Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali
Pembagian wilayahDesa Gagaksipat terdiri dukuh:
SejarahAsal mula desa ini diawali dengan cerita tentang Pangeran Gambiranom (Adipati Martoloyo), Mas Gerendi dan Pangeran Teposono, salah satu pendukung pemberontakan Pakubuwana II dari Kartasura terhadap Belanda. Pemberontakan ini menemui kegagalan sehingga pasukan mas Mas Gerendi mundur ke Gunung Kidul dan lereng Gunung Merapi. Mas Gerendi lalu melarikan diri ke Pasuruan meninggalkan yang lain. Pangeran Gambiranom lalu bersemdi dan mendapat ilham agar berjalan mengikuti seekor burung gagak. Ia lalu menuruti ilham terbut dan dengan para pengikutnya ia mengikuti gagak tersebut hinga gagak tersebut berhenti di sebuah pohon beringin dan tak terbang lagi. Pangeran Gambiranom dan pengikutnya lalu mendirikan sebuah padepokan dan menetap diarea tersebut. Area ini lalu dinamai dengan Gagaksipat. Bentang alam dan budayaDesa Gagaksipat adalah salah satu desa di Kecamatan Ngemplak yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karanganyar yakni Kecamatan Colomadu. Wilayahnya sebagian besar adalah lahan pertanian padi, tebu dan tumbuhan palawija. Perkampungan warga khas Jawa Tengahan tersebar di beberapa dusun atau pedukuhan seperti Gejikan, Gatak, Jembangan, Banarjo, Banaran, Krangkungan, Jetis dan Kanoman. Ada juga Hotel Gambiranom dan kawasan perumahan seperti Perumahan Podok Baru Permai, Pondok Candra Indah, Pesona Alam, Muncul, NUA Gagaksipat dan Perumahan Puri Angkasa. Selain itu, juga terdapat kawasan industri garment dan percetakan. Desa ini adalah salah satu desa di Kecamatan Ngemplak yang berbatasan di bagian selatan dengan Sungai Pepe, selain Ngesrep, Donohudan dan Sawahan. Potensi DesaDesa Gagaksipat sebagai sebuah desa yang memiliki tujuan utama untuk mewujudkan Gagaksipat MAJU SERBU (mandiri, amanah, jujur, sehat, sejahtera, religius, dan berbudaya). Dalam topografi dan pertanian, penggunaan lahan di Desa Gagaksipat dibagi menjadi tanah sawah, tanah kering, bangunan, dan penggunaan lainnya. Pemerintah desa masih gencar meningkatkan perekonomian desa dengan cara memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur desa. Seperti pembagunan betonisasi jalan, sanitasi warga, dan juga kesehatan warga pun tak ketinggalan. Potensi desa ini benar-benar dimanfaatkan oleh warganya, mereka mengolah dan menciptakan produk dari olahan tahu, tempe, dan juga singkong. Limbah hasil produksipun mereka manfaatkan dengan baik. Selain tahu desa Gagaksipat yerkenal juga sebagai sentra produksi tape singkong dan pecel ndeso. Dibalik uniknya Desa Gagaksipat, ternyata desa ini mempunyai warga yang sangat kreatif, buktinya mereka bisa menciptakan energi alternatif dari limbah tahu. Berawal dari keprihatinan karena pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah cair tahu secara sembarangan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali mengusulkan dan membuatkan pengelolaan biogas dari limbah cair tahudi Desa Gagak sipat tepatnya di dukuh Kanoman. Galeri
Batas
|