Orang pendek
Dalam cerita rakyat Indonesia, orang pendek (uhang pandak) adalah nama paling umum yang diberikan kepada makhluk yang konon menghuni daerah terpencil, terutama hutan pegunungan di pulau Sumatera. Makhluk tersebut diduga telah terlihat dan didokumentasikan setidaknya selama 100 tahun oleh suku-suku hutan, penduduk desa setempat, penjajah Belanda, ilmuwan Barat, dan pelancong. Konsensus di antara para saksi adalah bahwa hewan tersebut adalah hewan yang hidup di darat, bipedal primata yang ditutupi bulu pendek, berdiri dengan tinggi antara 80 dan 150 cm (30 dan 60 inci).[1] LokasiMeskipun orang pendek dan makhluk serupa secara historis dikatakan menghuni bentang alam Sumatera di Indonesia, penampakan yang diklaim telah terjadi sebagian besar terdapat di Kabupaten Kerinci, di Sumatra bagian tengah, dan khususnya di dalam perbatasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).[2] Taman ini terletak 2° di selatan garis khatulistiwa, terletak di dalam pegunungan Bukit Barisan dan memiliki beberapa hutan hujan primer paling terpencil di dunia. Tipe habitat di dalam taman ini meliputi hutan hujan Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan pegunungan, dan formasi pegunungan vulkanik di Gunung Kerinci, puncak tertinggi kedua di Indonesia.[2] PengesahanSumber-sumber berikut merujuk pada makhluk yang diklaim: Suku Anak DalamSuku Anak Dalam ("anak-anak dari dalam hutan") – juga dikenal sebagai orang Kubu, orang Batin Sembilan, atau orang Rimba – adalah kelompok masyarakat nomaden yang secara tradisional tinggal di hutan dataran rendah Jambi dan Sumatera Selatan. Menurut legenda mereka, orang pendek telah menjadi bagian dari dunia mereka dan ikut menghuni hutan selama berabad-abad. Di Bukit Duabelas, orang Rimba berbicara tentang makhluk yang dikenal sebagai hantu pendek, yang deskripsinya sangat mirip dengan orang pendek. Namun, hantu pendek lebih dianggap sebagai entitas supernatural atau setan daripada makhluk hidup, dengan nama yang diterjemahkan menjadi hantu pendek.[3] Menurut orang Rimba, hantu pendek berkelana dalam kelompok beranggotakan lima atau enam orang, hidup dari makanan liar dan berburu binatang dengan kapak kecil. Makhluk tersebut mengklaim bahwa ia menyergap pemburu orang Rimba yang bepergian sendirian di hutan. Di sepanjang Sungai Makekal di tepi barat Bukit Duabelas, orang menceritakan legenda tentang bagaimana nenek moyang mereka mengakali makhluk licik namun bodoh ini selama perjalanan berburu, dan cerita tersebut sering digunakan untuk menyombongkan kecerdasan dan nalar mereka. Penjajah BelandaPemukim Belanda di awal abad ke-20 memberi orang Barat pengenalan modern tentang hewan mirip orang pendek di Sumatra. Satu penemuan khususnya dilaporkan secara luas:
Lihat jugaReferensi
Pranala luar
Terkait
|