Kisah Para Rasul 5
Kisah Para Rasul 5 (disingkat Kis 5) adalah pasal kelima Kitab Kisah Para Rasul, dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen, yang ditulis oleh Lukas, seorang Kristen dan teman seperjalanan Rasul Paulus.[1] Pasal ini berisi kisah perkembangan gereja mula-mula yang menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam (Ananias dan Safira), maupun dari luar (Mahkamah Agama Yahudi).[2] Teks
StrukturTerjemahan Baru (TB) membagi pasal ini:
Ayat 1-11Ananias dan Safira adalah dua orang dalam gereja mula-mula yang berkomplot untuk berdusta. Harta hasil penjualan tanahnya tidak diberikan seluruhnya sebagai persembahan di dekat kaki Rasul-rasul, termasuk Petrus. Namun, atas kuasa Roh Kudus, perbuatan mereka diketahui dan mereka dikatakan mendustai Roh Kudus karena dikuasai Iblis. Lalu keduanya mati, yang pertama Ananias, lalu tiga jam kemudian Safira, yang bersaksi sama (dusta) dengan suaminya.[3] Ayat 15
Ayat 16
Para rasul melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan sendiri; mereka menyembuhkan orang yang dirasuk setan (lihat Markus 1:34) dan kenyataan ini menjadi tanda yang terpenting bahwa kerajaan Allah telah datang dengan kuasa di antara manusia.[6] Tidak pernah salah untuk berdoa supaya melalui Roh Kudus orang dapat melakukan hal-hal yang baik dan menyembuhkan mereka yang sakit dan dikuasai setan (Kisah Para Rasul 4:30).[6] Ayat 29
Petrus menempatkan otoritas Allah (dalam wujud perintah Yesus di pasal 1 ayat 8 di atas otoritas imam-imam yang melarang mereka bersaksi di pasal 5 ayat 28 (dengan demikian bertentangan dengan perintah Yesus). Pertanyaan yang harus senantiasa ditanyakan oleh orang percaya ialah, "Apa yang berkenan di hadapan Allah?" dan bukan, "Apakah hal itu bijaksana, aman, menyenangkan dan disukai orang lain?" (bandingkan Galatia 1:10).[6] Ayat 34
Pada Kisah Para Rasul 4:1 dan Kisah Para Rasul 5:7 disebutkan bahwa ada suatu kelompok Saduki yang berpengaruh di dalam Sanhedrin, karenanya pada ayat ini secara khusus dinyatakan bahwa Gamaliel adalah seorang Farisi.[9] Tidak diragukan bahwa hal ini saja sudah membuatnya cenderung menentang pendapat anggota kelompok Saduki, dan lebih-lebih jika doktrin "Kebangkitan Orang Mati" dipertanyakan (lihat Kisah Para Rasul 23:6–8), apalagi Gamaliel yang disebut di sini juga sama dengan dalam Kisah Para Rasul 22:3, di mana pada kakinya rasul Paulus dibesarkan di Yerusalem, dan dikenal dalam Talmud sebagai "Rabban Gamaliel yang Tua" (untuk membedakan dengan cucunya yang bernama sama, dengan tambahan julukan "Yang Muda"), cucu Hillel, pemimpin "Sekolah Hillel", dan pada suatu waktu menjadi presiden Sanhedrin, salah satu Doktor Yahudi yang paling terkenal (sebagaimana ditunjukkan oleh gelar "Rabban", yang hanya diberikan kepada enam orang selain dia).[9] Deskripsi sebagai Doktor Hukum (Taurat), penghormatan orang banyak dan penggambarannya sebagai seorang guru yang besar, terpelajar dalam kesempurnaan hukum-hukum para leluhur, dan kemasyhurannya menjadi perisai bagi para muridnya (seperti dalam Kisah Para Rasul 22:3; kesesuaian kronologi dan pengaruhnya di Sanhedrin, yang dikuasai oleh kelompok Saduki, kesesuaian karakternya maupun perkataannya sebagaimana ditulis dalam Talmud, membuat identitasnya sudah dipastikan tanpa keraguan.[9] Ayat 37
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|