Pada masa Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka, terutama kebutuhan akan superioritas udara dan pelatihan yang lebih baik untuk pilot-pilot pesawat tempur.[7]Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.
Kolonel John Boyd mengembangkan teori energi-manuver pada pertempuran pesawat tempur berdasarkan pengalamannya pada saat terjadinya Perang Korea dibantu oleh Matematikawan Thomas P. Christie, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Teori tersebut mensyaratkan pesawat tempur untuk memiliki beban tubuh yang ringan, sehingga bisa bermanuver tanpa banyak menghasilkan kehilangan energi, dan juga mesin dengan rasio dorong-berat yang tinggi..[8][9] Di akhir tahun 1960-an, Boyd mengumpulkan penemu-penemu yang berpikiran sama dengan dia dan mendirikan organisasi Mafia Pesawat Tempur, dan berhasil mengamankan pendanaan dari Kementerian Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969, bersama dengan General Dynamics dan Northrop untuk mengadakan penelitian atas teori tersebut.[10][11]
Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu kemampuan dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.
Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).
Pada Mei1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini diubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.
Varian
Varian F-16 ditandai oleh nomor blok yang menandakan pembaruan yang signifikan. Blok ini mencakup versi kursi tunggal dan kursi ganda.
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.
Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.
Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminium disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.
Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHFHave Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 ke Thailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit. Pada bulan Februari 2020, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) sukses melakukan uji coba pesawat tempur F-16 A/B Block 15 hasil pembaruan yang dipiloti Dwayne "Pro" Opella di Apron Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.[12] Pesawat tempur F-16 berhasil diperbarui dalam program Enhanced Mid-Life Update (EMLU) – The Falcon Structural Augmentation Rodmap (Falcon STAR) yang dilakukan TNI AU dibantu PT Dirgantara Indonesia. Proyek ini juga melibatkan Lockheed Martin, pengawas dari pabrik pesawat F-16 di Amerika Serikat. Program Falcon Star dan EMLU bertujuan untuk meningkatkan kemampuan airframe, avionic, dan armament system pesawat F-16 A/B Block 15, serta memaksimalkan usia pakainya menjadi 8.000 actual flying hours.
Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.
Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.:
F-16 C/D
Varian F-16 C/D adalah varian yang paling banyak diproduksi. Awalnya diperlengkapi dengan radar Westinghouse AN/APG-68, mesin Pratt & Whitney F100, versi-versi selanjutnya juga diperlengkapi dengan turunan radar AN/APG-68, dan juga radar phased array Northrop GrummanAN/APG-80, selain juga mesin General ElectricF110 yang lebih bertenaga dibanding Pratt & Whitney F100. Beberapa Block terbaru juga diperlengkapi pod infra merah seperti LANTRIN, LITENING, dan SNIPER untuk memudahkan operasi malam hari, dan pemboman presisi di segala cuaca.
Block 25
Ini adalah varian pertama F-16 C/D dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984. Dibandingkan dengan F-16 A/B, versi ini diperlengkapi radar AN/APG-68 yang memungkinkan perbaikan kinerja untuk operasi malam hari. Selain juga memiliki sistem penembakan dan persenjataan yang lebih baik. Awalnya diperlengkapi dengan mesin Pratt & Whitney F100-PW-200, beberapa pesawat kemudian juga diperlengkapi mesin F100-PW-220E yang lebih bertenaga.
F-16 C/D terbaru milik TNI-AU, walaupun sering disebut sebagai F-16 Block 52ID, sebenarnya adalah F-16 Block 25 dengan tambahan fitur-fitur teknologi ala Block 52.
Block 30/32
Block ini adalah varian produksi F-16 pertama yang terdampak oleh program Alternative Fighter Engine Project. Mulai diperkenalkan tahun 1987, tidak seperti versi F-16 terdahulu, pada Block produksi ini beberapa pesawat menggunakan mesin General ElectricF110 dan diberi kode Block 30, sementara yang menggunakan mesin Pratt & Whitney F100 diberi kode Block 32. Karena tenaga mesin General Electric lebih besar, kemudian diperkenalkan juga varian Block 30D yang mempunyai intake lebih besar agar kinerja mesin optimal.
Dari segi persenjataan varian ini adalah model pertama yang sanggup menggotong rudal AGM-45, AGM-88, dan AIM-120. Untuk membantu operasional malam hari, Block ini kemudian diupgrade agar bisa menggunakan pod pembidik LITENING.
