Isak Doera
Mgr. Isak Doera (29 September 1931 – 19 Mei 2012) adalah Uskup Emeritus Sintang yang telah menjabat sejak ditunjuk pada 1976 hingga mengundurkan diri pada 1996. Latar belakangIsak Doera dilahirkan dari pasangan keluarga katekis, Mikhael Bhoka dan Clara Maru.[2] Ia merupakan anak pertama dari 9 bersaudara. Ia menamatkan studi di Seminari Menengah Santo Yohanes Berchmans Todabelu, Mataloko, Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur pada tahun 1952. Ia kemudian melanjutkan studinya di Seminari Tinggi Santo Petrus, Ritapiret, Maumere, Flores hingga tamat pada tahun 1958. KaryaPastor Doera ditahbiskan menjadi imam diosesan Endeh pada 18 Januari 1959 oleh Mgr. Antoine Hubert Thijssen, S.V.D., Vikaris Apostolik Endeh sekaligus Uskup Tituler Nilopolis di Gereja Katedral Ende, Flores, NTT. Ia mengambil moto tahbisan imamat "Salib Kristus, Salib Cinta, Salib Selamat". Sebagai imam, sejak 1 Agustus 1961 ia menjabat sebagai Kepala Yayasan Vedapura (Bajawa) dan penilik Sekolah Katolik. Ia turut berkiprah sebagai Anggota DPRD Tingkat II Ngada sebagai Wakil Golongan Karya Alim Ulama Katolik sejak 1961 hingga 1966. Pada masa yang sama, ia menjadi penasehat rohani bagi Partai Katolik Daerah Tingkat II Ngada dan Moderator Pemuda Katolik Bajawa. Ia sempat juga menjadi Penasehat Susila Ikatan Petani Pancasila. Berdasarkan radiogram Kepala Pusat Rawatan Rohani Katolik Angkatan Darat tertanggal 20 Juli 1966, radiogram Kepala Rawatan Rohani Katolik Kodam XVI/Udayana tertanggal 27 Juli 1966, dan Surat Perintah Dandim 1605 Ende tertanggal 8 Agustus 1966, ia bertugas sebagai Pastor ABRI di Jakarta dengan pangkat Mayor Tituler dan bertugas di Pusrohkat Angkatan Darat. Pada Juni 1967, ia ditugaskan sebagai Pastor Tentara dengan menjadi Kepala Rohkatdam XII/Tanjungpura di Pontianak, Kalimantan Barat. Karena tugas perutusan ini, ia tinggal di Pastoran Katedral Pontianak sejak 5 September 1967. Dalam kariernya, ia berperan menjembatani tentara-rakyat agar pasca kerusuhan etnis Tionghoa-Dayak tidak terjadi chaos. Ia kemudian menjadi Pastor Kepala di Paroki Katedral Kristus Raja, Sintang, sejak 5 Mei 1975. Pada 9 Desember 1976, ia ditunjuk sebagai Uskup Sintang, meneruskan kepemimpinan Mgr. Lambertus van Kessel, S.M.M. Pengumuman pengangkatan ini berlangsung pada 2 Februari 1977. Ia ditahbiskan menjadi Uskup di Gereja Katedral Sintang pada 19 Mei 1977, oleh Uskup Agung Semarang, Justinus Kardinal Darmojuwono. Bertindak sebagai Uskup Penahbis Pendamping adalah Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, O.F.M. Cap. dan Uskup Ruteng, Mgr. Vitalis Djebarus, S.V.D. Mgr. Doera terkenal dengan karya fenomenalnya mengimpor tenaga pastoral untuk masuk ke Sintang, seperti 1.000 guru SD dari NTT (tahun 1977), para imam Serikat Sabda Allah (SVD) tahun 1978, para suster Kongregasi Soeurs de la Charite de Sainte Jeanne Antide Thouret (SdC) pada tahun 1980, dan para suster Ursulin (OSU) tahun 1980. Dalam bidang pendidikan, ia mendirikan Seminari Tinggi Betang Batara di Bandung untuk para calon imam Keuskupan Sintang pada tahun 1983, sampai akhirnya ditutup dan kemudian dipindahkan ke Malang pada tahun 2002. Ia juga membuka Seminari Menengah Santo Yohanes Maria Vianney di Teluk Menyurai, Kalimantan Barat tahun 1994. Para seminaris juga dikirim ke Flores, Nusa Tenggara Timur. Ia turut memajukan perekonomian masyarakat Dayak, dengan mengembangkan Komisi Sosial Ekonomi, mendatangkan para mantri tani dan petani dari Jawa untuk menularkan cara bersawah.[3] Sebagai Anggota KWI, ia menjadi Ketua Komisi PSE pada periode 1979–1982 dan 1982–1985, kemudian menjadi Ketua KOMSOS pada periode 1988–1991 dan 1991–1994.[4] Ia juga dikenal sebagai sosok yang sederhana dari sisi penampilan, termasuk pernah mengajarkan pertanian kepada umat di daerah Kelam dan mengusahakan adanya perkebunan karet di daerah Nobal. Ia juga dikenal sebagai sosok yang keras dalam kebijakannya. Mgr. Doera mengundurkan diri sebagai Uskup Sintang pada 1 Januari 1996. Sejak menjadi Uskup Emeritus Sintang, ia tinggal di Jakarta. Selama pensiun, Mgr Isak Doera tercatat sebagai pembimbing rohani Pelayanan Kasih Bhakti Mandiri sejak 28 Maret 2007.[5][6] Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Sint Carolus, Jakarta pada 19 Mei 2012 pukul 10.10, tepat pada peringatan 35 tahun tahbisan episkopatnya.[7][8][9] Ia meninggal karena mengalami komplikasi beberapa penyakit dan gangguan saraf.[10] Referensi
Pranala luar
|