Golden TrulyGolden Truly adalah sebuah perusahaan ritel toko serba ada (department store) di Indonesia. Dimiliki dan dioperasikan oleh PT Golden Anugerah Sejahtera dan PT Golden Prima Retailindo (setelah sempat beberapa kali berpindah induk),[1] saat ini Golden Truly hanya beroperasi secara daring (online) dengan menjual produknya di beberapa e-commerce, seperti Tokopedia dan Shopee. Dahulu, Golden Truly dikenal pada tahun 1980 hingga akhir 1990-an sebagai salah satu peritel lokal paling populer di Indonesia. Golden Truly sendiri awalnya didirikan oleh pengusaha Sudwikatmono (Dwi). Pengusaha yang lebih dikenal sebagai raja sinepleks itu membuka gerai pertama Golden Truly yang dimiliki bersama istrinya pada tahun 1978, di bawah PT Golden Dragon (kemudian berganti ke PT Golden Truly) di daerah Blok M (Falatehan) dengan luas 8.000 meter persegi. Awalnya, Golden Truly hanya merupakan supermarket biasa, hingga pada tahun 1985, dibangun gerai di Harmoni, Jakarta yang memperkenalkan konsep one-stop shopping pertama di Indonesia.[2] Golden Truly merupakan salah satu ritel terawal berskala besar yang menargetkan pasar kelas bawah.[3] Hanya dalam waktu singkat, Golden Truly bisa menjadi pesaing bagi pemain lama dengan membuka gerai baru setiap tahun, meskipun masih terbatas di Jakarta saja.[4] Gerai terbesar Golden Truly sendiri, berada di Gunung Sahari, dibuka pada tahun 1990 dengan modal Rp 100 miliar dan memiliki luas 20.000 meter persegi.[2] Di tahun tersebut juga, Golden Truly memiliki omset Rp 68 miliar.[5] Pada era 1980-an, Dwi sempat menggandeng Grup Salim untuk menjadi pemegang saham di toko ritelnya,[6] dan lalu mengendalikannya bersama Bambang Sutrisno dengan bendera PT Dwi Golden Graha.[7] Pada era 1990-an, Golden Truly berkembang dengan memiliki toko buku, department store, toko sepatu, dan lainnya dalam gerainya (bernama Golden Truly Superstore) yang berjumlah 8 buah (1997).[8] Gerai-gerai itu tersebar di Jalan Fatmawati, Sudirman, Tendean, Gunung Sahari, Blok M dan lainnya.[9] Khusus ekspansi ke department store, dilakukan demi mengatasi persaingan ritel yang makin ketat pada 1990-an, dengan menawarkan diskon 40-70%.[10][11][12] Tidak hanya itu, Golden Truly juga meluncurkan "belanja berhadiah"[13] dan berusaha tetap menargetkan pasar kelas bawah[14] demi menjaga pelanggannya. Selain itu, sinergi juga dilakukan dengan Bank Surya yang juga dimiliki oleh PT Dwi Golden Graha, dimana di setiap gerai Golden Truly juga dapat ditemui kantor cabang bank ini.[15][16] Kepemilikan Sudwikatmono dalam perusahaan ritelnya ini akhirnya harus berakhir dengan munculnya krisis moneter di Indonesia pada akhir 1990-an. Pada Kerusuhan Mei 1998, sejumlah gerai-gerai Golden Truly dirusak dan dijarah, sehingga hanya menyisakan 2 saja yang bisa beroperasi yaitu di Fatmawati dan Gunung Sahari. Aksi penjarahan yang banyak ditafsirkan karena ketidaksukaan publik pada pemiliknya, Sudwikatmono yang merupakan sepupu Presiden Soeharto, merugikan PT Golden Truly mencapai Rp 12 miliar. Tidak hanya itu, Golden Truly pun harus kesulitan membayar pemasok akibat krisis ekonomi saat itu.[7][17] Belum lagi ketika rekan Dwi di PT Dwi Golden Graha, Bambang Sutrisno menjual sahamnya dan melarikan diri dari tanggung jawab utang perusahaan mereka.[18] Akibatnya, Golden Truly harus menutup gerai-gerainya demi perampingan, atau asetnya harus diserahkan ke BPPN untuk membayar kredit macet.[19] Akhirnya, Dwi melepas Golden Truly miliknya kepada pemilik baru.[20] Muncullah kemudian nama Suryadi Sasmita, seorang pengusaha garmen yang disebutkan bersama rekan-rekannya di Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) mengambilalih Golden Truly yang saat itu terjerat hutang.[21] Suryadi sendiri menyebutkan ia membeli Golden Truly dari seseorang yang tidak disebutkan namanya (kemungkinan Dwi) pada Februari 2000.[8] Bersama Kenny Wirya dalam bendera PT Bima Nuansa Cempaka (kemudian menjadi PT Golden Retailindo),[22] Suryadi berhasil menyehatkan bisnis Golden Truly[21] dan menjadi pengendali baru gerai-gerainya dari sebelumnya oleh PT Golden Truly.