Vitalis Djebarus
Mgr. Vitalis Djebarus, S.V.D. (26 Februari 1929 – 22 September 1998) adalah Uskup Denpasar sejak terpilih pada 1980 hingga wafat pada 1998. Sebelum menduduki jabatan ini, ia merupakan Uskup Ruteng sejak terpilih pada 17 Maret 1973 hingga terpilih sebagai Uskup Denpasar. PendidikanPada tahun 1942, Djebarus menamatkan Vervolgschool (VVS) di Ruteng, dan melanjutkan pendidikannya di Seminari Menengah di Mataloko. Pada tahun 1950, ia masuk novisiat SVD di Ledalero, dan selanjutnya menyelesaikan studi di sana. KaryaDjebarus ditahbiskan menjadi imam Serikat Sabda Allah pada tanggal 14 Januari 1959 di Ledalero. Ia kemudian berkarya di Ledalero selama 12 tahun. Pada tahun 1961, ia mengikuti kursus jurnalistik di Munchen, Jerman, dan selanjutnya studi teologi asetis di Universitas Angelicum, Roma.[3] Pada 29 Januari 1972, Mgr. Wilhelmus van Bekkum, S.V.D. secara tertulis menyatakan pengunduran diri dari Keuskupan Ruteng. Pernyataan ini dibacakan oleh Uskup Agung Ende pada 30 Januari 1972 di Gereja Katedral Ruteng. Hal ini disusul dengan pengumuman dekret Kongregasi Penyebaran Iman tentang pengangkatan Djebarus sebagai Administrator Apostolik Ruteng. Pada 31 Januari 1972, Vitalis menerima pengangkatan sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng. Pada 17 Maret 1973, Tahta Suci menunjuknya sebagai Uskup Ruteng. Pada 5 Mei 1973 ia ditahbiskan menjadi uskup oleh Uskup Agung Joseph Mees yang merupakan Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan bergelar Uskup Agung Tituler Ypres. Uskup Agung Ende Donatus Djagom, S.V.D. dan Uskup Kupang Gregorius Manteiro, S.V.D. bertindak sebagai Uskup Penahbis Pendamping. Seiring masa indonesianisasi, karya-karya dalam bidang pemandirian telah mulai ditanam. Ide dan visi tentang gereja mandiri dengan pelbagai aspeknya juga mulai dirintis.[4] Djebarus memberikan program Paroki Berdikari yang meliputi tiga bidang, yakni pemberdikarian mental, pemberdikarian material, dan pemberdikarian personil. Selain program pemberdikarian, ia turut mengembangkan kerja sama antara Gereja dan Pemerintah. Dalam cara yang elegan, ia kerapkali mengkritisi kebijakan pemerintah yang kurang rasional, termasuk pada 7 Juni 1977 ia melakukan penarikan kembali perbantuan semua Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Yayasan SUKMA (Yayasan Persekolahan Umat Katolik Manggarai).[5] Pada 4 September 1980, ia ditunjuk sebagai Uskup Denpasar untuk meneruskan kepemimpinan di sana, setelah Paulus Sani Kleden meninggal dunia dan diisi oleh Mgr. Antonius Hubertus Thijssen, S.V.D. sebagai Administrator Apostolik Denpasar yang kemudian mundur karena alasan kesehatan. Untuk Keuskupan Ruteng, R.P. Gerardus Mezemberg, S.V.D. bertugas menjadi Vikaris Kapitularis sebelum digantikan R.D. Max Nambu sebagai Administrator Diosesan pada 15 Desember 1983. Djebarus dilantik sebagai Uskup Denpasar pada tanggal 13 Januari 1981. Dalam masa kepemimpinannya, karya pendidikan, kesehatan, dan karya sosial menjadi perhatian. Pada 24 November 1990, Gereja di Pulau Sumbawa yang sebelumnya masuk dalam wilayah Keuskupan Weetebula digabungkan dengan wilayah Keuskupan Denpasar. Serah terima dilakukan antara Djebarus dengan Uskup Weetebula Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, S.V.D.[6] Dalam masa kegembalaannya, pembangunan Gereja Katedral Denpasar juga mulai diwujudkan. Sejak tahun 1996, kesehatannya mulai menurun. Ia kemudian meninggal dunia pada 22 September 1998 di Rumah Sakit Sint Carolus, Jakarta. Jenazahnya dibawa ke Denpasar untuk dimakamkan di Palasari pada 24 September 1998. ReferensiPranala luar
|