HistorisitasHistorisitas adalah kebenaran historis seseorang dan suatu peristiwa, yang artinya secara kualitas merupakan porsi sejarah dan bukan merupakan mitos, legenda, atau fiksi. Historisitas dari suatu pernyataan tentang masa lalu adalah status faktualnya.[1] Historisitas menunjukkan aktualitas, keaslian, dan faktualitas kesejarahan, serta fokus pada kebenaran dari nilai pernyataan tentang masa lalu.[2] [3] Beberapa ahli menggolongkan "historisitas" sebagai dimensi dari semua fenomena yang terjadi dalam ruang dan waktu. Pendapat lain menggolongkannya sebagai atribut yang ditujukan bagi keberadaan manusia secara khusus, sesuai dengan praktik historiografi.[4] Herbert Marcuse menjelaskan historisitas sebagai sesuatu yang "mendefinisikan sejarah dan dengan demikian membedakannya dari 'peristiwa alam' atau 'ekonomi'" serta "menandakan makna yang kita maksudkan ketika kita mengatakan sesuatu yang 'historis'." [5] The Blackwell Dictionary of Western Philosophy mendefinisikan historisitas sebagai "menunjukkan ciri situasi kemanusiaan kita, yang dengannya kita berada dalam keadaan temporal dan historis yang konkret."[6] Bagi Wilhelm Dilthey, historisitas mengidentifikasi manusia sebagai makhluk sejarah yang unik dan konkrit.[6] Pertanyaan mengenai historisitas suatu peristiwa tidak hanya menyangkut persoalan “apa yang sebenarnya terjadi”, tetapi juga bagaimana pengamat "memperoleh jalan untuk mengetahui" apa yang sebenarnya terjadi.[7] Persoalan kedua ini terkait erat dengan praktik dan metodologi penelitian sejarah dalam menganalisis keandalan sumber primer dan bukti-bukti lainnya. Karena berbagai metodologi mempunyai tema historisitas berbeda-beda, maka tidak mungkin mereduksi historisitas direpresentasikan dalam satu struktur tunggal. Beberapa metodologi seperti historisisme dapat membuat historisitas tunduk pada konstruksi sejarah berdasarkan nilai-nilai idiologis yang inhern padanya.[8] [9] Sejarahwan François Hartog mengangkat gagasan "rezim historisitas" untuk menggambarkan suatu masyarakat yang tengah bergulat dengan sejarah masa lalunya; sebuah proses yang disebut sebagai "metode sadar-diri pada satu komunitas."[10] Historisitas dari suatu peristiwa mungkin berbeda menurut sudut pandang orang-orang yang terlibat di dalamnya dengan laporan pengamat. Misalnya laporan tentang George Washington kecil yang menebang pohon ceri; maka ketika dia ditanya hal tersebut, Washington mengatakan dirinya bertanggung jawab atas perbuatan itu. Meskipun tidak ada keraguan bahwa Washington merupakan tokoh sejarah yang nyata, namun historisitas dari kisah spesifik ini dianggap kurang meyakinkan.[11] Pertanyaan tentang historisitas sangat relevan dengan klaim akan masa lalu yang bersifat partisan (secara politik) maupun puitis. Misalnya, historisitas dari naskah Illiad karya Homer telah menjadi topik perdebatan karena temuan arkeologis terbaru menunjukkan bahwa karya tersebut didasarkan pada suatu peristiwa nyata.[12] Pertanyaan tentang historisitas sering muncul dalam kesejarahan pada studi agama. Dalam hal ini, keyakinan pribadi peneliti (value commintements) dapat mempengaruhi pilihan metodologi penelitian.[13] Lihat juga
Referensi
|