[8] Tidak lama kemudian, karena persaingan dari hipermarket dan peritel asing, bisnis swalayan yang merupakan bisnis awal Golden Truly ditutup pada 2001.[23][24] Kepemilikan Suryadi atas Golden Truly sendiri berlangsung hingga tahun 2002, ketika ia melepas seluruh sahamnya ke PT Pasifik Atlanta Retailindo yang dimiliki Kenny.[22] Di bawah pemilik baru, Golden Truly kemudian lebih memilih mengembangkan bisnis department store yang sudah ada,[22] dan merehabilitasi gerai yang sudah ada seperti di Gunung Sahari dengan biaya Rp 30 miliar dan direncanakan akan diberi nama "Golden Mall".[24] Golden Truly di bawah pemilik dan manajemen baru ini awalnya memiliki 3 gerai, yaitu di Tendean (tutup sejak Mei 2001), Fatmawati dan Gunung Sahari.[8] Akan tetapi, sayangnya Golden Truly belum berhasil mengembalikan kejayaannya seperti dahulu dan kemudian hanya memiliki satu gerai di Gunung Sahari, meskipun kemudian gerai itu juga diisi oleh tenant lainnya sehingga lebih variatif (membuat namanya juga dikenal sebagai Mal Golden Truly). Induk dari Golden Truly, yaitu PT Golden Retailindo, akhirnya melepas sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 7 Juli 2010.[25] Adanya dana dari IPO membuat Golden Truly mulai berbenah, dengan membuka gerai baru di Dmall Depok dan BCS Mall Batam. Selain itu, ada rencana juga membuka gerai-gerai lainnya, termasuk berupa speciality store di Kalibata Mall dan Galaxy Mall Bekasi, dengan perkiraan setiap toko memakan biaya Rp 8 miliar.[26] Tidak hanya itu, Golden Truly juga berencana membuka dua toko bernama F.O.B (untuk anak muda) dan Dreamland (penjual pakaian renang) di Bali.[27] Sayangnya, dari rencana itu, tidak ada yang terealisasi, dimana pada tahun 2015 Golden Truly hanya memiliki 3 gerai di Gunung Sahari Jakarta, Depok dan Batam ditambah speciality store. Ini karena kompetisi dan daya beli masyarakat sehingga pihak Golden Retailindo harus memikirkan pembukaan gerai-gerai baru.[28][29] Golden Truly akhirnya malah justru merugi.[30] Pada 17 Februari 2016, pemilik Golden Retailindo Tbk (induk Golden Truly), PT Pasifik Atlanta Retailindo dan Kenny Wirya memutuskan untuk menjual perusahaannya kepada beberapa perusahaan lain, seperti PT Amanda Cipta Perkasa, PT Lancar Distrindo dan PT Mulia Sukses Mandiri. Dalam proses penjualan ini, bisnis, aset, operasional Golden Truly dan dua anak usaha Golden Retailindo kemudian dijual kepada pemilik lamanya.[31][32] Setelah Golden Retailindo berpindah kepemilikan dan berganti nama menjadi PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk, dua anak usahanya yang dijual ke pemilik lama Golden Truly (PT Golden Anugerah Sejahtera dan PT Golden Prima Retailindo) menjadi pengendali baru gerai-gerai Golden Truly.[33] Tidak lama setelah perubahan tersebut, gerai Golden Truly di Depok tutup pada Oktober 2017.[9][34] Gerai ini sendiri diganti dengan gerai bernama "Truly Premium Outlet" di QBIG BSD City yang dioperasikan perusahaan berbeda, yaitu PT Truly Anugrah Retailindo (yang dimiliki oleh induk Golden Truly, PT Pasifik Atlanta Retailindo).[35][36][37] Sayangnya, gerai baru tersebut berusia tidak lama. Gerai Golden Truly di Batam kemudian tutup juga sejak Februari 2019,[38] dan dua tahun kemudian, tepatnya pada 1 Desember 2020, gerai satu-satunya Golden Truly di Gunung Sahari pun ditutup akibat kalah saing.[39] Gerai terakhir tersebut rencananya akan dikelola oleh pengelola baru.[40] Penutupan Golden Truly tersebut berarti mengakhiri bisnis ritelnya secara fisik setelah beroperasi selama lebih dari 30 tahun. Golden Truly lalu mengalihkan penjualan produknya secara daring,[39] yang sampai saat ini masih nampak beroperasi. Tidak hanya itu, Golden Truly juga mengklaim produknya bisa dipesan lewat WhatsApp.[41] Gerai yang pernah beroperasi
Keterangan: *) artinya gerai yang dibuka pasca-2010. Rujukan
Pranala luar
|