Klorpromazin
Klorpromazin atau 2-Kloro-10-(3-(dimetilamino)propil)fenotiazin adalah obat yang termasuk antipsikotik dan antiemetik. Klorpromazin adalah senyawa fenotiazin, yang mempunyai rumus molekul C22-H26-N2-O4-S dan berat molekul 414.5234.[3] Klorpromazin dikembangkan pada tahun 1950 dan merupakan obat golongan antipsikotik pertama.[4][5] Obat ini ada dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, obat teraman dan paling efektif yang diperlukan dalam sistem kesehatan.[6] Penemuannya telah dilabeli sebagai salah satu terobosan besar dalam sejarah psikiatri.[7][8] Obat ini bisa digunakan secara oral (diminum), secara intramuscular atau intravena.[9] Mekanisme AksiKlorpromazin adalah neuroleptik yang bekerja dengan cara memblokir reseptor dopamin post-sinaptik dalam sistem dopaminergik mesolimbik dan menghambat pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisis.[10] IndikasiKegunaan klorpromazin adalah untuk mengobati gangguan psikotik seperti skizofrenia atau manik-depresi pada orang dewasa; Juga digunakan pada orang dewasa untuk mengobati mual dan muntah, kecemasan sebelum operasi, cegukan kronis, porfiria intermiten akut, dan gejala tetanus; Pada anak-anak usia 1 hingga 12 tahun, klorpromazin digunakan untuk mengobati masalah perilaku yang parah (seperti perilaku agresif atau eksplosif) atau hiperaktif dengan aktivitas motorik yang berlebihan.[11] KontraindikasiHipersensitif terhadap klorpromazin ; Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya, koma, supresi sumsum tulang; feokromositoma; ibu menyusui.[12] Efek SampingTardive dyskinesia (terapi jangka panjang). Gerakan ekstremitas yang tidak disengaja juga dapat terjadi. Mulut kering, sembelit, retensi urin, midriasis, agitasi, insomnia, depresi dan kejang; hipotensi postural, perubahan EKG. Reaksi alergi kulit, amenorea, ginekomastia, pertambahan berat badan. Hiperglikemia dan meningkatkan kolesterol serum.[12] Efek samping yang berpotensi fatal : Agranulositosis. Kematian seketika terkait dengan takiaritmia ventrikel. Peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan stroke panas. Sindrom ganas neuroleptik, disfungsi ekstrapiramidal.[12] Penggunaan klorpromazin mempunyai risiko terjadinya kejang.[13] Efek samping seperti Tardive dyskinesia (gerakan-gerakan tubuh yang tidak disengaja, berulang-ulang) dan akatisia (perasaan gelisah dan ketidakmampuan untuk tetap diam) dari klorpromazin lebih jarang bila dibandingkan dengan obat antipsikotik lain seperti haloperidol.[14] atau trifluoperazin, dan beberapa bukti menunjukkan bahwa, dengan dosis konservatif, potensi kejadian efek samping klorpromazin yang seperti itu mungkin sebanding dengan agen yang lebih baru seperti risperidon atau olanzapin.[15] InteraksiMengkonsumsi makanan sebelum menggunakan obat klorpromazin secara oral mengurangi penyerapannya, demikian juga penggunaan bersamaan dengan benztropin juga dapat mengurangi penyerapan klorpromazin. Alkohol juga dapat mengurangi penyerapan klorpromazin. Antasida memperlambat penyerapan klorpromazin. Litium dan perawatan kronis dengan barbiturat dapat meningkatkan laju ekskresi renal klorpromazin secara signifikan. Antidepresan trisiklik (TCA) dapat menurunkan klirens klorpromazin dan karenanya meningkatkan pajanan klorpromazin. Penggunaan bersamaan dengan penghambat CYP1A2 seperti siprofloksasin, fluvoksamin atau vemurafenib dapat mengurangi pembersihan klorpromazin dan karenanya meningkatkan pajanan dan berpotensi juga meningkatkan risiko efek samping. Klorpromazin juga dapat mempotensiasi efek depresan SSP dari obat-obatan seperti barbiturat, benzodiazepin, opioid, Litium dan anestesi dan karenanya meningkatkan potensi efek samping seperti depresi pernapasan dan sedasi.[9] Obat ini juga merupakan penghambat moderat CYP2D6 dan juga substrat untuk CYP2D6 dan karenanya dapat menghambat metabolismenya sendiri. Obat ini juga dapat menghambat pembersihan substrat CYP2D6 seperti dekstrometorfan dan karenanya juga mempotensiasi efeknya. Obat-obat seperti kodein dan tamoksifen yang memerlukan aktivasi yang dimediasi CYP2D6 ke masing-masing metabolit aktifnya mungkin efek terapeutiknya berkurang.[16] Demikian juga penghambat CYP2D6 seperti paroksetin atau fluoksetin dapat mengurangi pembersihan klorpromazin dan karenanya meningkatkan kadar klorpromazin dalam serum dan pada akhirnya berpotensi meningkatkan efek sampingnya. Klorpromazin juga mengurangi kadar fenitoin dan meningkatkan kadar asam valproat. Obat ini juga mengurangi pembersihan propranolol dan bertindak sebagai antagonis pada efek terapi agen antidiabetik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena fakta bahwa klorpromazin bersifat antagonis reseptor D2 yang merupakan salah satu reseptor dopamin, Amfetamin, dan antikoagulan. Obat ini juga dapat berinteraksi dengan obat antikolinergik seperti orfenadrin yang menghasilkan hipoglikemia (gula darah rendah).[9] Referensi
|