaga pendidikan khusus laki-laki.[2][3] Nama Kanisius diambil dari santo pelindung sekolah, Santo Petrus Kanisius. Kolese Kanisius memiliki semangat dasar yaitu 4C dan 1L: Competence, Compassion, Commitment, Conscience, dan Leadership. Kolese Kanisius dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu sekolah yang memiliki larangan ketat dalam menyontek. Sejarah berdiriPeriode awal (1927–1931)Kolese Kanisius berdiri pada tanggal 24 Oktober 1926 dan Imam Dr. J. Kurris, SJ sebagai direktur (Kolese Kanisius) yang pertama. Kelas pertama dimulai pada tanggal 1 Juli 1927 sebagai AMS (Algemene Middlebare School).[1] Pembangunan gedung dengan asrama, aula, dan lapangan tenis selesai tanggal 1 Juli 1929. Pada 26 Oktober 1931, status Kolese Kanisius lengkap dan Imam van Hoof, S.J., diangkat sebagai rektor yang pertama. Masa kemajuan (1931–1952)Meskipun telah memiliki gedung baru, murid, dan staf guru yang lengkap, kekurangan selalu membuntuti Kolese Kanisius. Maka dimulailah pembentukan kelompok pendidikan pada tahun-tahun tersebut, di antaranya paduan suara, orkestra, perkumpulan sandiwara dan majalah. Pada tahun 1938, Imam van Hoof digantikan oleh Imam de Quay, SJ. dengan tugas membangun HBS. Pada tahun yang sama memulai membangun gedung baru 2 tingkat beserta asrama yang berada di sayap kanan, namun pembangunan sempat tertunda karena perang dunia II, kegiatan belajar-mengajar di Kanisius dan sekolah ini dijadikan Sekolah Menengah Tinggi Negeri. Baru tanggal 1 Januari 1946, Kanisius kembali dibuka dan pembangunan HBS kembali dilanjutkan oleh RP Bastiaan, S.J., sampai tahun 1948. Rektor pada tahun 1940–1947 adalah R.P. van den Linden, S.J., dan kemudian digantikan R.P. Ingen Housz, S.J. Tanggal 1 Agustus 1949, kegiatan di Kanisius dapat kembali berjalan normal. Sebelum akhir tahun 1949, murid-murid Kanisius menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya, setelah adanya penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda. Tahun 1952, Kanisius merayakan peringatan 25 tahun Kolese. Perayaan itu diisi acara parade sepeda hias. Selain itu, muncul beberapa cabang olahraga baru, seperti bola basket, bola tangan, dan gerak jalan. Periode 1952–1967Mulai tahun ajaran 1952-1953 (Kolese Kanisius) mengubah arah dan haluan pendidikan. Pada tahun 1952, Kolese Kanisius mulai menghapus HBS dan membuka SMP dan SMA[5] dipimpin oleh Imam Kreekelberg, S.J., sebagai direktur (SMP merangkap SMA) (sekarang P. Kiswara, SJ). Dalam kurun waktu 15 tahun, siswa SMP dan SMA Kanisius selalu mencapai angka kelulusan 90-100% dalam Ujian Penghabisan Negeri. Tahun 1962, Kolese Kanisius dipercaya untuk membuka kelas percobaan bagian A dan C. Untuk memenuhi peraturan P&K yang berlaku, maka Sutaryo Komara diangkat menjadi direktur SMA, karena jumlah kelasnya sudah lebih dari 12 kelas. Sejak 1 Agustus 1964, P. Jeuken, SJ menjadi direktur SMP-SMA menggantikan Imam Krakeelberg, S.J., yang mengembangkan mata pelajaran menjadi 4 jurusan yaitu ilmu budaya, ilmu sosial, ilmu pasti, dan ilmu pengetahuan alam. Untuk mempererat hubungan dengan sekolah lain, diadakanlah PORASKA (Pertandingan Antara Sekolah Katolik). Karena pertandingan ini tidak hanya melibatkan pria, maka Kolese Kanisius bekerja sama dengan SERVIAM (SMA Santa Ursula dan SMA Santa Theresia). Selain itu juga dibentuk Koor Malam Kesenian tahun 1967 dengan kedua SMA tersebut. PPSK (Persatuan Pelajar Sekolah Katolik) didirikan sebagai cikal bakal pengurus OSIS di kemudian hari. PPSK Kanisius juga ikut membantu usaha memberantas PKI (Partai Komunis Indonesia). Bulan Maret 1966, para siswa berjaga di depan sekolah dengan menggunakan senjata pinjaman dari siswa yang orangtuanya anggota ABRI. Kegiatan lain yang muncul di Kanisius adalah siaran radio amatir Pemancar Kanisius. Periode 1967–1977Tahun 1967, untuk pertama kalinya Kolese Kanisius dipimpin oleh alumninya sendiri, yaitu Imam Prayitno, S.J.