Hantu Pok-pokHantu Pok-pok atau yang sering disebut juga sebagai hantu poppo merupakan hantu yang berasal dari mitos masyarakat Sulawesi. Berdasarkan tradisi-tradisi lisan yang ada di masyarakat Sulawesi, hantu pok-pok merupakan siluman yang biasa terbang di malam hari sambil mengeluarkan suara "pok-pok-pok" yang berwujud manusia berkepala dan organ dalam tubuh saja, serta memiliki mata yang merah dan lidah yang sangat panjang. Banyak pula masyarakat meyakini bahwa hantu pok-pok merupakan hantu kuyang versi tradisi lisan masyarakat Sulawesi.[1] DeskripsiMenurut cerita masyarakat Sulawesi, hantu pok-pok merupakan seorang manusia yang sedang melakukan ilmu hitam untuk menjadi kaya dan awet muda. Untuk meraih kekayaan dan keawet-mudaan serta menambah kesaktian ilmu hitamnya, para pelaku ilmu hitam tersebut harus mencari mangsa, biasanya yang menjadi mangsa adalah bayi & anak-anak, ari-ari atau plasenta bayi yang baru lahir, ataupun hasil panen warga seperti jagung, beras, dsb. Saat siang hari, para pelaku ilmu hitam ini beraktivitas sama seperti manusia pada umumnya. Namun saat malam hari, kepala dan organ dalam tubuh mereka akan terlepas dari tubuhnya dan terbang menuju desa-desa dan kebun untuk mencari mangsanya. Hantu ini digambarkan seperti kepala terbang dengan lidah menjulur panjang beserta organ dalam tubuhnya, menurut cerita lain hantu pok-pok bisa berubah wujud menjadi burung berwarna hitam yang mengeluarkan suara "eak-eak-eak", atau hanya memunculkan suara "pok-pok-pok" tanpa ada wujudnya. Masyarakat Sulawesi meyakini bahwa hantu ini dapat dihalau atau diusir dengan beberapa cara seperti membakar kulit bawang putih dan bawang merah yang baunya tidak disukai oleh hantu pok-pok, menaburi merica di sekeliling rumah, menyiramkan air mendidih pada hantu pok-pok, mengisi tubuh asli hantu pok-pok dengan benda-benda tajam, atau memindahkan lokasi tubuh asli pelaku ilmu hitam agar hantu pok-pok mati karena tidak menemukan tubuh aslinya. Menurut masyarakat Minahasa, kehadiran hantu pok-pok ini di suatu wilayah merupakan suatu bentuk pertanda bahwa ada praktik ilmu hitam di sekitar daerah tersebut.[2] Referensi
|