Insiden Laconia
Insiden Laconia adalah sederatan kejadian yang bersangkutan dengan tenggelamnya kapal tentara Inggris di Samudra Atlantik dalam Perang Dunia II serta serangan terhadap upaya penyelamatan korban. Urutan kejadianSerangan JermanPukul 22.00, 12 September 1942. Kapal selam Jerman U-156 sedang berpatroli di Atlantik Selatan di lepas pantai sebuah tonjolan yang terletak di tengah-tengah Afrika antara Liberia dengan Pulau Ascension. Dengan melihat melalui periskop andalannya, Werner Hartenstein memergoki sebuah kapal Sekutu yang sedang berlayar sendirian. Dia lalu memutuskan untuk tidak melewatkan kesempatan ini dan menyerang.[1] Tak lama, sebuah torpedo meluncur dari U-156 dan dengan telak menghantam kapal sasarannya yang berbobot 20.000 ton. Sudah tentu ledakan dahsyat terjadi, dan segera menghantar kapal tersebut ke dasar lautan. Kegembiraan Hartenstein atas tambahan jumlah bunuh-nya ini hanya sebentar saja, dan berganti dengan kengerian: Setelah menyembulkan kapalnya ke permukaan dengan harapan menemukan perwira senior yang masih selamat demi mencari bocoran informasi intelijen, dia terkejut begitu mendapati bahwa di sekeliling kapal, lebih dari 2.000 orang mengambang dan berteriak-teriak meminta pertolongan. Ternyata yang dia jadikan sasaran bukanlah kapal barang seperti biasanya, melainkan kapal penumpang bernama Laconia keluaran White Star Liner. Tanpa diketahui oleh Hartenstein, Laconia tak hanya membawa awak kapalnya yang berjumlah 136 orang, tapi juga 80 wanita dan anak-anak Inggris, 268 prajurit Inggris, 160 prajurit Koprs Pembebasan Polandia, dan 1.800 tawanan perang Italia. Operasi penyelamatanTerkejut atas begitu banyaknya manusia yang terombang-ambing di permukaan laut,[2] Hartenstein buru-buru memerintahkan operasi penyelamatan terhadap mereka. Tak lama dek U-156 telah disesaki oleh lebih dari 200 orang penumpang yang selamat, termasuk lima orang wanita dan tambahan 200 orang lagi yang ditarik menggunakan perahu sekoci. Hartenstein juga langsung menghubungi markas besar U-boat di Hamburg untuk meminta tambahan bantuan demi menolong sisa-sisa penumpang yang masih berada di air. Kepala Operasi U-boat, Admiral Karl Dönitz memerintahkan segera dua kapal selam yang lokasinya paling dekat untuk meluncur ke lokasi. Tak hanya itu yang dilakukan oleh Hartenstein. Dia mengirim pesan dengan bahasa Inggris ke setiap kapal yang berada tidak jauh dari situ untuk meminta pertolongan, sekaligus memberitahu posisi kapalnya berada. Dia berjanji tidak akan menyerang setiap kapal yang datang untuk tujuan membantu. U-156 tetap berada di lokasi tenggelamnya Laconia selama dua setengah hari selanjutnya. Tak lama sebelum tengah hari tanggal 15 September, akhirnya datang bantuan pertama: U-506 dibawah pimpinan Erich Würdemann, dan beberapa jam kemudian hadir pula U-507 dengan kaptennya Harro Schacht dan kapal selam Italia Cappellini. Keempat kapal selam tersebut lalu beriringan menuju pantai Afrika dengan deknya dipenuhi oleh manusia, belum lagi belasan kapal penyelamat yang ditarik dengan tali tambang. Mereka lalu bertemu dengan kapal-kapal perang Vichy Prancis yang telah dikirimkan dari Senegal dan Dahomey (sekarang Benin).[3] Pengeboman AmerikaSayangnya, operasi penyelamatan yang telah dilakukan mati-matian oleh Werner Hartenstein ini tidaklah berakhir dengan bahagia. Esok paginya, sebuah pesawat pengebom B-24 Amerika yang sedang berpatroli di sekitar pulau Ascension memergoki keempat kapal tersebut, yang kini telah dilengkapi dengan bendera palang merah yang dibentangkan di atas dek senjatanya. Hartenstein memberi sinyal pada sang pilot untuk meminta bantuan. Seorang perwira Inggris juga mengirim pesan:
Letnan James D. Harden dari Pasukan Udara Angkatan Darat Amerika Serikat tidak menjawab mereka, ia malah berbalik sekaligus memberitahu pangkalannya akan situasi yang kini dihadapinya. Perwira senior yang bertugas pada hari itu, Kapten Robert C. Richardson III hanya mempunyai dua pilihan: Membiarkan gerombolan U-boat itu pergi, yang sama saja dengan memberi mereka kesempatan untuk menenggelamkan lebih banyak kapal Sekutu di masa depan; atau memerintahkan B-24 untuk menyerang, yang sekaligus berarti pula maut bagi banyak penumpang Laconia yang menumpuk di dek dan sekoci. Tentu saja dia akan menyerang kumpulan kapal selam Jerman tersebut. Setelah menerima perintah penyerangan, Harden langsung berbalik ke lokasi "penampakan", dan segera menyerang dengan bom dan peledak kedalaman. Salah satunya mendarat dengan telak di salah satu sekoci yang sedang ditarik oleh U-156, sementara yang lain menghantam sang kapal selam itu sendiri. Mendapat serangan sebegitu rupa, Hartenstein tidak mempunyai pilihan lain selain buru-buru menyelam ke dasar laut, sementara deknya masih dipenuhi orang, dan belum lagi perahu-perahu penyelamat yang tersambung dengan tambang. U-156 segera menyelam dan berhasil meloloskan diri.[1] Ratusan dari penumpang Laconia yang telah dengan susah payah diselamatkan itu kini hilang ditelan samudera, meskipun 1.100 di antaranya berhasil diselamatkan kembali oleh kapal perang Prancis yang datang tidak lama kemudian. Seorang pelaut asal Afrika Selatan, Tony Large, menghabiskan waktu 39 hari di tengah samudera sebelum akhirnya diselamatkan.[4] Operasi penyelamatan paska insidenTidak menyadari serangan itu, kapal selam Jerman U-507 & U-506 serta kapal selam Italia Cappellini terus menyelamatkan korban selamat. Pagi berikutnya, Komandan Revedin dari Cappellini menemukan bahwa dia menyelamatkan orang-orang yang dulunya diselamatkan oleh U-156. Tanggal 17 September, U-506 mendapat serangan peledak kedalaman dari pesawat pengebom Amerika lainnya. Kapal selam tersebut langsung masuk ke dalam lautan dan ajaibnya ia tidak rusak sedikitpun.[1] Buntut kejadianInsiden ini ternyata mempunyai konsekuensi yang berdampak jauh. Sampai saat itu adalah suatu hal yang biasa bagi para awak kapal selam Jerman untuk membantu orang-orang yang selamat dari kapal yang ditenggelamkannya dengan makanan, air dan juga arah ke daratan terdekat.[5] Tapi begitu mendengar bahwa U-boatnya telah diserang ketika sedang dalam operasi penyelamatan padahal telah membawa bendera palang merah, Dönitz memberi perintah bahwa mulai saat itu setiap usaha penyelamatan dilarang untuk dilakukan, dan setiap kru kapal musuh yang selamat dibiarkan untuk tetap berada di lautan. Insiden Laconia ini juga dijadikan alasan oleh para jaksa Sekutu dalam Pengadilan Nürnberg tahun 1946 untuk mendakwa Dönitz dengan tuduhan kejahatan perang, padahal satuan kapal selam Amerika yang beroperasi di Pasifik pun menjalankan instruksi yang serupa dengan yang diterapkan oleh Dönitz.[1] Akibatnya, dia terpaksa menjalani hukuman penjara selama 11,5 tahun. Dalam sebuah wawancara Robert C. Richardson III, tidak tahu kalau itu merupakan operasi palang merah Jerman. Lalu, alasan penyerangannya adalah:[6]
ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Bacaan lanjutan
Pranala luar |