[6] Kolese Kanisius juga merayakan perayaan ke-40 secara terbatas di kalangan alumni saja. Pada tahun ini juga, asrama sekolah ditiadakan dan diubah menjadi ruang kelas. Di segi pendidikan, terjadi perubahan kurikulum, yaitu jurusan berkurang menjadi 3, yaitu sastra budaya, ilmu pasti-alam, dan ilmu sosial-ekonomi. Diadakan juga ujian bersama dengan sekolah lain, seperti Pangudi Luhur, Santa Theresia, Santa Ursula, Budi Mulia, dan lain-lain. Tahun 1974, pimpinan SMP Kanisius diserahkan pada Imam Sewaka, S.J., dan Imam Jeuken, S.J. sehingga tidak ada lagi pimpinan merangkap jabatan SMP dan SMA. Kompleks pastoran juga dibangun. Pada perayaan kolese ke-50 tahun 1977, diadakan balap reli motor tanggal 17 Juli 1977. Selain itu juga ada bazaar murah, yang pendapatannya disumbangkan ke sekolah kurang mampu di Jawa Tengah. Tahun 1974 Kanisius juga menerapkan sistem Credit Point untuk menindaklanjuti kurikulum dari Kanwil P&K DKI Jakarta. Sistem ini digunakan untuk meningkatkan mutu lulusan SMP dan SMA sesuai dengan bakatnya masing-masing. Selain itu, gedung baru bertingkat 2 juga dibangun dengan bantuan Pemerintah Belanda. Selama kurun 10 tahun (1966-1976), ada 3 sistem pendidikan yang berbeda, yaitu Ujian Penghabisan Negeri (1966-1970), Ujian Penghabisan Sekolah (1971-1975) dan sistem Credit Point (mulai 1976). Imam Jeuken, S.J., kemudian digantikan Pater yang sebelumnya menjabat sebagai rektor IKIP Sanata Dharma. Istilah rektor kemudian diganti menjadi superior. Periode 1977–1987Tahun 1982, SMA Kanisius menjadi sampel tes nasional, di mana Kanisius diminta 20 muridnya untuk menentukan batas kemampuan belajar.[7] Tahun itu juga mulai diadakan EBTANAS dengan pelajaran yang diujikan yaitu PMP/PKn dan Bahasa Indonesia. Pater Drost, S.J. juga ikut menyusun dan memantapkan kurikulum 1984, di mana terdapat PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Kolese Kanisius juga mendapat kemajuan pesat di bidang seni. Frater Aziz Mardopo, S.J., (sub moderator 1981-1983) dan Frater Sandiawan Sumardi, S.J., (sub moderator 1983-1985) mendirikan satu ekskul baru bernama Craddha (teater dan drama Kolese Kanisius) yang anggotanya juga murid dari Santa Ursula, Santa Maria, dan Tarakanita. Diadakan juga acara Malam Puisi di mana dihadiri penyair dari TIM. Saat itu, ekskul Canipress mengalami kekurangan dana. Redaksi majalah menolak kalau harga majalah dinaikkan, sehingga sebagai gantinya uang sekolah muridlah yang dinaikkan. Pada Hari Pers 1987, Canipress diundang majalah Nona untuk mengikuti lomba koran dinding dan berhasil menjadi juara nasional. Sejak saat itu, perkembangan majalah dan koran dinding di SMP dan SMA dimulai. Periode 1987–2002Pada tahun 1991 meremajakan dua bangunan depan Menteng Raya 66 dan 68 karya arsitek Belanda, Fermon-Cuypers dengan menghancurkannya dan membangun gedung baru 4 lantai, dengan lotengnya sebagai markas PAKKJ (Perhimpunan Alumni Kolese Kanisius Jakarta). Fasilitas baru pun tersedia, seperti kantin, lapangan parkir, ruangan kelas baru untuk SMA, aula, dan laboratorium SMA. Aula lama di belakang yang tadinya hanya 1 lantai pun dibangun menjadi 2 lantai. Awal tahun 2000, ditetapkan aturan baru mengenai menyontek. Siswa SMP: sekali menyontek tidak bisa masuk SMA, dan 2 kali menyontek keluar dari SMP, dan SMA: satu kali menyontek langsung dikeluarkan dari SMA. Pater E. Baskoro Poedjinoegroho, SJ menjadi Kepala SMA Kanisius awal tahun 2001 menggantikan Imam Riyo Mursanto, S.J. Kepala SMP juga diganti, dari Bapak A.J. Djuwarta menjadi Bruder Triyono, S.J. Sedangkan moderator SMP dijabat Imam Guido K. Hidayat, S.J. Kanisius sebagai KoleseHingga kini Kanisius membuka kelas SMP (VII, VIII, IX) dan kelas SMA (X, XI IPA dan IPS, XII IPA dan IPS). Yang menjadi ciri khas dari Kanisius adalah sifatnya sebagai kolese (college), di mana siswa tak hanya dibangun diri sebatas akademiknya saja namun memiliki sifat rohani dan beberapa sifat kelakuan yang ditonjolkan, yang dikenal dengan 4C dan 1L. Prinsip 4C ini adalah Competence (kepintaran), Conscience (hati nurani), Compassion (kepedulian terhadap sesama), dan Commitment (komitmen). Sementara prinsip 1L yang dimaksud adalah Leadership (kepemimpinan). Dari prinsip ini dikembangkan beberapa prinsip lain yang berdasarkan 4C dan 1L ini, yakni sikap kejujuran, sikap "man for and with others" (kita hidup untuk dan bersama sesama), berbagai Semangat Ignatian yang dibangun oleh Ignatius Loyola. Semangat Ignatian yang dibangun adalah Ad Maiorem Dei Gloriam (Demi Lebih Besarnya Kemuliaan Tuhan), magis (selalu semakin baik dari hari-ke-hari), refleksi, diskresi (mampu membedakan perbuatan baik dan jahat). BiayaBiaya sekolah tiap siswa berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya subsidi silang antara siswa yang mampu untuk siswa yang tidak mampu. Biaya yang dikeluarkan bergantung pada keadaan finansial dari keluarga siswa. Masing-masing orang tua atau wali dan peserta didik akan diundang dalam wawancara selama proses seleksi. Hasil wawancara tidak hanya menentukan calon siswa mana yang akan diterima, namun akan menentukan berapa yang harus dibayarkan untuk seorang murid. Setiap siswa yang kurang mampu dapat meminta dan/atau menerima beasiswa atau keringanan biaya dari yayasan. FasilitasKolese Kanisius memiliki beberapa fasilitas sekolah, misalnya lapangan sepak bola yang langsung menyambut pengunjung yang datang. Kemudian terdapat dinding panjat untuk latihan panjat gunung. Di gedung utama terdapat laboratorium fisika, laboratorium biologi, laboratorium kimia, dan beberapa laboratorium komputer, serta laboratorium bahasa. Disediakan 1 aula di lantai 4 gedung utama dan 2 ruangan rapat/pertemuan. Di gedung perpustakaan terdapat pula kantor administrasi, ruang kepala sekolah, dan di atasnya tersedia aula yang memiliki panggung drama. Selain itu terdapat 2 lapangan bola voli luar gedung, 1 lapangan bola basket luar gedung, 4 lapangan kecil untuk latihan basket, 1 sport hall yang dapat dijadikan 1 lapangan bola basket dalam ruangan dan 3 lapangan bulu tangkis dalam ruangan. Sport hall ini biasa digunakan untuk misa akbar. Sebagai sekolah Katolik, Kolese Kanisius memiliki 1 kapel dan 1 gua Bunda Maria di sisi utara. Ekstrakurikuler
Komunitas - komunitas non ekstrakurikuler
Jam belajarProses belajar mengajar atau intrakurikuler di Kolese Kanisius dilaksanakan pada hari Senin hingga Jumat untuk siswa SMA dengan jam belajar dari pukul 07:00 sampai 14.45 WIB (Senin-Kamis), 07.00 sampai 14.00 WIB (Jumat). Kegiatan ekstrakurikuler, seni wajib budaya,dan muatan lokal dilaksanakan setelah jam intrakurikuler. Untuk siswa SMP, jam belajar dimulai pada pukul 07:00 sampai 13:30 WIB (Senin-Jumat) dan hari Sabtu libur. AlumniPerhimpunan Alumni Kolese Kanisius Jakarta (atau disingkat PAKKJ) merupakan wadah alumni yang akan membantu para lulusan Kanisius setelah menyelesaikan masa SMP dan SMA, misalnya dengan bantuan beasiswa dan bursa kerja. Selain itu, PAKKJ juga sering kali mengadakan kegiatan berkala untuk mendukung solidaritas antarangkatan, termasuk dengan mereka yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Sekretariat PAKKJ terletak di lantai 5 gedung utama Kolese Kanisius Jakarta. Dewan Pembina PAKKJ periode 2003–2006 diketuai oleh Fauzi Bowo, sedangkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat adalah Michael Tedja dengan Sekretaris Jenderal Jacobus Dwihartanto. Untuk periode 2006–2009, Ketua Umum DPP adalah Jacobus Dwihartanto dengan Sekretaris Jenderal Phoa Bing Hauw. Ketua Dewan Pembina adalah Fauzi Bowo. Pada kepengurusan periode 2009–2012, Dewan Pembina PAKKJ diketuai oleh Fauzi Bowo, sedangkan Dewan Pengurus Pusat dipimpin oleh Adhi I. Anondo sebagai Ketua Umum dan F.X. Arifadi Budiarjo sebagai Sekretaris Jenderal. Berikut ini adalah beberapa daftar alumni dari Kolese Kanisius (SMP dan/atau SMA) yang telah dikenal[kenetralan diragukan] masyarakat[siapa?] luas[sumber mendukung?]:
Lihat jugaReferensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Kolese Kanisius. |