Mulai diperkenalkan tahun 1988, F-16 Block 40/42 adalah pengembangan Block 30/32 yang diperlengkapi dengan pod infra merah LANTRIN, roda pendarat yang lebih tinggi dan lebih kuat, varian radar yang lebih canggih, dan antena GPS.
Block 50/52
Varian yang diperkenalkan pada tahun 1991 ini mempunyai fitur bisa membawa jenis senjata yang jauh lebih banyak daripada pendahulunya, dan sistem navigasi yang lebih handal. Dari segi tenaga, Block ini diperlengkapi dengan mesin yang lebih bertenaga, yaitu General ElectricF110-GE-129 untuk Block 50, dan Pratt & WhitneyF100-PW-229 untuk Block 52.
Block 50/52 Plus
F-16 Block 50/52 Plus merupakan pengembangan dari Block 50/52. Perbedaan dibanding pendahulunya antara lain tangki bahan bakar tambahan di badan, yang sering disebut sebagai Conformal Fuel Tank, bagian "punuk" (dorsal spine) untuk avionik tambahan, generator oxygen (OBOGS), helm JHMCS yang memungkinkan pilot membidik sasaran melalui pandangan di helm, dan radar APG-68(V9).
Salah satu turunan dari version ini yang cukup terkenal adalah F-16I Sufa milik Angkatan Udara Israel, yang pada dasarnya adalah F-16D Block 52 yang dimodifikasi dengan mengganti 50% avioniknya dengan avionik buatan Israel sendiri.
Kode ini awalnya akan diperuntukan untuk F-16XL yang memiliki konfigurasi sayap "cranked arrow". Sementara Block 60 tadinya akan dipakai untuk varian serang darat F-16, yaitu A-16. Namun karena semua proyek itu dibatalkan, akhirnya kode ini tidak jadi dipakai.
F-16 E/F Block 60 baru dihidupkan lagi sewaktu Uni Emirat Arab berniat untuk memesan pesawat tempur baru. Varian untuk Angkatan Udara Uni Emirat Arab ini merupakan pengembangan dari Block 50 Plus. Beberapa fitur teknologinya membuatnya menjadi salah satu varian tercanggih F-16 yang pernah diproduksi. Tidak seperti pendahulunya yang menggunakan radar pulse dopper AN/APG-68, varian ini menggunakan radar phased array "Agile Beam" AN/APG-80 yang memungkinkan pesawat tempur untuk mengunci dan menyerang target di darat dan udara secara bersamaan. Mesin yang digunakan adalah General ElectricF110-GE-132 bertenaga 32,500 lbf (144 kN) yang merupakan mesin bertenaga paling besar yang pernah dipakai untuk F-16. Varian ini juga diperlengkapi dengan kamera infra merah yang terpasang paten di badan pesawat (seperti yang ditemui di pesawat MiG-29 dan Sukhoi Su-27) yaitu Northrop GrummanAN/ASQ-28. Hal ini memungkinkan pesawat F-16 Block 60 membawa senjata lebih banyak dibanding pendahulunya.
Varian ini diproduksi antara tahun 2004 hingga 2007, dan sejauh ini hanya dioperasikan oleh Angkatan Udara Uni Emirat Arab.
F-16V Block 70/72+
Pada Singapore Air Show 2012, Lockheed Martin mengumumkan rencana varian F-16V baru dengan akhiran V untuk julukan Viper-nya. Pesawat ini dilengkapi radar active electronically scanning array (AESA) AN/APG-83, komputer misi baru dan rangkaian peperangan elektronik, sistem penghindaran tabrakan darat otomatis, dan berbagai perbaikan kokpit; paket ini merupakan opsi pada F-16 produksi saat ini dan dapat dipasang pada sebagian besar F-16 yang masih beroperasi. Penerbangan pertama dilakukan pada 21 Oktober 2015. Media Taiwan melaporkan bahwa Taiwan dan A.S. pada awalnya berinvestasi dalam pengembangan F-16V. Peningkatan armada F-16 Taiwan dimulai pada Januari 2017. Negara pertama yang mengonfirmasi pembelian 16 F-16 Block 70/72 baru adalah Bahrain. Yunani mengumumkan peningkatan 84 F-16C/D Block 52+ dan Block 52+ Advanced (Block 52M) menjadi varian terbaru V (Block 70/72) pada bulan Oktober 2017. Slovakia mengumumkan pada 11 Juli 2018 bahwa mereka bermaksud untuk membeli 14 unit. Pesawat F-16 Blok 70/72. Lockheed Martin telah mendesain ulang F-16V Block 70 sebagai "F-21" dalam penawarannya untuk kebutuhan pesawat tempur India. Angkatan Udara Republik Tiongkok Taiwan mengumumkan pada 19 Maret 2019 bahwa mereka secara resmi meminta pembelian 66 pesawat tempur F-16V tambahan. Pemerintahan Trump menyetujui penjualan tersebut pada 20 Agustus 2019. Pada 14 Agustus 2020, Lockheed Martin dianugerahi kontrak senilai US$62 miliar oleh Departemen Pertahanan AS yang mencakup 66 F-16 baru senilai US$8 miliar (~$8,96 miliar pada tahun 2022) untuk Taiwan. Pada Februari 2024, mayoritas anggota Kongres AS menyetujui penjualan F-16V ke Turki, setelah negara itu meratifikasi keanggotaan Swedia untuk bergabung ke NATO.
