Ichlasul Amal
Ichlasul Amal (1 Agustus 1942 – 14 November 2024) adalah Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1998 sampai 2002. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pers periode 2003–2010. Ia meninggal dunia pada 14 November 2024.[1] Kehidupan awalAmal lahir pada tanggal 1 Agustus 1942 di Jember, Jawa Timur, sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara dari keluarga pedagang.[2] Ayahnya berasal dari Madura.[2] Ia mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat (1955), SMP (1958), dan SMA (1961) di Jember. Ia menempuh pendidikan S-1 di jurusan hubungan internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada pada tahun 1961 dan lulus pada tahun 1967. Selama masa kuliahnya, Amal menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.[2] Pada tahun 1972, ia melanjutkan pendidikan magisternya di jurusan ilmu politik Northern Illinois University dan lulus pada tahun 1974.[2] Amal memperoleh gelar Ph.D. dari jurusan ilmu politik Universitas Monash pada tahun 1984.[2] Karier
Masa kecilSuami dari Ery Hariati dan ayah dari dua orang anak (Amelin Herani, S.E. dan Akmal Herawan) ini dibesarkan di tengah keluarga pedagang yang berbudaya santri. Kebetulan rumahnya berdekatan dengan pondok pesantren dan pernah dijadikan markas Partai Masyumi. Pada saat kecil, Amal mengaku tak punya cita-cita. Dia tidak bercita-cita jadi pedagang seperti orang tuanya atau kebanyakan anak-anak sebayanya ketika itu. Ada budaya pesantren di kampungnya itu lebih banyak bercita-cita jadi pedagang, ketimbang jadi pegawai negeri. Cita-citanya mengalir saja laksana air. Amal mengecap pendidikan SD, SMP, dan SMA di kota kelahirannya. Dia selalu mendapat ranking pertama. Lulus SMA, dia mendaftar dan diterima di dua universitas, yakni UGM dan Unair Surabaya. Lalu, Amal memilih Jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM. Dia pun tekun mengikuti kuliah dan diselesaikan lima tahun (1967). Dia pun langsung diangkat menjadi dosen di almamaternya tanpa melamar. Ketika itu pada tahun 1967, UGM mengalami kekosongan pengajar karena banyak dosen terlibat G 30 S dan dikeluarkan. Dua tahun berikutnya (1969), dia menikah dengan Ery Hariati, adik kelasnya waktu kuliah. Mereka dikaruniai tiga anak, namun satu meninggal dunia akibat leukemia. Lalu, dia pun berkesempatan melanjutkan studi ilmu politik di Northern Illinois University, Illinois, Amerika Serikat, atas beasiswa Fullbright, dan berhasil meraih gelar M.A. Kemudian, sambil merawat anaknya yang sakit di Australia, Amal melanjutkan S3 di Monash University, Melbourne, Australia. Dia pun menggondol gelar doktor (Ph.D.) dengan disertasi mengenai politik dalam negeri dalam kaitan hubungan pusat dengan daerah. Selain sebagai guru besar politik di UGM, dia pun dikenal sebagai pengamat politik yang jernih tanpa mempunyai interest pribadi. Setelah tidak menjabat rektor, ia pun tetap menjadi pengamat politik.[3] Tanda kehormatan
Referensi
Pranala luar
|