Norwegia – Angkatan Udara Kerajaan Norwegia pada 6 Januari 2022 menyatakan bahwa telah memensiunkan seluruh armada F-16nya dan digantikan oleh F-35.[18] Sejumlah 32 unit dijual kepada Romania, sedangkan sisa pesawat yang masih layak terbang diberikan kepada Ukraina.[19][20][21]
Pengguna mendatang
Argentina – Pada tahun 2024, Argentina mengakuisisi 24 unit F-16AM dari Denmark, menyaingi tawaran JF-17 dari Tiongkok.[22]
Bulgaria – Pada 3 Juni 2019, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat menyetujui permohonan penjualan 8 unit F-16 Blok 70 kepada Bulgaria.[23] Pada Juli 2019, presiden dan parlemen Rumania menyepakati kesepakatan penjualan tersebut.[24] Pada November 2022, pesanan tambahan 8 unit F-16 Blok 70 dan peralatan/sistem terkait telah disetujui dan akan diterima pada tahun 2027.[25]
Ukraina – Pada 20 Agustus 2023, Denmark dan Belanda mengumumkan pemberian secara bersama hingga 61 unit F-16 kepada Angkatan Udara Ukraina.[26][27] Empat hari berselang, Norwegia menyatakan juga ikut memberikan hingga 5-10 unit pesawat, tergantung pada jumlah pesawat yang dapat digunakan secara operasional.[21]
Spesifikasi (F-16C Blok 50 dan 52)
Data dari USAF sheet,[28] International Directory of Military Aircraft,[29]Flight Manual for F-16C/D Block 50/52+[30]
up to 3× 300/330/370 US gallonSargent Fletcherdrop tanks for ferry flight/extended range/loitering time.
Avionik
Radar AN/APG-83 / AN/APG-68 (tergantung tipe varian). Radar AN/APG-68 pada armada F-16C/D Blok 40/42 and Blok 50/52 USAF digantikan dengan radar AESA AN/APG-83.
Radar Warning Receiver (RWR) AN/ALR-56M, pada armada F-16C/D Blok 40/42 and Blok 50/52 USAF digantikan dengan AN/ALR-69A(V).
Perangkat peperangan elektronik AN/ALQ-213, pada armada F-16C/D Blok 40/42 and Blok 50/52 USAF digantikan dengan AN/ALQ-257.
^ abUlvin, Philippe Bédos; Sandven, Synne Malen; Kruse, Jan Espen; Uleberg, Ingrid (2023-08-24). "Zelenskyj vil ha fredssamtaler i Norge" [Zelenskyj wants peace talks in Norway]. NRK (dalam bahasa Norwegia). Kyiv/Oslo. Diakses tanggal 2023-08-24.
Peacock, Lindsay. On Falcon Wings: The F-16 Story. RAF Fairford, United Kingdom: The Royal Air Force Benevolent Fund Enterprises, 1997. ISBN 1-899808-01-9.
Richardson, Doug. General Dynamics F-16 Fighting Falcon. London: Salamander Books, 1990. ISBN 0-86101-534-7.
Spick, Mike, ed. Great Book of Modern Warplanes. St. Paul, MN: MBI, 2000. ISBN 0-7603-0893-4.
Williams, Anthony G. and Gustin, Dr Emmanuel. Flying Guns: The Modern Era. Ramsbury, UK:The Crowood Press, 2004. ISBN 1-86126-655-3.